Bulan Mei tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya adalah saat ujian Nasional sekolah diadakan. Selain persiapan yang dilakukan sejak hari pertama masuk sekolah tahun ajaran dimulai, banyak faktor pendukung lain yang juga dilakukan oleh semua pihak yang berkaitan.
Tak usahlah kita bicara tentang persiapan sebelum ujian, karena sebagian dari anak-anak sudah melewatinya. Tinggal Ujian Akhir Sekolah Berstandar Daerah untuk SD yang baru akan dilaksanakan minggu depan. Sekarang adalah masa setelah ujian berlangsung. Masa penantian baik bagi orangtua maupun anak.
Berbeda dengan dulu, saat ini hasil ujian Nasional menentukan benar jalan pendidikan bagi seorang anak. Dengan nilai yang tinggi dan bagus, seorang anak bisa menentukan dengan mudah sekolah yang ia inginkan. Sedangkan mereka yang tidak mendapat nilai yang bagus, harus menyingkir dari arena persaingan menuju sekolah-sekolah yang kurang diminati. Celah untuk mendapatkan kursi terbaik di sekolah favorit semakin sulit ketika seluruh penerimaan siswa dilakukan melalui sistem online, di mana seluruh mata tertuju dan memonitor jalannya penerimaan siswa itu sendiri.
Tapi, ternyata menilik pengalaman pribadi saya sendiri saat pertama kali mengikuti pendaftaran peserta didik baru sekitar tiga tahun lalu untuk anak, ada beberapa orangtua yang sebenarnya memiliki anak-anak dengan kesempatan yang cukup baik justru gagal memasukkan putra-putrinya ke sekolah favorit karena ketidakmampuan menguasai fitur-fitur pendaftaran online. Ketidaktahuan ini mengakhiri keinginan mereka untuk menyekolahkan anak di sekolah negeri yang bagus, padahal nilainya cukup cemerlang.
Apalagi sekarang, saat persaingan semakin ketat dan ribuan siswa-siswi bertebaran di mana-mana. Belum lagi serbuan peserta didik dari daerah yang juga ingin memperoleh ‘kursi permanen’ sekolah menengah untuk persiapan tempat di universitas favorit Jakarta. Sudah bukan rahasia umum lagi, menjadi lulusan universitas favorit di Jakarta berarti peluang yang besar untuk bekerja dan berusaha di masa mendatang.
Karenanya, pasca Ujian Nasional, inilah saat-saat ujian mental untuk orangtua. Tidak ada kata santai, setelah melihat anak-anak mulai libur dan membereskan buku-buku setebal bantal yang selama ini mereka pelajari. Inilah saat setiap orangtua mulai mempersiapkan diri untuk berusaha membantu anak dan sepenuhnya bersiap menerima apapun hasil yang diperoleh mereka.
Saat anak-anak mulai memilih tempat berlibur, sebagai orangtua kita sudah menyiapkan, mensurvei bahkan mempelajari sekolah-sekolah pilihan mereka. Setelah itu, kita juga harus mulai menyiapkan sekolah-sekolah pilihan kedua seandainya nilai yang diperoleh tidak sebaik harapan. Ada baiknya mempersiapkan berkas-berkas pendaftaran, termasuk mempelajari proses penerimaan peserta didik baru secara online jauh-jauh hari sebelum masa pendaftaran dimulai agar tidak terjadi gagap teknologi.
Selain itu, yang paling penting tentu saja menerima apapun hasilnya. Kegagalan seorang anak bukanlah kegagalan dirinya sendiri, tapi tentu ada faktor lain yang mempengaruhinya dan salah satunya pasti orangtua. Karena itu jangan menyalahkan kegagalan mereka sebagai kegagalan yang fatal atau kesalahan besar yang tak termaafkan. Mungkin saja kegagalan itu justru menjadi awal dari kesuksesan mereka nantinya. Kita adalah orangtua, tempat anak bercurah kesedihan dan berbagi penderitaan. Kalau tempat itu justru menolak menerima kesedihan dan penderitaan mereka, ke mana lagi mereka harus mencarinya?
Inilah saat mental kita sedang diuji. Apakah kita mampu menerima apapun hasil yang didapatkan anak? Apakah kita bisa membantu anak-anak memilih sekolah lanjutan terbaik yang benar-benar sesuai untuk mereka? Apakah kita bisa menghadapi kenyataan saat segalanya tidak sesuai dengan keinginan? Dan apakah ini saat sebagai orangtua yang menjadi teman atau lawan anak?
Berbagai pertanyaan mungkin sedang bergejolak di benak orangtua dan satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah mengembalikan semuanya kepada Sang Penentu Nasib, Allah SWT. Ajak anak-anak untuk bersama-sama menghimpun kekuatan batin agar mereka juga diberi ketenangan dalam menghadapi hari-hari penantian ini. Bersama dengan itu, nikmatilah saat-saat pasca ujian dengan hati gembira. Biar bagaimanapun, anak-anak telah berusaha dengan keras, belajar dengan giat bahkan rela mengurangi kesenangannya demi ujian ini. Anak-anak adalah anak-anak, hidup mereka seharusnya tetap bergembira dalam situasi apapun. Kita, orangtuanya, yang memastikan mereka merasakan hal itu setiap saat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar