Minggu ini sedikit bingung memilih film atau drama yang ingin di-review. Kesibukan dan hampir tak ada waktu buat duduk manis di depan televisi lama-lama membuat sempat galau memilih drama atau film televisi. Sempat terpikir untuk mereview Grey’s Anatomy karena musim ini adalah musim terakhir, tapi urung karena drama satu itu pun jarang saya ikuti. Terbersit juga keinginan membahas Elsa dan Anna yang muncul di Once Upon A Time... Tapi tidak asyik karena belum tayang.
Akhirnya pilihan itu pun dibantu oleh Kakak yang tahu banget jenis drama atau film yang ingin direview Emaknya. Kali ini drama yang membahas kehidupan remaja dengan semua masalah yang mereka alami seperti kehidupan cinta yang simple tapi rumit, candaan segar yang polos, impian, dan kasus bullying atau penindasan.
Drama pilihan minggu ini adalah School 2015, Who Are You. Sebuah drama Korea yang mengangkat kehidupan remaja. Dua orang gadis kembar terpisahkan sejak kecil. Yang satu tinggal di panti asuhan Hope di Tongpyeong bernama Lee Eun-Bi, sedangkan saudari kembarnya bernama Go Eun-Byul diadopsi, tinggal di Seoul dan bersekolah di sebuah sekolah bergengsi bernama Sekang High School.
Oh ya, sedikit catatan sebelum School 2015, juga ada School 2013 yang diperankan salah satunya Jong Suk yang main di Pinocchio. Cerita School (tahun) ini dimulai mengikuti drama panjang tentang remaja di sekolah menengah yang pernah jaya sebelum tahun 2000an. Saya lupa tepatnya, tapi cerita itu akhirnya dimunculkan per judul dengan tahun di bagian belakangnya untuk menandakan perbedaan.
Kali ini drama School 2015 dengan judul Who Are You, sebenarnya bukan sekedar mencari tahu tentang seseorang, tapi inti sebenarnya adalah pencarian jati diri remaja. Mereka, para remaja sendiri masih mencari Who Am I dan itu dijelaskan dalam berbagai sudut dalam cerita ini. Ada Lee Eun-Bi yang mencoba memahami dirinya Isetelah selamat dari percobaan bunuh diri, Go Eun-Byul yang berusaha lari dari perasaan bersalah, Tae-Kwang yang belajar melihat dari sudut pandang orang lain, Yi-An yang belajar menemukan apa sebenarnya mimpinya, dan teman-teman mereka yang rata-rata semuanya sama... mencari jati diri mereka yang sebenarnya.
Cerita dimulai dengan sedikit polemik di sekolah Lee Eun-Bi. Niat baiknya membantu salah satu temannya lepas dari penindasan So-Young malah membuat menjadi korban penindasan So-Young dan kawan-kawan. Masalah demi masalah menimpa Lee Eun-Bi, sampai akhirnya dia malah dituduh bersalah dan dikeluarkan dari sekolah karena tekanan orangtua Kang So-Young yang menjadi pejabat di kejaksaan. Putus asa karena kehidupannya, Lee Eun-Bi melakukan langkah ekstrim. Dia memutuskan bunuh diri, lompat dari jembatan.
Sementara Go Eun-Byul menghadapi masalahnya sendiri. Ternyata selama bertahun-tahun, Go Eun-Byul tahu kalau dia punya saudari kembar. Selama ini setiap kali ia membeli barang, ia juga membelikannya barang yang sama untuk Lee Eun-Bi dan mengirimkannya kepada adiknya memakai nama ibu angkatnya. Di awal cerita, Go Eun-Byul digambarkan sebagai gadis tertutup yang tidak banyak bicara sejak kematian Su-Jin sahabatnya. Kita digiring untuk merasakan perasaan bersalah dalam diri Go Eun-Byul atas kematian Su-Jin.
Pernahkah terpikir kalau bullying atau penindasan itu ternyata tak hanya sekedar tinju atau pukulan, atau kekerasan non verbal seperti kata-kata kasar? Ada satu perlakuan yang bisa digolongkan sebagai penindasan dan sangat sering terjadi di kalangan remaja bahkan masyarakat tapi tidak dianggap sebagai penindasan. Perlakuan itu adalah mengabaikan. Ya... mengabaikan atau istilah remaja ‘nyuekin’ ternyata bisa dianggap sebagai salah satu bentuk smooth bullying yang kerap terjadi di sekitar kita.
Inilah yang terjadi pada Lee Eun-Bi dan Su-Jin. Lee Eun-Bi diabaikan oleh teman-temannya termasuk teman yang justru dibantunya lepas dari penindasan verbal. Keputusasaannya karena tak ada perlindungan orangtua membuatnya memutuskan bunuh diri. Sedangkan Su-Jin juga sama, menjadi korban penindasan beberapa anak nakal tetapi tak mendapat pertolongan dari sahabatnya sendiri. Ketika Su-Jin sakit dan berbaring di meja saat di kelas, tak seorang pun menyapanya atau setidaknya bertanya mengapa dia terbaring diam termasuk gurunya. Ternyata, Su-Jin meninggal di dalam kelas saat gurunya sedang mengajar. Yang lebih tragis, kematiannya baru disadari tiga jam setelah sekolah usai. Kontan hal ini membuat Direktur Sekolah berupaya keras menutupi masalah itu, termasuk membungkam Go Eun-Byul dan pak guru (ganteng) yang mengajar di kelas, yang menjadi saksi mata kematian Su-Jin.
Kembali pada Lee Eun-Bi yang bunuh diri, ia ternyata selamat karena Go Eun-Byul menyelamatkannya. Karena pakaian mereka sama, Lee Eun-Bi dianggap sebagai Go Eun-Byul. Go Eun-Byul sengaja membiarkan saudarinya merasakan kehidupannya karena ia merasa berutang padanya. Lee Eun-Bi yang amnesia pun akhirnya hidup sebagai Go Eun-Byul. Sementara itu di kota Tongpyeong, sesosok jenazah ditemukan dan dianggap sebagai Lee Eun-Bi.
Di sinilah cerita mulai berputar-putar, Lee Eun-Bi yang tidak ingat apapun menikmati kehidupan barunya dengan gembira. Teman-temannya yang melihat perubahan Go Eun-Byul versi Lee Eun-Bi pun menyukainya, termasuk dua anak remaja laki-laki yang berbeda karakter. Tae-Kwang putra Direktur yang agresif, bandel dan ganteng (ini definisi Kakak) dan Yi-An seorang atlet renang yang kalem, pendiam dan ganteng juga... hahaha (lagi lagi masih definisi kakak... dan tentu saja diapprove Emak)
Tapi bukan drama namanya kalau hanya ada cerita segitiga remaja saja. So-Young yang terusir dari Tongpyeong karena berita bunuh diri Lee Eun-Bi dianggap sebagai akibat perbuatannya, ternyata pindah sekolah ke sekolah Go Eun-Byul versi Lee Eun-Bi. Sekali lihat So-Young langsung tahu kalau Go Eun-Byul adalah Lee Eun-Bi. Ia pun mulai membuat beraneka trik untuk menjatuhkannya.
Perlahan-lahan Lee Eun-Bi pun mulai ingat siapa dia. Karena kepribadiannya yang lembut dan baik hati, Lee Eun-Bi memutuskan untuk kembali menjadi jati dirinya. Namun kali ini ibu angkat Go Eun-Byul justru ingin Lee Eun-Bi menggantikan posisi Go Eun-Byul selamanya. Akhirnya Lee Eun-Bi pun menjalankan kehidupan Go Eun-Byul sepenuhnya. Sayangnya, Kang So-Young tetap membuatnya tak bisa tenang.
Drama ini juga berkisah tentang cinta segitiga antara Lee Eun-Bi, TK dan YA. Dan seperti kisah-kisah remaja lainnya, tentu saja ada cinta yang bertepuk sebelah tangan dan ada cinta yang tarik ulur. Kalau yang ini silakan nonton sendiri ya... Makin pelik ketika Go Eun-Byul tiba-tiba muncul dalam keadaan sehat walafiat.
Lalu ada kisah si remaja juara kelas yang selalu mendapat tekanan orangtuanya, akhirnya memberontak dan juga hampir bunuh diri karena tak kuat. Sang juara kelas ini justru tidak tahu apa yang menjadi impiannya. Nah, ini cerita yang wajib ditonton para Emak yang masih ngerasa rangking itu penting, hahaha...
Apalagi ya? Oh ya, ada juga tentang gadis salah satu sahabat Go Eun-Byul yang punya ibu cantik luar biasa, namun dirinya justru merasa tertekan karena kelebihan Ibunya itu (Jadi paham perasaan Kakak sekarang #Eh). Ibunya yang ambisius sibuk mencarikannya tempat belajar agar putrinya bisa jadi anak pandai. Sayang si anak malah merasa tertekan karena lingkungan barunya yang asing dan ketidakmampuannya mengimbangi kemampuan teman-teman barunya.
Sementara itu menjelang akhir seri drama ini, saat Go Eun-Byul muncul, cerita mengenai smooth bullying yang dialami Su-Jin pun terungkap dan ia melihat kehidupan adik kembarnya sendiri yang menjadi korban bullying, membuat Go Eun-Byul menyadari rasa sakit yang dirasakan kakak Su-Jin. Ini membuat mata kita terbuka, pesannya ‘tuuuh lihat para pelaku bagaimana rasanya kalau yang mengalami kekerasan itu ternyata saudara kamu!’
Masih banyak lagi cerita-cerita pendukung yang akan membuat kita tersenyum manis sampai tersenyum miris. Kehidupan remaja memang unik, kehidupan penuh gelombang perasaan seperti jet coaster... berubah-ubah dengan cepat. Persahabatan, persaudaraan, percintaan bahkan hubungan dengan orangtua, dengan guru dan lingkungan mereka.
Letak kekuatan drama ini adalah pesan-pesannya yang cukup jelas. Selain mengupas soal bullying, ada pesan tentang kehidupan remaja yang penuh tekanan, yang bahkan tak tahu tujuan hidupnya, yang penuh mimpi namun kesamaan mereka adalah satu... kebutuhan akan pengakuan sebagai seseorang dan menemukan apa yang ingin mereka capai.
Kata-kata Lee Eun-Bi di episode terakhir menyatakan secara tak langsung bahwa remaja di usia 18 tahun selalu boleh bermimpi, boleh mengejar apa yang diinginkan walaupun terkadang mereka jatuh dan terluka. Tak apa-apa terluka karena mereka masih muda, masih 18 tahun. Ini pesan yang menyiratkan agar seorang remaja berani untuk melangkah ke depan, sesulit apapun halangan dan rintangan yang ia alami. Karena mungkin di balik semua halangan itu ada kebahagiaan yang menanti.
Menonton bisa jadi kegiatan yang baik, namun bisa jadi kegiatan yang buruk. Karena itu ambil manfaatnya, tidak berlebihan dan jangan lupa dampingi anak bila menonton bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar