Padahal Emak dari kecil sudah biasa ikut lomba, aneka pertandingan, kompetisi dan lain sebagainya. Tapi perasaan dulu itu biasa aja. Gak ada perasaan tegang, selalu santai dan bodo amat dengan hasil akhirnya.
Tapi jadi orangtua ternyata berbeda sekali. Anak yang bertanding, kita yang deg-degan. Bukan karena menanti hasilnya, takut dan kuatir justru saat prosesnya.
Kuatir anak sakit, kuatir anak gak konsen dan membuat kesalahan saat bertanding, kuatir anak bakal sedih kalau dia kalah... Terlalu banyak kuatir yang tersimpan diam-diam dalam hati.
Makanya kalau belum siap jadi orangtua, sebaiknya siapkan dulu effort jadi manusia yang peduli dengan sekitar. Karena nanti pas udah punya anak, dimulailah hari-hari penuh kekuatiran itu. Mau anaknya penuh masalah atau penuh prestasi. Sama saja. Beda bentuk kuatirnya saja.
Saat Kakak pergi ke luar negeri nyaris selama dua minggu, selama itulah Emak gak bisa tidur nyaman. Apapun gak konsen. Bahkan HP sampe menemani Emak bobo. Begitu pula ketika Kakak baru masuk asrama dan menjalankan kuliah di hari-hari pertamanya. Yang terbayang hanya kebiasaan-kebiasaan putri Emak yang manja. Makan saja kadang masih disuapi, entah bagaimana kehidupannya di asrama.
Adek hanya ikut sanlat dua hari, Emak sampai mengecek ke tempatnya menginap. Bahkan karena merasa pelatih lamanya kurang mengakomodir komunikasi antara Emak dan anak juga kebutuhan khusus Abang, Emak memaksa Abang berganti klub Marching Band.
So, Bapak Ibu yang menjadi guru, pelatih atau pengurus yang berhubungan dengan anak-anak orang...
Inilah perasaan setiap Ibu yang menitipkan anaknya. Gak ada yang dipikirin selain kuatir. Berlebihan mungkin. Tapi ya harus dimengerti juga. Gak usah heran kalo kadang sampe ada orangtua bersikap berlebihan... Apalagi sampe dibanding-bandingkan dan dibuat status sindiran (kecuali dari view saran yaaa).
Handle with care aja, talk to the parent and make they
understand you, and of course be a good 'parent' to the children although they
aren't your children.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar