15 April 2019

Tips & Strategi Menuju Kampus Terbaik (1)


Tidak ada yang mudah dalam membentuk masa depan.

Bahkan Thomas Edison sendiri
pernah bilang bahwa keberhasilan itu membutuhkan 1 persen inspirasi dan 99
persen adalah keringat alias usaha.

Banyak yang bilang bahwa putri
saya sangat beruntung bisa lolos seleksi beberapa kampus ternama dengan jurusan
yang bagus, tanpa tes atau ujian yang memusingkan. Peluang kecil di antara
jutaan anak-anak Indonesia yang mencoba peluang ini.

Dalam artikel ini, saya dan Kakak
akan menceritakan proses panjang hingga akhirnya Kakak mendapat begitu banyak
peluang bagus untuk memilih salah satu dari kampus-kampus terbaik itu.


MEMILIH SMA

Bukan rahasia lagi kalau SMA favorit dipilih karena kemungkinan masuk PTN yang lebih besar. Tapi, jika ingin memperhitungkan SMA bagus, maka lihat sejarah siswa-siswanya yang masuk PTN, akreditasi sekolah dan jurusan yang ditawarkan. Beberapa SMA walaupun sama-sama negeri menjalankan program berbeda.

Perjuangan Kakak dimulai justru ketika ia gagal masuk SMA pilihannya. SMA yang Kakak pilih saat ini adalah SMA yang terdapat dalam pilihan ketiganya di jalur umum. Jadi saat itu, Kakak sebenarnya sedikit kecewa. Tapi di sisi lain, saya sendiri menyukai pilihan terakhir ini karena program jurusan yang ditawarkan bukan IPA saja, tapi MIPA. Ada peminatan Matematika yang merupakan salah satu mapel yang paling dikuasai Kakak.
Kegagalan ini terjadi karena dia sempat menganggap remeh hasil UN SMP. Hal paling menyakitkan buat Kakak saat itu adalah sindiran dari teman-temannya yang selama ini nilainya jauh di bawah dirinya, tapi ternyata justru diterima di SMA pilihan. Bukan Kakak saja yang mengalami, tapi juga beberapa temannya yang selama tiga tahun di SMP berada di jajaran rangking teratas (10 besar). Anak yang meraih UN tinggi, bisa dengan mudah masuk SMA pilihannya, padahal selama 3 tahun prestasi dan tingkah lakunya tergolong buruk (langganan konseling). Itu sebabnya saya termasuk orangtua yang meminta UN untuk dihilangkan saja.
Pada akhirnya, Kakak dan dua teman eks SMPnya yang mengalami rasanya masuk SMA bukan pilihan pertama walaupun selalu 10 besar di SMP  justru diterima di PTN jalur SNMPTN. Beberapa teman eks SMPnya juga diterima di UI, IPB dan ITB. Semuanya memang menunjukkan prestasi di SMP dan di SMA secara kontinyu.

MENENTUKAN JURUSAN di SMA

Jangan pernah membiarkan anak memilih jurusan tanpa berkonsultasi dengan guru atau orangtua. Seberapapun inginnya kita memberikan kebebasan pada anak untuk memilih, mereka belum punya pengalaman. Bukan tidak mungkin penyesalan di kemudian hari karena salah memilih itu
terjadi.


Kakak dan saya sempat ribut besar karena jurusan di SMA. Saya, berdasarkan pengamatan bertahun-tahun yakin kalau jurusan yang cocok untuknya adalah IPS. Kakak memang suka Matematika, tapi cenderung ke arah mapel Ekonomi. Ia juga punya kemampuan menilai karakter yang sangat bagus, pemahaman terhadap situasi di sekitarnya dan peka terhadap masalah-masalah psikologi. Ini juga terbukti dari pengamatan para psikiater dan laporan psikologi Kakak yang sempat ia jalani berkali-kali.
Tapi karena pengaruh guru-gurunya di SMP, Kakak memilih jurusan IPA di luar sepengetahuan saya. Saking kesalnya, saya mengajukan protes pada kepala sekolahnya saat itu. Untuk saya pribadi, tak ada bedanya jurusan IPA atau IPS. Buat saya, IPA untuk anak pintar dan IPS untuk anak yang kurang pintar tidak berlaku. Yang membedakan adalah cocok atau tidaknya anak saya di jurusan itu.
Terbukti 3 tahun kemudian, ini juga jadi penyesalan Kakak. Ketertarikannya di bidang Sosiologi, Psikologi, Desain dan Ekonomi menjadi bukti kalau ia memang lebih cocok untuk jurusan IPS. Ini juga yang menjadi pertimbangan saya dan dia memilih jurusan di kampusnya saat ini.

MENENTUKAN MOTIVASI DAN TARGET

Motivasi adalah kekuatan inspirasi untuk anak agar ia ikhlas dan sabar menjalani masa-masa perjuangannya selama tiga tahun. Sementara target nilai raport ini penting untuk memenuhi standar penilaian yang diinginkan pihak kampus. Tanpa dua hal ini, mustahil bagi anak untuk bisa diterima di kampus yang ia inginkan dengan mudah.

Karena saat awal masuk SMA, Kakak belum bisa menentukan jurusan yang ia sukai untuk kuliah nanti (dari awal ia sudah salah memilih jurusan di SMA, jadi pas masuk dan diminta menentukan jurusan IPA di kampus, Kakak kebingungan).
Berdasarkan pengamatan saya melalui passing grade calon mahasiswa sebelumnya, akhirnya saya menentukan nilai di atas 85 untuk semua mata pelajaran khusus (IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika). Kakak sempat kaget dengan target ini. Tapi saya kembalikan ke dia lagi. Bukankah saya bilang dia lebih cocok di jurusan IPS sejak awal, kenapa ngeyel? Kakakpun gak berani protes lagi. Tapi ia juga memohon pengertian saya jika tidak bisa mencapai nilai itu. Saya setuju, dengan kesepakatan, dia juga harus siap dan mengerti jika nanti tidak bisa memilih jurusan yang ia mau.
Motivasi... Motivasi Kakak hanya satu. Pergi ke Korea sendirian (dengan travel agent, bukan dengan keluarga). Jadi saya terima itu dengan syarat, ia harus masuk PTN dan kami akan membiayai perjalanannya ke negara impiannya tersebut. Jadi selama Kakak belajar keras, saya dan suami menabung 1-2 juta tiap semester untuk biaya perjalanan ini.   
Kakak menulis motivasi ini di depan meja belajarnya dengan kalimat “GO TO KOREA 2020!!!”, dan menurutnya sangat efektif dalam memacu semangatnya. Setiap kali matanya mengantuk dan mulai merasa bosan, ia membacanya dan kembali bersemangat. Percayalah kekuatan motivasi itu sangat luar biasa!

MENYUSUN KEKUATAN MAPEL

Perhitungkan mapel kekuatan, kelemahan, yang disukai dan tidak disukai anak. Ini untuk menyusun strategi belajar, menentukan jurusan di kampus sekaligus mulai berjuang untuk meraih
nilai sesuai target.

Kakak menyukai mapel Matematika baik Matematika Dasar maupun Peminatan. Tapi secara spesifik, lebih ke tema Matematika Ekonomi (soal cerita, menghitung peluang, praktek perbankan). Ia sangat lemah di mapel Bahasa Inggris, namun sangat menyukai mapel Sastra Inggris (cenderung ke seni, jadi sesuai dengan minat awalnya). Mapel khusus IPA yang diminati Kakak paling besar adalah Fisika, sayangnya secara nilai raport justru mapel Biologi yang lebih dominan.
Tapi seburuk-buruknya kelemahan Kakak, di raportnya nilai mapel Bahasa Inggris masih berada di atas 80, sementara dominasi nilai Biologi hampir mencapai 90.

MEMILIH TEMPAT LES

Karena banyaknya jenis ujian yang akan dijalani anak di akhir masa belajar SMA nanti, jelas tidak mungkin jika mengharap hanya dari sekolah. Memilih tempat les yang compatible dan terjangkau dananya adalah salah satu strategi penting lainnya.

Sejak awal kami sudah mengetahui biaya les untuk tempat les bagus cukup besar. Dari kelas termahal antara 30-12 juta, sedang 7-12 juta dan termurah 3-7 juta (tahun 2019). Kami memutuskan untuk memilih yang kedua. Karena cukup mahal bagi ekonomi keluarga, maka di kelas 10 dan 11, Kakak memutuskan untuk tidak ikut les apapun. Ia memilih belajar sendiri. Sementara kami tetap menyisihkan anggaran les-nya (sekitar 3 jt pertahun) sebagai persiapan les untuk tahun ke-3 SMA. Baru di tahun ke-3, Kakak ikut sebuah tempat les di kawasan Salemba dengan total pembayaran 8 juta, dikurangi diskon spesial karena membayar tunai.
Kakak memperoleh dana bantuan belajar setiap tahun dari perusahaan Ayahnya (sekitar 2 juta/pertahun di masa SMA dengan syarat nilai target tertentu) jadi ini cukup membantu kami menyiapkan dana les. Kakak juga aktif menulis untuk dunia remaja Kpop/Kdrama, dibayar secara profesional (sekitar 50-300rb per artikel) dan biasanya otomatis masuk rekening pribadinya. Untuk yang terakhir ini, Kakak lebih menganggapnya sebagai hobi, bukan pekerjaan jadi ia nyaris tak pernah peduli dengan pembayaran. Jika ikut kegiatan seni untuk tampil atau perform, atau secara khusus diminta melatih alat musik dalam tim MB TK/SD, fee yang ia terima biasanya dibagi dua. Sebagian untuk disimpan, sebagian lagi untuk dipakai bermain atau bersenang-senang dengan temannya. Dana yang dihasilkan Kakak ini terbukti cukup mampu meng-cover semua pengeluaran tak terduga selama berjuang mencari kampus-kampus terbaik.
Oh ya, teman-teman Kakak banyak yang sudah bekerja secara part-time saat liburan sekolah. Ada yang jaga stan (mulai dari 100rb-500rb/hari) saat pameran, atau bekerja di restoran saat liburan. Mereka mengumpulkan dana ini tidak hanya untuk membiayai dana les-les atau kegiatan luar sekolahnya, tapi juga menabung untuk persiapan saat kuliah nanti. Beberapa lainnya melakukan penjualan secara online sesuai dengan minatnya masing-masing. Ada yang menjual lukisan, hasil jahitan, peralatan make-up bahkan makanan buatannya. Lainnya menjadi vlogger atau Buzzer produk.

MENGUMPULKAN PRESTASI & SKILL di LUAR SEKOLAH

Bagian ini mungkin sering diabaikan oleh orangtua. Padahal prestasi adalah salah satu pertimbangan yang paling besar bagi pihak Kampus dalam memilih mahasiswanya. Prestasi terbaru dalam 2-3 tahun terakhir adalah prestasi yang paling diperhitungkan, terutama prestasi dengan tingkat kompetitif yang tinggi (Nasional atau Internasional). Prestasi di bidang sains atau seni yang berhubungan dengan pilihan jurusan anak juga penting.

Penting juga untuk mengambil kursus dan meraih sertifikat seperti TOEFL dan IELTS. Untuk yang ingin mengambil jurusan Bahasa atau Sastra, atau tertarik mencoba S1 di luar negeri. Sebaiknya mulai menyiapkan sertifikat jenis ini.

Kakak mengalami kesulitan dalam memperoleh sertifikat TOEFL dan IELTS, yang juga menjadi penghambat saat ia ingin melamar kesempatan menjadi mahasiswa asing di kampus luar negeri. Kesibukannya bertambah saat harus les TOEFL, tes TOEFL dan belajar persiapan USBN/UN secara bersamaan. Kakak sempat mengalami perasaan tertekan karena terlalu sibuk. Ia sempat sakit juga. Kakak juga gagal meraih min. 500 untuk TOEFL-nya setelah 3x tes (dananya sekitar +200rb/tes) dan baru yang ke-4 kalinya ia berhasil. 
Saran saya untuk orang tua lain, sebaiknya ikut les persiapan sertifikat satu ini sebelum naik ke kelas 12 dan mengambil tes saat bulan Januari (dengan perhitungan masa berlaku minimal 6 bulan)
Soal prestasi, Kakak sudah menjalani kegiatan ekstrakurikuler sebagai anggota Marching Band di sebuah lembaga luar sekolah. Ia sempat ikut kegiatan kompetisi berskala Nasional dan dua kali saya daftarkan dalam sebuah kegiatan bermain musik internasional di kawasan Asia. Semua kegiatan ini mungkin terlihat gratis karena Kakak mendapat undangan dan dana dari Pemerintah/Lembaga, tapi pada prakteknya saya mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendukung kegiatan tersebut selama proses pelatihan, karantina dan tampil. Dananya sekitar 8-10 juta saya habiskan untuk mendukungnya selama 3 tahun, termasuk biaya akomodasi dan transport saya pribadi selama menemaninya.

MENGUMPULKAN INFORMASI PELUANG BEASISWA & MASUK KAMPUS JALUR PRESTASI

Kalau bagian ini menurut saya adalah tugasnya orangtua. Tugas kita untuk mencari tahu informasi mengenai beasiswa atau peluang masuk kampus. Informasi ini terdapat dalam pameran pendidikan, yang kemudian juga bisa kita pelajari lebih dalam secara online.
Kurang lebih satu bulan setelah Kakak naik ke kelas 12, saya dan Kakak 
menghadiri sebuah pameran pendidikan yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti. 
Saat itu antriannya sangat panjang, hingga Kakak sempat protes. Teman-temannya 
saja masih banyak yang menikmati liburan, kami sudah bersusah payah antri berjam-jam.
Tapi hasilnya, kami mendapat beberapa informasi sekaligus bisa mulai 
menyusun rencana termasuk rencana Kakak untuk menjalani pendidikan lanjutan ke
luar negeri, rencana mengajukan beasiswa, dan mencoba salah satu peluang 
beasiswa perguruan tinggi swasta. Selain itu, seminar pendidikan tinggi yang 
juga berlangsung saat itu cukup banyak memberi informasi strategi belajar, cara-cara 
untuk mengajukan beasiswa, memahami jurusan atau mencari peluang masuk kampus 
terbaik. Kakak ikut program beasiswa OSC Medcom.id juga karena informasi dari Pameran 
ini.
 
Pada saat bekerja di salah satu negara bagian Malaysia selama 4 minggu, 
saya mencoba berkunjung ke salah satu universitas di negeri tersebut dengan 
bantuan teman yang kebetulan pernah kuliah S2 di sana. Saat berkunjung ini kami 
ditemui oleh profesornya yang kemudian menyarankan Kakak untuk ikut tes masuk Special 
Foreign Student, setelah ia melihat prestasi dan nilai raport Kakak di sekolah. 
Karena saat itu nilai dominan Kakak adalah Biologi, maka profesor tersebut 
menyarankan Kakak untuk memilih jurusan Mikrobiologi. Siapa sangka setelah mengajukan 
Esai, mengikuti ujian tertulis, wawancara sosial ekonomi dan prestasi, Kakak 
diterima dengan beasiswa pendidikan khusus. Rupanya sejarah keluarga saya yang memiliki 
kedekatan budaya asal dengan negara ini juga menjadi alasan pihak universitas 
menerima Kakak.
 
Sejujurnya, dalam proses pemilihan jurusan untuk Program OSC dan Universitas 
di Malaysia ini didominasi oleh keputusan saya. Kakak masih bingung dan 
ragu-ragu, jadi saya mengambil keputusan untuknya karena saat itu kami diburu 
oleh waktu. Universitas Al Azhar Indonesia dengan jurusan Teknik Industri dan Universitas 
di Malaysia dengan jurusan Mikrobiologi.


Sampai di sini, daftar di atas masih merupakan cara-cara paling umum untuk memulai perjuangan menuju kampus. Cukup rumit kan? Karena memang tak ada yang instan untuk berhasil.

So, tetap semangat! Sampai nanti di tulisan berikutnya tentang Tips & Strategi Menuju Kampus Terbaik.

Tidak ada komentar: