Kalau ingat dulu alasan saya memilih prodi psikologi kesehatan sosial, sudah pasti hanya bisa tersenyum. Alasan yang ternyata amat sangat konyol kalau dipikirkan sekarang. Karena sudah mengenal dunia asing itu lebih baik, justru alasan itu menjadi tidak lagi beralasan untuk digunakan.
Dulu, saya mengira dengan mempelajari psikologi akan membuat saya pandai membaca kepribadian orang. Entah itu lewat tulisan tangan, melalui mimik muka atau bahkan dengan mengetahui melalui golongan darah seseorang. Dengan begitu, saya akan mudah menghadapi siapapun, entah itu anak-anak saya sendiri, sampai ke lingkungan di luar lingkungan rumah.
Tapi itu dulu...
Karena ketika saya makin tahu, justru alasan itu semakin terasa konyol dari hari ke hari. Makin ilmu saya bertambah, saya makin merasa bodoh karena sempat mempercayai hal-hal konyol tak berdasar itu. Saya mengatakan konyol, karena kebanyakan media atau cara untuk mengetahui kepribadian seseorang itu sudah jauh dari penelitian ilmiah.
Banyak yang mungkin berpikir kalau mempelajari psikologi berarti mempelajari ilmu yang akan bisa membaca kepribadian seseorang, seperti seorang peramal. Tapi sebenarnya psikologi bukan ilmu sejenis itu. Ada penelitian dan cara ilmiah yang ditempuh seorang psikolog sehingga ia ‘seakan-akan’ bisa membaca kepribadian seseorang. Salah satunya adalah mempelajari berbagai kasus-kasus kejiwaan, psikodiagnostik dan berbagai cara ilmiah lainnya yang perlu dipelajari tidak hanya melalui teori tapi juga praktek secara langsung. Apabila kasus kejiwaan yang dipelajari sama, maka kemungkinan besar cara yang sama pula akan dilakukan untuk mengatasi gangguan kejiwaan tersebut. Kesamaan kasus tertentu inilah yang kemudian seringkali menjadi salah paham dan mengira kalau psikolog atau psikiater adalah mereka yang bisa membaca kepribadian bak peramal.
Bukannya meremehkan metode-metode pembaca kepribadian yang ada. Memang tidak semuanya salah, ataupun menyimpang. Karena beberapa metode, sudah disesuaikan dengan teori maupun praktek psikologi yang telah dibakukan dalam kurikulum atau bahkan telah berulang kali diteliti dan memiliki tingkat kepercayaan tinggi. Namun, kebanyakan para penggunanya yang awam atau orang-orang yang melakukan metode tersebut akhirnya menganggap hasil akhir yang didapatkan sudah pasti benar. Mereka melupakan kemungkinan error yang terjadi saat metode dilakukan.
Siapapun tahu sebuah laporan statistik berpopulasi besar didasarkan pada sampel. Begitu pula metode pembaca kepribadian tersebut. Penelitian dilakukan hanya pada kalangan terbatas atau sampel tertentu, tidak pada seluruh manusia di muka bumi ini. Kalau sebuah laporan statistik saja masih diperhitungkan standar errornya, maka begitu pula saat pemeriksaan kejiwaan. Ingat! Tak ada manusia yang benar-benar sama dalam karakter dan sifat mereka, meskipun mereka sedarah atau bahkan kembar identik. Karena itulah, kita tak bisa menyimpulkan sebuah hasil akan sama terjadi pada semua orang
Alasan saya memaparkan hal ini, karena miris melihat beberapa orang awam begitu percaya pada metode membaca kepribadian melalui golongan darah, melalui bintang kelahiran, melalui tanda tangan dan lain-lain. Sebagai contoh mari kita melihat salah satu bentuk kepribadian orang bergolongan darah B dan berada dalam naungan Aries, yang menurut salah satu metode tersebut, adalah kepribadian yang paling tidak suka belajar, agresif, penyendiri dan sebagainya.
Jelas hal ini saya tertawakan habis-habisan. Sebagai orang bernaung di bawah bintang itu dan memiliki golongan darah B, semua ramalan itu justru berlawanan dengan kepribadian saya. Tidak hanya itu, beberapa teman pun yang memiliki dua hal yang sama seperti saya itupun, bukanlah pribadi-pribadi penyendiri apalagi malas belajar. Beberapa blogger terkenal yang saya tahu malah tergolong sangat aktif dalam pergaulan.
Jadi, masih percaya sama metode pembaca karakter yang tidak berdasarkan penelitian ilmiah seperti itu? Kalau buat lucu-lucuan saja, tentu saja tidak dilarang. Tapi ketika ini mulai dianggap sebagai sebuah kebenaran, hati-hati loh... bukan hanya meragukan keyakinan agama yang kita miliki, tapi juga bisa menjauhkan dari segala hal yang sebenarnya adalah bukti nyata. Bukan tak mungkin, ketika seseorang terlalu percaya akan hasil dari metode pembaca karakter itu, maka ia bisa memutuskan untuk berpisah dengan suami atau istrinya, menekan keras salah satu karakter yang dianggap tidak baik padahal mungkin itulah karakter yang akan menuntun seseorang menuju prestasi atau melakukan berbagai kegiatan yang mungkin bertentangan dengan keyakinan sendiri dan sebagainya. Semoga itu bukan salah satu dari kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar