Setelah berbincang-bincang membahas soal piknik yang diperlukan seorang emak, tiba-tiba salah satu sahabat emak melontarkan ide. How about if we try it?
Tarik ulur rencana pun dimulai. Sejak dua bulan terakhir, ide berawal dari candaan itu mulai berkembang. Tiap kali ada masalah anak-anak dan salah satu teman berbagi, saat itulah ide piknik itu muncul. Dan pada akhirnya... justru tanpa rencana yang lama, kami melakukannya. Tapi namanya juga emak-emak, tiada waktu tanpa tanggung jawab. Kami pun berencana sekalian melakukan survey untuk acara gathering emak-emak bersama putra-putrinya nanti.
Sebenarnya yang mau ikut itu banyak. Anehnya, yang bisa justru para emak yang anaknya lebih dari dua. Waaah, kok bisa? Saya sendiri justru punya anak paling sedikit.. hanya tiga. Empat emak lain yang ikut malah punya anak sampai lima orang.
Kami memulainya tentu saja dengan mengurus keluarga di rumah dulu. Pontang-panting di pagi buta menyiapkan makanan. Rengekan dan permintaan ingin ikut tentu saja muncul. Ada emak yang terpaksa mengendap-endap pergi sebelum putra-putrinya bangun, ada saya yang sibuk menyiapkan jadwal anak-anak agar Ayah tak bingung, dan lain-lain. Pokoknya pagi buta itu sudah seperti siang hari buat kami.
Setelah bergerak menuju kota Bandung, kami mulai bertukar cerita di pagi hari tadi. Sambil tertawa-tawa, kami berharap rencana hari ini berjalan baik. Alhamdulillah, supir yang dipilih sahabat kami ternyata cukup jenaka sehingga saat di’bully’ para emak, ia malah dengan luwes menjawabnya dengan guyonan. Perjalanan selama hampir empat jam karena macet ternyata tidak lagi terasa.
Kami mulai mengatur jadwal. Tapi berhubung emak-emak... ya jadi permintaan pun banyak. Ada yang mau ke Gegerkalong, ada yang mau ke Cihampelas, ada yang mau langsung ke Lembang, Floating Market sampai Dusun Bambu. Cuma saya yang diam. Saya kan asli Kalimantan, tidak terlalu kenal kota ini. Kalaupun ke Bandung, hanya untuk urusan pekerjaan dan biasanya sepanjang perjalanan hanya tidur, karena tahu akan sulit tidur kalau sudah sampai. Obrolan dengan sesama rekan biasanya pun tak banyak.
Memang beda ya rasanya. Sesama emak-emak, yang dibahas tetap saja kebiasaan keluarga. Oh, anak saya suka ini. Papanya nitip ini nih. Waah, anak saya suka banget makan tahu susu dan seterusnya. Saya sendiri sempat melirik sosis bakar, kesukaan ketiga anak saya.
Setelah selesai makan siang di sebuah restoran khas Sunda, kami mulai melewati tempat-tempat macet di daerah Lembang. Namun, karena sambil mengemil dan berbincang... yah seperti sedang ada di rumah saja. Obrolan kami berkembang ke mana-mana. Dari mulai cerita tentang tingkah anak-anak, sampai kritikan pada pemerintah. Tentu saja dengan obrolan khas ibu rumah tangga. Penuh tawa, gelak dan canda yang memenuhi isi mobil sepanjang jalan.
Persinggahan pertama adalah sebuah hotel di jalan raya Lembang. Kami juga menunaikan sholat dhuhur bersama. Setelah itu kami langsung menuju hotel kedua yang berada lebih dekat dengan Tangkuban Perahu. Di tempat ini, kami cukup lama beristirahat karena pemandangannya yang bagus. Setelah itu, kami sempatkan ke Tangkuban Perahu untuk sekedar melihat pemandangan. Sayangnya di lokasi itu saya tidak mengambil gambar. Kamera tertinggal di mobil dan handphone juga lowbat.
Setelah dari Tangkuban Perahu, kami singgah di hotel ketiga. Hotelnya cukup bagus dan berkesan mewah. Kami hanya singgah sebentar karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.
Setelah itu kami sempatkan ke Floating Market dan singgah di Kartikasari. Berhubung sesi belanja, saya juga memutuskan untuk tidak mengambil gambar. Hello... I am a woman anyway. Shopping is a special thing to do.
Saat mencari hotel keempat inilah kami sempat tersesat dan terkurung kemacetan. ‘Keributan’ kecil antara supir dan nyonya pun terjadi. Supir lebih percaya pada orang, sedangkan nyonyanya lebih percaya pada mbah google, yang ternyata salah cara melihatnya. Ketika ternyata supir benar, nyonya hanya bisa tertawa malu. Ternyata teknologi secanggih Google bisa kalah sama informasi manusia ya.
Di hotel keempat atau lebih tepatnya resort ini, kami mulai kelelahan. Apalagi letak dari kamar satu ke kamar lainnya untuk disurvey ternyata cukup jauh. Emak-emak yang seharian biasanya melangkah di rumah saja, mulai merasakan lelah. Sambil berjalan pelan, sesekali kami duduk beristirahat. Tapi namanya juga perempuan, tentu saja tak lepas dari selfie/wefie. Apalagi lokasi keempat ini penuh dengan pemandangan alam yang masih sangat asri dan indah.
Setelah cukup lama, kami memutuskan untuk langsung ke hotel berikutnya. Namun, karena resort tersebut tidak mengizinkan survei dan kami memutuskan untuk batal melihat-lihat. Apalagi sudah hampir pukul lima sore dan keempat lokasi juga sudah mewakili keinginan kami.
Kali ini supir kami salah mencari jalan. Kami malah langsung ke arah Cimahi. Karena untuk berputar arah bisa membuat kami semakin lama dan mungkin terkurung macet lagi, kami memilih langsung ke arah jalan tol. Salah satu sahabat saya meminta untuk sekali lagi berbelanja oleh-oleh sambil sekalian makan mie kocok khas Bandung.
Setelah sholat asar, makan mie kocok dan akhirnya membeli oleh-oleh, kami pun kembali ke Jakarta. Saat di tengah jalan inilah, satu persatu para emak mulai menghubungi keluarga. Sebenarnya salah satu dari kami selalu berhubungan dengan suaminya setiap satu jam. Wuaah... sesuatu yang so sweet banget.
Saya kira suami juga tak bakal mencari saya. Tapi ternyata, baru satu kali ring telepon saya langsung dijawab. Pertanyaan Ayah, panggilan sayang pada suami itu, ternyata penuh dengan pertanyaan kuatir dan sayang. Iiih... tau begini mah dari dulu aja, hehe... biasanya saya yang berada di posisinya, dan jadi paham mengapa ia begitu kuatir. Tapi saat anak-anak bergantian berbicara dengan saya, aduh... ternyata membuat saya jadi ingin langsung terbang pulang dan tak mau pergi tanpa mereka. Apalagi saat mendengar suara manja Ade yang melaporkan tingkah lakunya yang manis hari ini. Sudah mengerjakan PR, sudah sholat dan bahkan makannya habis tak tersisa.
Perasaan yang sama juga melanda para emak. Kangen pada anak-anaknya. Setelah semua selesai menelpon, kami sempatkan sholat magrib dulu sambil melepas lelah lagi. Sambil menyeruput segelas kopi hangat di malam yang mulai terasa dingin itu, kami mengobrol tentang anak-anak dan rencana mereka. Beberapa waktu lalu, guru BK anak-anak kami memang meminta mereka membuat target hidup dan kami berdiskusi bagaimana cara mewujudkan keinginan itu. Saya mendapat kemudahan ketika salah satu sahabat menjanjikan untuk mencarikan guru khusus untuk Kakak, agar salah satu keinginannya bisa tercapai dengan mudah. Dua teman yang lain juga membicarakan soal target hidup putra-putranya. Saya juga memberikan solusi sesuai dengan sepengetahuan saya. Apalagi target hidup putranya pernah menjadi hobi saya.
Alhamdulillah, perjalanan menuju Jakarta sangat lancar dan tidak macet. Tak sampai dua jam, kami sudah tiba di Jakarta lagi. Anak-anak yang sudah menunggu di rumah langsung melompat kegirangan melihat Emaknya pulang. Aah... piknik memang asyik, tapi berada dalam pelukan anak-anak jauh lebih menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar