Sering saya berpikir bahwa dunia ideal itu adalah ketika si kaya mau berbagi dengan si miskin. Dalam kegilaan saya kali ini, saya justru menemukan cara yang unik. Salah satu mimpi saya lagi, Mimpi tentang berbagi sambil menjalankan usaha.
Andaikan… ini andaikan… suatu saat saya punya sebuah restoran, dimana saya memang ingin sekali punya restoran. Entah itu restoran Padang, restoran Tegal, restoran Sunda, atau bahkan restoran Kalimantan. Mana-mana waelah.
Saya ingin di restoran itu berlaku sebuah aturan yang unik. Setiap orang boleh memesan makanan dan minuman, dan membayar (tentu saja) sesuai dengan pesanannya. Uniknya, mereka juga boleh mengorder satu atau bahkan sepuluh makanan atau minuman yang TIDAK dihidangkan. Hah??
Saya ingin di restoran itu berlaku sebuah aturan yang unik. Setiap orang boleh memesan makanan dan minuman, dan membayar (tentu saja) sesuai dengan pesanannya. Uniknya, mereka juga boleh mengorder satu atau bahkan sepuluh makanan atau minuman yang TIDAK dihidangkan. Hah??
Dan inilah konsepnya. Makanan atau minuman yang sudah dibayar itu akan saya bagikan nanti. Ketika ada orang-orang yang memang telah saya bagikan kartu khusus dimana mereka bisa memesan sesuatu yang telah dibayarkan tadi. Orang-orang yang ikut makan tanpa membayar ini seperti tukang sapu jalan, tukang parkir mal tempat restoran saya, atau bahkan anak-anak yang suka mangkal menjajakan koran di lampu merah dekat perempatan mal. Bukankah mereka orang-orang yang bekerja juga? Hanya bedanya mereka mungkin berpikir berkali-kali hanya untuk makan di sebuah restoran. Apa salahnya kita… eh salah dong, saya memberikan sedikit kemewahan untuk mereka? Setidaknya ini akan membuat mereka memahami bahwa makan di restoran sama saja seperti makan di tempat-tempat lain, sama-sama kenyang dengan nilai tambahan tentu saja.
Makna kenyang inilah yang ingin saya bagikan pada mereka. Kenyang merasakan makanan yang masuk ke dalam perut mereka, dan kenyang karena tahu apa yang dirasakan di balik kaca-kaca mewah restoran atau cafe. Kenyang untuk saya, karena bisa membuat restoran saya bisa didatangi oleh semua kalangan. Kenyang untuk para pengunjung yang ingin berbagi.
Ini gaya traktir keren yang lahir dari kegilaan saya yang kering teman. Saya… jujur tak keberatan mentraktir mereka. Hanya kadang-kadang justru saya kuatir, ketulusan saya mentraktir malah disangka sebagai sok pamer. Dengan cara ini, saya jadi bisa berbagi tanpa perlu kuatir dianggap seperti itu.
Oh ya, jangan kuatir atas korupsi, mengingat negeri ini subur makmur oleh kelakuan jahat itu, maka saya akan membuat sebuah sistem di mana korupsi itu takkan mungkin terjadi di restoran saya walaupun hanya seharga secangkir teh. Akan saya pilih para akuntan publik yang akan melaporkan seluruh hasil ‘sumbangan’ traktiran itu secara jujur. Dan insya Allah… ada Allah SWT yang menyaksikan semua ini. Saya yakin kalau memang sampai ada ketidakjujuran dalam usaha ini, maka restoran itu pasti tidak akan bertahan lama.
Oke…. sekarang saatnya bangun. Mimpi indah yang sangat indah….