Tampilkan postingan dengan label Scholar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Scholar. Tampilkan semua postingan

13 Desember 2019

Pendidikan Oh Pendidikan!

Pendidikan itu bukan tentang nilai di atas kertas, standar berhasil atau gagal dalam hidup, apalagi bisa diterima kerja atau tidak.

Pendidikan itu untuk memperoleh ilmu dan mengembangkan potensi diri.

06 Desember 2019

Tujuan Menerjemahkan

𝙈𝙚𝙣𝙚𝙧𝙟𝙚𝙢𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙞𝙩𝙪 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙙𝙖𝙧 𝙣𝙜𝙖𝙧𝙩𝙞𝙞𝙣 𝙨𝙚𝙨𝙪𝙖𝙞 𝙞𝙨𝙞 𝙠𝙖𝙢𝙪𝙨, tapi ada tekniknya, ada strateginya, ada rambu budaya dan aturan ejaan bahasa kedua2nya.

Makanya Emak kalo nerjemahin status suka pake bahasa gaul, wong emang buat gaul. Bedalah kalo buat nerjemahin surat resmi.

Kalo nerjemahin itu gak penting, gak mungkin sampe harus ada pendidikan resmi, dan sampe disumpah segala.

15 November 2019

Saat Anak Didiagnosis Berbeda Dari Yang Lain

"Anakku kurus!!!"
"Gimana cara ngatasin Speech-Delay ya?"
"Kasih ide cara bikin anak anteng dong! Anak gue tantrum melulu!"
Begitu banyak sumber kegalauan para ibu, sampai harus saya akui, kadang responnya terlalu berlebihan. Tapi tetap saja tak bisa kita pandang sebelah mata, masih ada banyak sekali ibu yang punya perasaan lebih peka daripada yang lain.

15 April 2019

Tips & Strategi Menuju Kampus Terbaik (1)


Tidak ada yang mudah dalam membentuk masa depan.

Bahkan Thomas Edison sendiri
pernah bilang bahwa keberhasilan itu membutuhkan 1 persen inspirasi dan 99
persen adalah keringat alias usaha.

Banyak yang bilang bahwa putri
saya sangat beruntung bisa lolos seleksi beberapa kampus ternama dengan jurusan
yang bagus, tanpa tes atau ujian yang memusingkan. Peluang kecil di antara
jutaan anak-anak Indonesia yang mencoba peluang ini.

Dalam artikel ini, saya dan Kakak
akan menceritakan proses panjang hingga akhirnya Kakak mendapat begitu banyak
peluang bagus untuk memilih salah satu dari kampus-kampus terbaik itu.

09 April 2018

Penerjemahan Karya Fiksi: Contoh Anotasi

Contoh Anotasi

Ada dua onomatope yang penerjemahannya menarik untuk dibahas.

No.
TSu
TSa
Par.
1.
She didn’t want to wake Becky. However, she worried that Miss Minchin might come in and find her there. Just then, a piece of burning coal fell onto the fireplace screen with a thud. Becky opened her eyes, saw Sara, and sprang up out of her chair.
Dia tidak ingin membangunkan Becky. Namun, dia khawatir Miss Minchin mungkin datang dan menemukannya di sana. Tepat pada saat itu, sepotong arang yang terbakar jatuh di pelindung depan perapian dengan bunyi “degar”. Becky membuka matanya, melihat Sara, dan melompat dari kursinya.
[2.95]

A thud :: dengan bunyi “degar”
   Thud adalah bunyi yang ditimbulkan oleh pecahan arang ketika mengenai pelindung depan perapian. Menurut OALD (2010, offline), thud adalah “a sound like the one which is made when a heavy object hits something else”. Bunyi yang keras yang dihasilkan oleh pecahan arang itu berhasil membangunkan Becky yang sedang tertidur nyenyak.
Meskipun perapian arang tidak ditemukan di dalam budaya BSa, bunyi yang semacam itu diasumsikan mirip dengan bunyi yang keras yang ditimbulkan oleh benda berat yang lain seperti bunyi kayu dipukul.  Menurut KBBI (2008, hlm. 304), degar adalah tiruan bunyi petir, meriam, kayu dipukul, pintu didobrak, dan sebagainya. Dalam menerjemahkan thud itu, prosedur penerjemahan yang digunakan adalah  padanan budaya.

No.
TSu
TSa
Par.
2.
“Why, enchanting roofs and railings covered in soot,” Sara began, “and chimneys with smoke curling up out of them in wonderful designs. And friendly sparrows, chirping for crumbs. And the rain’s big fat drop falling from the sky and going pitter-patter upon the slate roof like  gumdrops.
“Ya, karena ada atap yang memesona dan teralis yang tertutup jelaga,” Sara mulai, “dan cerobong asap dengan asapnya yang meliuk-liuk indah. Dan burung pipit yang ramah, berkicau mencari remah-remah. Dan rintik hujan lebat yang jatuh dari langit dan berbunyi getak-getuk di atas atap bagaikan permen jeli.
[6.25]

Pitter-patter :: getak-getuk
Pitter-patter adalah tiruan bunyi butiran hujan lebat di atas atap kamar Sara. Menurut OALD (2010, offline), pitter-patter sama dengan pit-a pat yang bermakna “a quick light steps or beats”. Di dalam BSu, selain tiruan bunyi hujan di atas atap, pitter-patter juga meniru bunyi degup jantung yang keras atau bunyi langkah kaki di lantai.
Contohnya:
·         The heart went pit-a-pat.
·         I could hear the pit-a-pat of feet in the corridor.
           
Di dalam BSa, untuk menyatakan bunyi hujan adalah tik. Menurut KBBI (2008, hlm. 1461), “tik adalah tiruan untuk bunyi arloji, hujan, dan sebagainya. Untuk memperoleh bunyi yang keras sebagaimana yang dimaksud oleh TSu, bunyi titik-titik air hujan tik  tidak cocok dalam konteks hujan lebat.

Tiruan bunyi yang dianggap cocok untuk titik-titik air hujan yang lebat adalah bunyi getak-getuk. Menurut KBBI (2008, hlm. 450), getak-getuk adalah bunyi ketukan berulang-ulang secara teratur. Bunyi ketukan itu dapat disamakan dengan bunyi hujan yang jatuh secara teratur. Padanan itu dipilih karena dua alasan. Pertama, tiruan bunyi itu terasa wajar digunakan sebagai tiruan bunyi hujan lebat yang mengetuk di atas atap. Kedua, getak-getuk di dalam TSa dan pitter-patter di dalam TSu dibentuk dari pengulangan kata. Pemadanan itu menggunakan prosedur penerjemahan padanan budaya.

02 April 2018

Penerjemahan Karya Fiksi Inisiasi 1


Teks Sumber
Teks Sasaran
Be kind, for everyone you meet is fighting a harder battle.
Jadilah seseorang yang baik, pada setiap orang yang kau temui karena mereka mengalamiperjuanganyang lebih sulit.
Catatan:
-        Dengan penambahan kata untuk memperjelas pernyataan tersebut.
-        Battle dipadankan dengan ‘pertempuran, perjuangan, konflik, usaha (keras)’
Teks Sumber
Teks Sasaran
I’m not sure how Jesse got to my clinic. He didn’t look old enough to drive, although his body had begun to broaden and he moved with the grace of young manhood. His face was direct and open.

Aku tak yakin bagaimana Jesse sampai ke klinikku. Ia tak terlihat cukup umur untuk mengemudi, walaupun dadanya mulai bidangdan pembawaan yang luwes seperti seorang lelaki muda yang mulai tumbuh dewasa. Raut wajahnya masih tampak jujur dan lugu.
Catatan:
-        His body had begun to broaden, kalau diterjemahkan secara harfiah adalah tubuhnya telah mulai melebar. Secara konteks, bagian tubuh yang melebar atau menjadi bidang bagi anak laki-laki adalah dada. Agar sesuai, maka menggunakan padanan kata dadanya mulai bidang.
-        he moved with the grace of young manhood, diterjemahkan menjadi ia bergerak dengan keluwesan lelaki muda yang mulai tumbuh dewasa (the state of being a man). Secara semantis, gerakan yang dimaksud adalah pembawaannya.
-        Direct and open, salah satu makna direct adalah jujur/terusterang (honest)danopen bermakna terbuka, yang kalau diterjemahkan maknanya sama dengan lugu atau polos.

Teks Sumber
Teks Sasaran
When I walked into the waiting room, Jesse was lovingly petting his cat through the open door of the carrier on his lap. With a schoolboy’s faith in me,he had brought his sick cat in for meto mend.

Ketika aku memasuki ruang tunggu, Jesse sedang membelai kucingnya dengan penuh kasih sayang melalui pintu kandang yang terbuka di atas pangkuannya. Karena keluguannya, ia membawa kucingnya yang sakit padaku untuk diobati.
Catatan:
-        A schoolboy’s faith, bermakna harfiah keyakinan seorang anak sekolah, secara konteks dimaknai sebagai keluguan seorang anak. direduksi dan kata ‘with’ juga bisa diterjemahkan sebagai sebab (Cambridge).
-        Sedangkan to mend padanannya adalah dipulihkan, menjadi sehat kembali sehingga bisa diterjemahkan menjadi untukdiobati.


Source : Cambridge Dictionary

31 Maret 2018

Latihan Mandiri UAS : Analisis Teks Penerjemahan

Pedoman Penskoran
Setiap soal uraian (1-4) diberi skor maksimal 15 (1–15) sehingga skor total untuk keempat soal itu adalah 60 (4 x 15).
Khusus untuk soal nomor 5 dan 6, masing-masing diberi skor 20 karena bobot soal lebih tinggi (daripada soal 1-4) dengan berpedoman pada lima kriteria penilaian terjemahan berikut. Setiap kriteria diberi bobot nilai 4 sehingga nilai total untuk soal no. 5 (5 x 4 = 20) dan no. 6 (5 x 4 = 20) masing-masing  adalah 20.
Kriteria Penilaian TSa:
  • Meanings in the source language must be conveyed accurately in the target language, without loss of meanings. [Bobot nilai: 8]
  • Pay attention to the readership of your translation (i.e. clarity). [Bobot nilai: 8]
  • Be aware of the notion of register (i.e. vocabulary, style, grammatical featuresand collocation both in the source language and the target language. [Bobot nilai: 8]
  • Make sure that your translation is NOT read like a translation (i.e. naturalness). [Bobot nilai: 8]
  • There are no such things as “free translation”. [Bobot nilai: 8]
Dengan demikian, maka skor total untuk kelima pertanyaan (1–5) adalah 100 (60 + 40).
Task
Bacalah TSu berikut dengan cermat, kemudian lakukan analisis secara komprehensif terhadap TSu itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Tulis jawaban Anda di file/kertas terpisah sebelum Anda cocokkan dengan Kunci Jawaban yang tersedia.

I am a British citizen – not a second-class citizen
Coming through passport control is an ordeal, I am followed on the street and hassled by security services. Not all citizens enjoy the same rights.
By Jamal Osman

'I have been detained, questioned and harassed almost every time I have passed through Heathrow airport.
In 10 years, only one of my colleagues has been stopped.' Photograph: David Franklin/Getty Images

If you are British and think that every British citizen enjoys the same rights, my story and those of thousands of others should convince you otherwise.
I arrived in Britain in 1999 having fled the civil war in my home country, Somalia. My asylum application was approved a year later. During that time I was given accommodation and a weekly food voucher worth £35. For this I will always be grateful.
As soon as I was permitted to seek employment I started looking for a job. I worked in a laundry, a warehouse and as a taxi driver – simply to survive. Later I trained to become a journalist.
I joined Channel 4 News as a reporter, largely covering Africa – a role that required frequent travelling. And that is when my nightmare at the hands of Britain's security services began. I have been detained, questioned and harassed almost every time I have passed through Heathrow airport. In 10 years, only one of my colleagues has been stopped.
During the past five years I have also been repeatedly approached by security services trying to "recruit" me. The incentives they offer range from a "handsome salary" or a "nice car" to a "big house". I have even been told that they "could help me marry four wives". I have declined all their offers. Their psychological tactics include telling me how easy it is for them to take away my British passport and destroy my career – and even my life.
I have received regular phone calls from people I believe to be Special Branch, who invite me for a "chat over coffee". "No thanks, I don't drink coffee," I reply.
As someone who appears on television regularly it is not unusual for strangers to greet you in the street or even ask questions about a particular story you've done. But the people who follow me on the street – the spies (I call them "the Vauxhall guys") – have a different approach. After introducing themselves by their first names they declare their interest. Would I like a chat and a coffee. It won't take long. Their hunting ground is London's Victoria station, which I use regularly.

I go to the EU and British passport holders' queue when returning through Heathrow airport; I observe with interest as fellow travellers file smoothly past border control. Yet when I approach, trouble always follows. "Where are you from?", "How did you obtain a British passport?", "Have you ever been in trouble with immigration?" I answer all their questions courteously and respectfully until the inevitable happens and the official says: "Take a seat, I will be back."

Returning from my most recent trip, I took my regular seat near the control desk. Half an hour later a grey-suited man sat next to me."Hello, how are you?" he asked. "Are you from Somalia? I hear from other Somalis that things are improving now. That is what I would like to talk to you about."

I told him that I didn't particularly want to talk about Somalia and that I just wanted to go home. "Don't try and be difficult," he snapped at me. "I'll detain you if you don't answer my questions." And so it continued for another 15 minutes, during which he continued with his threats and with calling me an "idiot" and a "bad person", claiming "you will die angry and the world would be a better place without people like you". Finally he compared me to "the racist thugs we are fighting".

If there is one thing I've learned from such encounters, it is that carrying a British passport doesn't necessarily make you feel British. I came to this country to seek sanctuary. I am a multi-award winning journalist. I am an immigrant and a refugee – but I am still made to feel like an asylum seeker.

I am a Muslim, an African and a Somali. And should the security services be reading this: I am a British citizen. Please treat me like one.
(http://www.theguardian.com/commentisfree/2014/may/26/british-citizen-passport-control, diakses tgl 26/5/2014)

Pertanyaan:
        1.   Menurut Anda, termasuk jenis teks (discourse genre) apakah TSu tersebut di atas? Jelaskan!
        2.   Apa tujuan dan fungsi sosial TSu tersebut? Jelaskan!
        3.   Jelaskan secara detail tentang ciri-ciri kebahasaan TSu tersebut!
        4.   Jelaskan struktur/tata organisasi TSu tersebut!
        5.   Sekarang terjemahkan empat paragraf yang digarisbawahi ke bahasa Indonesia secara akurat, jelas, dan wajar dengan memperhatikan
        Perhatikan beberapa kriteria penilaian teks terjemahan berikut:
  • Meanings in the source language must be conveyed accurately in the target language, without loss of meanings.
  • Pay attention to the readership of your translation (i.e. clarity)
  • Be aware of the notion of register (i.e. vocabulary, style, grammatical featuresand collocation both in the source language and the target language.
  • Make sure that your translation is NOT read like a translation (i.e. naturalness)
  • There are no such things as “free translation”.

        6.  Bagaimana Anda memecahkan masalah-masalah penerjemahan yang terdapat dalam setiap paragraf  TSu vs TSa? Berikan alasan Anda.

Petunjuk Jawaban:
1)  Teks sumber (TSu) tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam jenis teks naratif karena menceritakan serangkaian peristiwa yang terjadi pada penulis TSu pada masa lampau. [Skor maksimal 15 (1–15)]
2)   Teks naratif tersebut bertujuan untuk menceritakan kepada para pembaca tentang pengalaman pribadi penulis TSu ketika ybs berurusan dengan pihak imigrasi Inggris terkait paspor yang dimilikinya.
Dilihat dari fungsi sosial TSu di atas, penulis TSu bertindak sebagai orang pertama (first person) yang menempatkan dirinya sebagai pihak yang berada di dalam teks atau sebagai tokoh yang terlibat secara langsung dalam cerita. Dengan kata lain, ia memainkan dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai penulis TSu (source text writer) dan juga sebagai tokoh dalam cerita tersebut dengan menyebut dirinya I[Skor maksimal 15 (1–15)]
3) Teks naratif tersebut di atas (TSu) memiliki sejumlah ciri kebahasaan berikut : [Skor maksimal 15 (1–15)]

No
Ciri-ciri Gramatikal
Contoh
1
Past tense




- I arrived in Britain in 1999 ...
- My asylum application was approved a year later.
- ... I was given accommodation and a weekly food ...
- As soon as I was permitted to seek employment I started looking for a job.
- I worked in a laundry, ...
- ... I trained to become a journalist.
- dll.
2
Action verb
to come through, to arrive, to work, to train, to join, to pass through, dll.
3
Chronological order
a year later, during that time, as soon as, later, during the past five years,

4)  Analisis tata organisasi teks naratif di atas (TSu) dapat digambarkan sebagai berikut. [Skor maksimal 15 (1–15)]

Setting
If you are British and think that every British citizen enjoys the same rights, my story and those of thousands of others should convince you otherwise.
Orientation
As soon as I was permitted to seek employment I started looking for a job. I worked in a laundry, a warehouse and as a taxi driver – simply to survive. Later I trained to become a journalist.
I joined Channel 4 News as a reporter, largely covering Africa – a role that required frequent travelling. And that is when my nightmare at the hands of Britain's security services began. I have been detained, questioned and harassed almost every time I have passed through Heathrow airport. In 10 years, only one of my colleagues has been stopped.
During the past five years I have also been repeatedly approached by security services trying to "recruit" me. The incentives they offer range from a "handsome salary" or a "nice car" to a "big house". I have even been told that they "could help me marry four wives". I have declined all their offers. Their psychological tactics include telling me how easy it is for them to take away my British passport and destroy my career – and even my life.
I have received regular phone calls from people I believe to be Special Branch, who invite me for a "chat over coffee". "No thanks, I don't drink coffee," I reply.
As someone who appears on television regularly it is not unusual for strangers to greet you in the street or even ask questions about a particular story you've done. But the people who follow me on the street – the spies (I call them "the Vauxhall guys") – have a different approach. After introducing themselves by their first names they declare their interest. Would I like a chat and a coffee. It won't take long. Their hunting ground is London's Victoria station, which I use regularly.
Conflication

I go to the EU and British passport holders' queue when returning through Heathrow airport; I observe with interest as fellow travellers file smoothly past border control. Yet when I approach, trouble always follows. "Where are you from?", "How did you obtain a British passport?", "Have you ever been in trouble with immigration?" I answer all their questions courteously and respectfully until the inevitable happens and the official says: "Take a seat, I will be back."
Returning from my most recent trip, I took my regular seat near the control desk. Half an hour later a grey-suited man sat next to me."Hello, how are you?" he asked. "Are you from Somalia? I hear from other Somalis that things are improving now. That is what I would like to talk to you about."
I told him that I didn't particularly want to talk about Somalia and that I just wanted to go home. "Don't try and be difficult," he snapped at me. "I'll detain you if you don't answer my questions." And so it continued for another 15 minutes, during which he continued with his threats and with calling me an "idiot" and a "bad person", claiming "you will die angry and the world would be a better place without people like you". Finally he compared me to "the racist thugs we are fighting".
Resolution

If there is one thing I've learned from such encounters, it is that carrying a British passport doesn't necessarily make you feel British. I came to this country to seek sanctuary. I am a multi-award winning journalist. I am an immigrant and a refugee – but I am still made to feel like an asylum seeker.
Reorientation
I am a Muslim, an African and a Somali. And should the security services be reading this: I am a British citizen. Please treat me like one.

5)  Berikut adalah satu versi terjemahan teks naratif tersebut. Ada lima kriteria yang digunakan ketika menilai terjemahan tersebut. Setiap kriteria diberi bobot nilai 4 sehingga nilai total untuk soal no. 5 sendiri adalah 20 (5 x 4).
TSu
TSa
I go to the EU and British passport holders' queue when returning through Heathrow airport; I observe with interest as fellow travellers file smoothly past border control. Yet when I approach, trouble always follows. "Where are you from?", "How did you obtain a British passport?", "Have you ever been in trouble with immigration?" I answer all their questions courteously and respectfully until the inevitable happens and the official says: "Take a seat, I will be back."

Returning from my most recent trip, I took my regular seat near the control desk. Half an hour later a grey-suited man sat next to me."Hello, how are you?" he asked. "Are you from Somalia? I hear from other Somalis that things are improving now. That is what I would like to talk to you about."
I told him that I didn't particularly want to talk about Somalia and that I just wanted to go home. "Don't try and be difficult," he snapped at me. "I'll detain you if you don't answer my questions." And so it continued for another 15 minutes, during which he continued with his threats and with calling me an "idiot" and a "bad person", claiming "you will die angry and the world would be a better place without people like you". Finally he compared me to "the racist thugs we are fighting".
If there is one thing I've learned from such encounters, it is that carrying a British passport doesn't necessarily make you feel British. I came to this country to seek sanctuary. I am a multi-award winning journalist. I am an immigrant and a refugee – but I am still made to feel like an asylum seeker.
Aku pergi ke Uni Eropa dan antrian para pemegang paspor Inggris ketika kembali melalui Bandara Udara Heathrow. Aku mengamati betul ketika orang-orang yang sedang malakukan perjalanan dapat melewati pemeriksaan paspor di perbatasan. Namun, ketika giliranku tiba, selalu saja ada masalah. 'Anda berasal dari mana?', 'Bagaimana Anda mendapatkan paspor Inggris?', 'Apakah Anda pernah berurusan dengan pihak imigrasi?' Aku menjawab semua pertanyaan mereka dengan sopan dan hormat hingga hal yang tak terduga terjadi dan petugas imigrasi itu berkata kepadaku: 'Silakan duduk, saya akan kembali.'
  
Sekembali dari perjalanan yang terakhir, aku selalu disuruh duduk dekat meja pemeriksaan. Setengah jam kemudian, seorang pria menggenakan jas berwana abu-abu duduk di sampingku 'Halo, apa kabar?' ia bertanya. 'Anda dari Somalia? Saya dengar dari orang-orang Somalia bahwa sekarang situasi di sana sudah berangsur-angsur membaik. Masalah itu yang ingin saya bicarakan dengan Anda.'
 Aku katakan kepadanya bahwa aku sama sekali tidak ingin membicarakan tentang Somalia. Aku hanya ingin pulang ke rumah. 'Saya minta Anda tidak mempersulit,' ia menggertakku. 'Saya dapat menahan Anda jika Anda tidak menjawab pertanyaan saya.' Interogasi itu berlanjut selama 15 menit kemudian. Ia selalu mengancam dan memanggilku  'idiot' dan 'orang jahat'. 'Anda akan mati kelaparan dan tanpa orang seperti Anda dunia ini akan lebih baik'. Terakhir, ia membandingkanku dengan 'kekerasan berbau rasis yang sedang kami hadapi'.
Ada sebuah pelajaran yang aku dapat dari kejadian tersebut, yaitu membawa paspor Inggris tidak selalu membuat Anda merasa sebagai orang Inggris. Kedatanganku ke negara ini adalah untuk mencari perlindungan. Aku adalah seorang wartawan yang berhasil memenangkan berbagai penghargaan. Aku seorang imigran dan pengungsi – tetapi aku masih merasa seperti seorang pencari suaka.
6) Berikut adalah beberapa masalah penerjemahan yang mungkin timbul ketika Anda menerjemahkan beberapa paragraf teks naratif tersebut serta strategi penerjemahan yang dapat Anda terapkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Penerapan teknik-teknik penerjemahan TSu yang tepat untuk paragraf 8—11 berikut dan alasan pemilihannya diberi bobot nilai maksimal 20 (5 x 4 = 20).
Paragraf 8:
Dalam paragraf ke-8, terdapat enam masalah penerjemahan yang perlu dicarikan strategi penerjemahannya ke bahasa Indonesia.
(1)   Pemilihan laras bahasa/register berdasarkan situasi berbahasa, melalui pemadanan: ... :: aku [ragam bahasa non formal]; Where are you from? :: Anda berasal dari mana?How did you obtain a British passport? :: Bagaimana Anda mendapatkan paspor Inggris? [ragam bahasa formal]
(2)   Teknik deskripsi (descriptivedengan cara memberi penjelasan singkat, melalui pemadanan: fellow travellers ::orang-orang yang sedang malakukan perjalanan;
(3)   Teknik modulasi (modulation) yang ditandai dengan perbedaan sudut pandang secara semantis, melalui pemadanan: Yet when I approach, trouble always follows :: Namun, ketika giliranku tiba, selalu saja ada masalah;
(4)   Teknik transposisi (transposisiiton/shift) yaitu perubahan konstruksi kalimat TSu dalam TSa menurut kaidah BSa, melalui pemadanan: Have you ever been in trouble with immigration? :: Apakah Anda pernah berurusan dengan pihakimigrasi?;
(5)   Teknik penambahan (addition/contextual conditioningmelalui penambahan kata ‘imigrasi’ pemadanan: the official says :: petugas imigrasi itu berkata kepadaku.

