Ada satu permainan yang sering saya mainkan bersama anak-anak. Permainan berpikir yang memancing tak hanya tawa geli, tapi mengajari saya untuk memahami anak-anak jauh lebih dalam ke pemikiran mereka yang kadang-kadang sulit dibaca.
Kita, sebagai orangtua, seringkali sulit memahami mengapa seorang anak selalu melihat segala sesuatu berbeda dengan orang lain. Padahal, sama seperti kita, anak-anak juga sering tak paham mengapa orangtua mereka berpikir berbeda.
Karenanya, saya menciptakan permainan otak ini.
Sebagai contoh, saya meminta anak-anak menuliskan keinginan mereka. Entah itu, ingin sepatu baru, ingin mencoba rambut baru, ingin kursus tambahan, ingin berhenti dari ini atau itu. Sampai kemudian ke hal-hal biasa. Ponsel, sayuran hijau, televisi, Ayah, Adik, belajar, sepeda motor bahkan sampai ke soal berat badan. Lalu kami menuliskan sendiri, apa yang terlintas saat memikirkan hal itu.
Hasilnya …
Kursus
- (OT) untuk menambah life skill anak-anak
- (Anak) Biar tambah keren dong!
Baju Baru
- (OT) Karena tubuh anak-anak sudah makin besar
- (Anak) Kalo udah mulai bosen, bilang aja udah kekecilan.
Sayuran hijau
- (OT) Supaya anak-anak sehat
- (Anak) Wueek! Gak enak! Kan sekarang banyak vitamin, sama aja.
Televisi
- (OT) Televisi tidak baik kalau terlalu lama
- (Anak) Orangtua selalu mikir nonton gak baik pastinya, padahal kita banyak belajar dari TV.
Belajar
- (OT) Alhamdulillah, itu demi mencapai masa depan yang bagus untuk anak-anak
- (Anak) Daripada denger Emak ngomel. Daripada dibully guru karena bodoh. Ya nasib deh, penderitaan demi sebuah kesuksesan.
Ayah
- (OT) Seseorang yang seharusnya diajak kerjasama oleh Emak, tapi selalu berkhianat kalau diajak anak.
- (Anak) Seseorang yang selalu bisa kompromi, selama Emak gak tau
Berat Badan
- (OT) Kalau nambah artinya sehat
- (Anak) Kalau nambah artinya siap-siap dibully sekelas
Sepeda motor
- (OT) Bahaya!
- (Anak) Biar gampang ke mana-mana, gak nunggu ojek online yang lama, gak nunggu Emak atau Ayah jemput pake acara ngubek2 seisi sekolah kalau gak ketemu…
Note: OT > ORANGTUA
Permainan ini banyak membuka mata saya bahwa ada banyak hal yang tidak kita ketahui dari anak-anak, apalagi ketika mereka telah beranjak remaja. Sulit berbicara dengan mereka secara serius, dan satu-satunya cara justru dimulai ketika mereka masih anak-anak. Kalau kita terbiasa berbicara sejak kecil, maka mudah saja berbicara saat mereka remaja. Tapi kalau sudah telanjur jauh sejak awal, maka sulit pula bicara pada mereka.
Masa remaja adalah masa transisi yang penuh dinamika emosional. Sementara orangtua justru memiliki pandangan jauh ke depan dan mengesampingkan perasaan. Inilah yang membuat jarak dan perbedaan pemikiran orangtua dan anak. Maka jangan heran, banyak anak yang memilih menjauh dari orangtua ketika mulai memasuki masa remaja. Istilah mereka ‘orangtua tidak pengertian’
Padahal, salah satu tugas orangtua adalah mendampingi dan membimbing anak-anak. Tak mungkin mereka tak mengalami masalah dalam kehidupannya, karena itu tugas orangtualah membantunya. Tapi kalau orangtua tak mengerti kondisi anak, bagaimana ia bisa membantunya?
Mari mencoba melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda, anak yang memahami orangtua, dan orangtua yang memahami anak. Satu permainan sederhana, bisa membuat keduanya saling memahami. Mungkin juga belajar dari permainan sederhana ini, maka orangtua dan anak bisa saling bertukar pikiran cara paling tepat untuk berkomunikasi dengan lebih baik.
Anak adalah amanah yang harus selalu dijaga dengan kesungguhan hati. Bagai sebuah buku, setiap lembarnya adalah hal baru. Anak adalah buku yang takkan pernah selesai dibaca, dan kita akan selalu menikmati halaman terbarunya. Maka jangan pernah berhenti membacanya, karena anak-anak adalah buku paling berharga di dunia.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar