Saat menulis artikel ini, saya sedang berlibur. Liburan akhir tahun yang sudah direncanakan sejak tiga bulan sebelumnya. Di musim liburan segalanya pasti berharga fantastis, jadi butuh perencanaan ekstra hati-hati dan lebih lama sebelum melakukannya.
Ada sahabat, saudara bahkan keluarga dekat yang terkaget-kaget melihat gaya liburan kami kali ini. Dari pilihan tempat menginap, kegiatan yang kami pilih untuk sekeluarga bahkan waktunya yang lebih panjang. Ini jauh dari imaji mereka tentang saya dan keluarga yang biasanya lekat dengan kata ‘sederhana’.
Memang, ini tak sederhana seperti biasa. Memang cukup di luar kebiasaan dan sedikit di luar batas. Membatalkan liburan setelah membookingnya jauh-jauh hari dengan biaya yang telah dibayar lunas sama saja dengan mubazir. Karenanya, kami memilih untuk tetap melanjutkannya meski akhirnya ada sedikit nada-nada menyindir yang kurang enak.
Terlepas dari itu, saya belajar tentang satu hal lagi. Kala sebuah keluarga memutuskan untuk berlibur, apapun bentuk liburan itu adalah tidak bijaksana ketika kita yang menjadi ‘penonton’ menganggapnya sebagai ajang bermewah-mewahan belaka. Tentu ada banyak alasan di balik hal itu, sebelum kita menghakimi dengan anggapan negatif.
Pilihan kami sengaja lebih eksklusif karena belajar dari pengalaman berlibur sebelumnya, kalau di masa liburan semua tempat rekreasi bukan main padatnya. Faktor usia, keinginan untuk menikmati dengan santai dan tanpa berdesak-desakan adalah alasan utama saya. Saya dan Ayah sama-sama suka suasana yang tenang. Buat kami, suasana tenang adalah liburan yang sebenarnya. Dan ternyata... di tempat seperti hotel-hotel bintang lima pun masih full di saat begini. Tapi tentu saja tak se-crowded di tempat-tempat biasa.
Apalagi, kepuasan batin terasa sekali saat melihat respon anak-anak yang bisa dengan bebas makan apapun yang mereka sukai, bermain, berenang bahkan mencoba berbagai permainan yang tadinya hanya bisa dilihat di televisi. Juga saat Ayah yang biasanya adem ayem, tenang dan hanya duduk diam, tiba-tiba ingin ikut bermain bersama anak-anak.
Liburan adalah saat saya mengajari anak-anak banyak hal. Kali ini pun saya mengajarkan Abang untuk belajar meminjam handuk mandi dan bertanya fasilitas yang boleh atau tidak untuk anak seusianya saat berenang, lalu Kakak yang akhirnya tak lagi malu bertanya soal jajaran makanan ala buffet dan semuanya memakai bahasa Inggris!! Bahasa Inggris mereka itu standar banget loh... tapi keberanian mereka menggunakannya itulah yang menjadi satu kemajuan besar. Mungkin suasana berbeda yang mengharuskan mereka menggunakannyalah yang membuat mereka berani.
Satu hal yang membuat liburan terasa menyenangkan kali ini karena saya tak lagi perlu menemani anak-anak saat mencoba sesuatu. Kakak naik banana boat sendiri dengan bangga, Abang dan Ade naik jetski dengan gembira bahkan andaikan saja mereka lebih besar sedikit paralayang di laut pun ingin dicoba. Soal meluncur pun, Abang dan Kakak melakukannya berkali-kali sampai saya harus minta berhenti. Ade juga tak takut saat diajak masuk ke tempat-tempat gelap bahkan ikut bermain dengan anak-anak yang usianya lebih tua darinya. Saya memang sangat kuatir kalau anak-anak menjadi penakut lalu menangis ketakutan, karena itu menandakan tingkat kepercayaan diri yang rendah. Ternyata itu tak terjadi sama sekali. Mereka bahkan berhasil membuat si Ayah akhirnya mencoba ‘sesuatu’ yang baru di usianya yang sudah golden itu. Ayah menyadari berkat anak-anak pemberaninya, akhirnya Ayah mampu mengatasi traumanya sendiri.
Semua ini takkan terjadi tanpa kerja keras selama setahun terakhir. Hari-hari dengan waktu istirahat yang kurang untuk menghasilkan dana lebih, menahan diri untuk tak sering-sering menghabiskan waktu di luar rumah di akhir pekan dan melatih anak-anak menabung adalah cara kami mewujudkan liburan ini.
Maka tak ada alasan untuk tidak melakukannya, hanya karena kami terbiasa hidup sederhana. Seperti keluarga lain, kami juga dipenuhi rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Selama tidak membuat masalah, selama itu artinya anak-anak belajar sesuatu, maka jangan takut untuk melakukan sesuatu di luar kebiasaan.
Saya juga mendapat sesuatu selama berlibur. Salah satu tamu hotel adalah muslimah Azer yang tinggal di Korea. Darinya saya mendapat banyak informasi menarik, terutama soal hijab dan cara hidupnya di negeri minoritas muslim itu. Pandangan baru ini membuat saya memahami hal-hal di luar bayangan seseorang yang terbiasa hidup di negeri mayoritas.
Jadi, belajarlah melihat sesuatu seluas dan sebijaksana mungkin. Dengan melihat sesuatu yang lebih luas dengan cara lebih bijaksana, maka pandangan pun bertambah sehingga pengetahuan dan wawasan semakin luas. Pengetahuan dan wawasan yang luas, bukan hanya bisa membuat diri semakin mudah menjalani hidup... tapi membuat hidup itu sendiri menjadi lebih bermakna.
Akhirnya... selamat berlibur di akhir tahun, tetap tertib dan aman di manapun berada, dan dapatkan pengalaman serta pelajaran baru sebanyak-banyaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar