10 Februari 2021

Cara Membuka Rekening Valas Untuk Ibu Rumah Tangga

 



Tiada angin tiada hujan, tetiba suami tercinta mengajak untuk membuat rekening valas dengan mata uang US Dollar. Sebenarnya bingung juga buat apa karena suami sendiri sudah punya sebelumnya.

Nah saya baru tahu, kalau beliau udah closing akunnya. Karena menurutnya, dalam Islam itu harta suami dan istri harus jelas agar tidak pusing soal hukum warisan nantinya. 

Sebenarnya yang banyak kontribusi mengisi rekening itu saya, tapi karena saya tipe orang males banget ngadepin urusan birokrasi, makanya suami yang selama ini memanajerin. Sampai sekarang.

Terus pada pengen nanya itu uangnya dari mana?

Ehem… dari zaman dulu. Hihihi… Udah gak pentinglah. Yang jelas dunia itu sebenarnya sempit kalau kita bisa bahasa asing. Di manapun berada, kalau bisa menulis bahasa lain, ya bisa dapet duit dari negara bersangkutan pastinya.

Perlu diingat bahwa dalam anggapan pihak Bank, suami yang bekerja dengan gaji rutin adalah penyalur dana tabungan valas

Walaupun pada prakteknya, akun valas tersebut dipakai untuk menerima pembayaran insentif atau dana lain dari pihak lain menggunakan kurs dollar. 

Oh ya, make sure aja uang yang masuk bukan hasil pencucian uang loh. Ada aturannya kalau uang tersebut bisa dibekukan pihak Bank jika ada masalah hukum yang mengklaim. 

Sekarang kita fokus ke cara buat akun valas itu dulu deh.

Baeklah. Sekarang sebelum ke Bank yang diinginkan untuk buka, cek dulu syaratnya melalui website resmi bank bersangkutan ya. 

Saya memilih Bank M, karena di Bank ini ada rekening utama yang dipakai transaksi sehari-sehari, termasuk transaksi bisnis dan urusan lain. Jadi fluktuasi rekening lumayan aktif. Termasuk bayar belanjaan olshop, terima transferan suami, teman, sodara yang kelimpahan rezeki dan lain-lain.

Di bank ini sebenarnya bisa buka rekening melalui online. Tapi menurut suami, untuk valas syaratnya lebih banyak

Apalagi dalam data pribadi, saya memilih pekerjaan hanya sebagai Ibu Rumah Tangga, maka lebih baik langsung datang saja. Jadi kalau ada kekurangan, bisa langsung diurus.

Waktu datang, saya bawa (eh enggak deng… suami yang bawa) beberapa kartu dan surat kelengkapan berikut:

1.       KTP asli istri 

2.       KTP asli suami (Beneficial Owner* (BO

3.       Kartu NPWP asli (termasuk punya suami)

4.       Kartu Keluarga fotokopi

5.       Dan tentu saja sang penyalur dana yaitu Suami diajak serta

Setiba di bank, saya sempat ditanya-tanya oleh Satpam yang membantu agar proses lebih cepat, selama menunggu antrian. Saya pun mengisi form isian untuk membuka akun baru.

Ada dua form, yang pertama adalah pengisian data calon pemilik akun. Karena saya ibu rumah tangga yang tidak bekerja tetap, ada tambahan satu form lagi yaitu pengisian informasi orang yang menyalurkan dana (Beneficial Owner* (BO

Proses pemeriksaan form oleh petugas sedikit lebih lama jika dibandingkan saat saya membuka rekening Rupiah atau rekening anak (yang mengharuskan adanya persetujuan wali/orangtua). Jadi semua data benar-benar satu persatu diperiksa.

Setelah memastikan seluruh data benar, termasuk memeriksa informasi dari data pekerjaan suami, petugas akan menjelaskan besaran biaya administrasi, minimal jumlah setoran awal, minimal tabungan dalam rekening dan sebagainya.

Proses selanjutnya adalah pencetakan buku bank dan harus langsung disetorkan minimal $100

Oh ya untuk di Bank M, saya HANYA mendapat buku bank. Ini karena sudah punya ATM dari rekening Rupiah, maka akun Valas di-link-kan ke ATM rekening Rupiah tersebut. 

Juga karena saya punya fasilitas Internet Banking, maka secara otomatis rekening baru ini juga muncul. Munculnya satu hari sesudah transfer setoran awal.

Jadi semua transaksi setoran dengan Rupiah atau mata uang lainnya, akan langsung dikurs-kan sesuai rate berlaku hari itu sesuai jenis mata uang yang dipilih. Kalau transaksi setoran Dollar, ya tetap. 

Setelah itu, saya sempat ingin transaksi melalui internet banking, ternyata gak bisa kalau pakai aplikasi. Harus pake internet banking yang versi web. Karena itu, akhirnya saya ambil cash dan setor manual.

Satu lagi, setoran pertama ini dikenakan biaya materai 10 ribu, karena di atas 1 juta

Dan akhirnya selesai setelah 2 jam. Lamanya ngantri sekitar ½ jam.

Tapi saya ingin memberi beberapa saran agar bisa lebih mudah dalam pembuatan rekening.

·         Peliharalah hubungan baik dengan suami, agar beliau ikhlas seikhlas-ikhlasnya menemani istrinda tercinta dan cooperative saat proses pencocokan data.

·         Pastikan walaupun ibu rumah tangga, kita punya kartu NPWP sendiri

·         Anda telah memiliki rekening Rupiah pada Bank bersangkutan tempat akan membuka akun Valas. Rekening saya tidak di cabang tempat membuka rekening valas, tapi masih Bank yang sama.

·         Kalau bisa suami sebagai penyalur dana juga punya akun di bank tersebut. Tapi ini tidak terlalu penting, hanya bisa mempercepat proses. Suami saya sendiri gak punya akun di Bank M.

·         Bawa kartu nama resmi yang dikeluarkan perusahaan atas nama suami. Daripada pusing ditanya-tanya jabatan atau posisi hihihi…

·         Rekening Rupiah kita cukup aktif.

·         Jujur dalam pengisian data informasi juga sangat penting, karena salah satu angka atau info saja, bisa langsung diragukan.

·         Siapkan data keluarga dekat yang bisa dihubungi tapi tidak serumah, terutama alamat lengkapnya. Saya dan suami sempat stuck agak lama menunggu karena menunggu jawaban alamat rumah dari adik.

·         Hafalkan nama ibu dan ibu mertua tersayang dengan baik, karena akan ditanya berulang kali hahaha…

Riweuh ye kan?

Tapi demi tekad menabung dan jadi kaya, tetaplah bersemangat.


 

 

 

15 Desember 2020

It's Okay to be Lebay!

It's okay to be lebay!

Sekitar 2 minggu lalu, diundang meeting dengan salah satu calon klien. Proyeknya emang gak mungkin dibahas online. Janjian lah...

Harusnya bertemu dengan total 8 org. Tapi dua teman Emak yg bakal ngerjain bareng bilang, kalo mrk percaya aja sama Emak. Entar Emak yg bikin outline plan, mereka yg eksekusi based on it.

Sedang yang satu lgi dri pihak sebelah, terlalu sibuk jadi gak bisa dateng. Mereka ini kerja di Kementerian/Pemerintahan, jadi sering tugas daerah.

01 Februari 2020

#CeritaRetjehEmak Januari 2020

31 Januari 2020

"Abang mau dibawain oleh-oleh apa, Nak?"

"Ga ada, Mak... Pulang aja. Hati-hati di jalan, jangan lupa pake masker! Minum vitamin!"

Punya anak cowok satu-satunya gak pernah minta apapun, ke manapun Emaknya pergi. Selalu begitu.

Giliran anak cewek...

Kakak, "Beliin vnc satu, Mak! Sama tote bag yg pake resleting sama ini juga ... Bla bla bla."

Adek, "Coklat yg kayak waktu itu aja, Mak. Setoples ya sama ... Bla bla bla."

Emak 🙄🙄🙄

 

22 Januari 2020

Mengantar Anak Masuk PTN

 Persaingan ke PTN favorit itu luar biasa...

Di Korea, budaya itu juga terjadi rupanya. Peluang rekomendasi sekolah Korea yang bisa disamakan dengan SNMPTN di Indonesia, malah jauh lebih runcing.

Emak inget perdebatan dan pertengkaran antar orangtua juga antar siswa tahun lalu saat hadir di rapat sekolah Kakak. Anak diminta memilih PTN berbeda, dan kalau bisa jurusan berbeda. Karena bidang Kedokteran dan Kesehatan paling diminati, maka beberapa orangtua sampai berebut pilihan... Ujung-ujungnya tidak ada yang terpilih.

21 Januari 2020

Ketika Anak Belajar Menjelaskan Perasaannya

Di antara anak-anak Emak, Adek yang paling peka. Sometimes too much. Mungkin karena dia seorang deep imaginer juga.

Walaupun tidak berbakat cengeng seperti Kakak saat masih balita, Adek bisa menangis hanya karena orang yang disayanginya sedang menangis tanpa tahu alasan.

Jadi jangan heran, ketika Emak dan Kakak ikut menitikkan air karena terbawa kesedihan saat menonton drama, Adek yang cuma kebetulan duduk dekat kami ikut menangis tanpa tahu sebabnya 😅

Kemarin dia cerita ada sekelompok anak laki-laki di kelasnya yang melontarkan ejekan ke anak-anak perempuan, termasuk ke Adek.

16 Januari 2020

My (Not) Little Princess

My (not) Little Princess

Semalam dalam perjalanan, ngobrol dengan putri tersayang. Tentang perubahan hidup dia tahun terakhir, tentang orang-orang lama yang belakangan kami jumpai. Banyak yang bilang, Kakak berubah banyak.

Kakak, "Iya sih, Mak. Kakak ngerasa sekarang itu lebih nyantai. Udah gak kayak dulu. Soal dapet atau gak dapet, soal menang atau enggak, Kakak gak pernah peduli lagi."

"Maksudnya Kak?"

Kakak, "misalnya dulu kalo dapet nilai jelek, Kakak itu kecewa banget. Kek ngerasa ada yang salah. Kakak gak suka gagal dan kadang ngerasa down gitu."

14 Januari 2020

My Old Man, My Husband

Iya sih jarak usia Emak dan Ayah jauh... Selama ini selalu jadi bahan becandaan. What do we call for this? Age different shaming? 😅

No need. It's ok la. Kami juga gak pernah ngambil hati. Udah biasa.

Jangankan yang baru kenal, gurunya anak-anak, teman-teman di kantor, bahkan tetangga aja suka ngejoke soal perbedaan kami ini.

Emak menikah di usia 19 tahun saat Ayah udah 33 tahun dan saat ini usia pernikahan kami udah memasuki tahun ke-22.

But you know what the most important side of this?

10 Januari 2020

Hidup Dengan GERD

Gerd itu kalo habis makan, jangan langsung bobo atau duduk. Tapi bergerak santai agar pencernaan bekerja dengan baik.

Gerd itu kalo makan jangan berlebihan, tapi sedikit demi sedikit dan harus dikunyah dengan baik.

Gerd itu makan dan minum yang tidak terlalu manis, tidak terlalu berminyak, tidak terlalu asam, tidak terlalu asin, dan tidak terlalu lainnya. Sedang-sedang saja.

Ini beberapa saran dokter yang lebih mengutamakan perawatan dengan gaya hidup sehat, dibanding obat. Lebih efektif memang. Kebukti setahun kemaren, visit Emak ke IGD krn GERD berkurang drastis.

01 Januari 2020

#CeritaRetjehEmak Desember 2019

 

29 Desember 2019

Alhamdulillah masuk 5 besar, daaan tim Abang mendapat Juara 2 Best Brass.

Tapi saat baru selesai tampil...

Abang, "Gimana, Mak?"

Emak, "Duuuh, cewek yg manggil namamu banyak banget sih!? 4 penjuru stadion. Siapa mrk?"

Abang, "Mak, Abang nanya performnya Abang gimana?"

Emak, "Gak tau, tanya Kakak! Emak sibuk julidin cewek yg panggil2 kamu. Hanya Emak yg boleh, huh!"

Abang 😐😐😐

27 Desember 2019

Rasa Kuatir Orangtua

Padahal Emak dari kecil sudah biasa ikut lomba, aneka pertandingan, kompetisi dan lain sebagainya. Tapi perasaan dulu itu biasa aja. Gak ada perasaan tegang, selalu santai dan bodo amat dengan hasil akhirnya. 

Tapi jadi orangtua ternyata berbeda sekali. Anak yang bertanding, kita yang deg-degan. Bukan karena menanti hasilnya, takut dan kuatir justru saat prosesnya.