Paragraf 9:
Dalam paragraf ke-9, terdapat dua masalah penerjemahan yang perlu dicarikan strategi penerjemahannya ke bahasa Indonesia.
(1)   Teknik transposisi, melalui pemadanan: ... Returning from my most recent trip, I took my regular seat near the control desk :: Sekembali dari perjalanan yang terakhir, aku selalu disuruh duduk dekat meja pemeriksaanI hear from other Somalis that things are improving now :: Saya dengar dari orang-orang Somalia bahwa sekarang situasi di sana sudah berangsur-angsur membaik;
(2)   Teknik eksplisitasi (explicitation) yaitu mengungkapkan sesuatu yang implisit dalam TSu secara eksplisit dalam TSa, melalui pemadanan: That is what I would like to talk to you about :: Masalah itu yang ingin saya bicarakan denganAnda.

Paragraf 10:
Dalam paragraf ke-10, terdapat empat masalah penerjemahan yang perlu dicarikan strategi penerjemahannya ke bahasa Indonesia.
(1)   Laras bahasa/register melalui penggunaan adverbia particularly  dalam TSu ... I didn't particularly want to talk about Somalia. :: ... aku sama sekali tidak ingin membicarakan tentang Somalia [ragam bahasa non formal];
(2)   Teknik transposisi, melalui pemadanan: Don't try and be difficult :: Saya minta Anda tidak mempersulit’;
(3)   Teknik modulasi, melalui pemadanan: I'll detain you if you don't answer my questions :: Saya dapat menahan Anda jika Anda tidak menjawab pertanyaan saya;
(4)   Teknik transposisi, melalui pemadanan: And so it continued for another 15 minutes, during which he continued with his threats and with calling me an "idiot" and a "bad person", claiming "you will die angry and the world would be a better place without people like you" :: Interogasi itu berlanjut selama 15 menit kemudian. Ia selalu mengancam dan memanggilku  'idiot' dan 'orang jahat'Anda akan mati kelaparan dan tanpa orang seperti Anda dunia ini akan lebih baik.

Paragraf 11:
Pada paragraf ke-11, terdapat beberapa fenomena penerjemahan yang menarik yang dapat diatasi dengan menerapkan sebuah teknik penerjemahan.
(1)   Teknik transposisi melalui penerjemahan kalimat majemuk (complex sentence) dan kalimat pengandaian (conditional sentence) menggunakan ‘if’ dalam TSu If there is one thing I've learned from such encounters, it is that carrying a British passport doesn't necessarily make you feel British menjadi kalimat majemuk dan tidak lagi berupa kalimat pengandaianAda sebuah pelajaran yang aku dapat dari kejadian tersebut, yaitu membawa paspor Inggris tidak selalu membuat Anda merasa sebagai orang Inggris.
Salah satu alasan kenapa hal tersebut dilakukan adalah untuk menghindari keterikan TSa pada konstruksi kalimat TSu sehingga aspek kewajaran (naturalness) dalam TSa dapat terpenuhi.
Fenomena kedua adalah penerjemahan frase a multi-award winning journalist ke bahasa Indonesia. Salah satu teknik penerjemahannya adalah dengan memecah-mecah frase itu menjadi komponen-komponen pembentunya yang lebih kecil, yaitu a journalist :: seorang wartawan; a winning journalist :: seorang wartawan yang berhasil memenangkan; a multi-award winning journalist :: seorang wartawan yang berhasil memenangkan berbagai penghargaan. Perlu diingat bahwa adjektiva (winning) yang paling dekat dengan nomina journalist diterjemahkan lebih dulu, diikuti dengan adjektiva multi-award, dst.
Fenomena penerjemahan yang sama juga terjadi pada penerjemahan frase British passport holders' queue :: antrian parapemegang paspor Inggris.