Cerita ini bermula dari pertemuan saya dengan Pak Bean. Panggil saja beliau begitu, karena sepintas beliau mirip sekali dengan Mr. Bean (tapi beliau bukan pemain Mr. Bean Palsunya Miss Depe yaaa). Obrolan kami biasanya seputar keluarga, pekerjaannya, kesehatan, sampai membahas makanan favorit kami.
Saya meminta Pak Bean menceritakan apa yang beliau dapatkan dalam perjalanan liburannya bersama istri tercinta (Pak Bean tak memiliki anak) ke Amerika. Setiap tahun Pak Bean dan istrinya memang berlibur ke berbagai negara, karena istri Pak Bean adalah salah satu pimpinan di perusahaan pesawat terbesar di Australia. Mereka selalu membawakan saya dan anak-anak oleh-oleh. Itu sebabnya saya mengenal banyak sekali jenis coklat di dunia karena beliau rajin mengirimkan makanan favorit saya itu setiap kali selesai berlibur.
Lalu beliau pun bercerita tentang perjalanannya menggunakan pesawat lain (milik Amerika) di salah satu negara bagian Amerika. Saat itu ketika pesawat sudah landing, kapten pesawat mengumumkan bahwa di dalam pesawat ada para tamu khusus yang ikut. Ia meminta seluruh penumpang untuk tetap di tempat dan membiarkan para tamu khusus ini keluar lebih dulu. Belum lagi selesai, istri Pak Bean sempat mengerutkan kening dan menganggap itu adalah hal yang tak bisa diterima karena dia sendiri sedang terburu-buru untuk mengejar waktu. Tapi Pak Bean hanya meminta beliau diam dan mendengarkan Kapten selesai bicara.
Kata Kapten, para tamu khusus ini pantas menerima penghormatan dan penghargaan kecil karena mereka telah kehilangan seseorang yang mereka cintai, yaitu Tentara XXXXX. Orang ini, yang sekarang jenazahnya berada di bawah kaki para penumpang, adalah seorang tentara yang kehilangan nyawanya saat sedang menjalankan tugas negara. Dan seluruh kru pesawat menyampaikan duka yang mendalam untuk kehilangan ini pada keluarga tersebut.
Mendengar itu, tangan istri Pak Bean langsung memegang tangan Pak Bean dan tanpa bicara, ia berdiri menunggu, sama seperti penumpang lainnya sambil mencari-cari keluarga khusus yang dimaksud.
Maka keluarlah rombongan anggota keluarga ini dengan tidak menyangka sama sekali untuk pelayanan ekstra yang mereka dapatkan. Saat keluar, satu persatu ketika rombongan keluarga ini melewati para penumpang, para penumpang lainnya termasuk Pak Bean dan istrinya ikut memberikan kata-kata yang mengungkapkan rasa hormat itu. Mereka bertepuk tangan, memberikan salute, bahkan beberapa ikut meneteskan airmata haru. Beberapa yang lain memberikan doa agar mereka diberkahi, betapa mereka harus bangga dan beberapa kata yang sangat indah untuk rombongan keluarga itu. Langkah mereka menjadi lambat, dan proses penurunan penumpang juga memakan waktu tapi setiap orang dalam pesawat tahu bahwa itulah penerbangan terbaik mereka semua.
Istri Pak Bean juga menangis haru, karena ia sendiri kehilangan Ayah dan Kakeknya karena perang. Dalam hati mereka berterima kasih pada si Kapten pesawat karena membiarkan mereka untuk memberikan penghormatan pada satu keluarga yang 'hebat'
Buat saya, ini jelas kontradiksi dengan apa yang dialami para angkatan bersenjata di Indonesia. Seberapa besar penghormatan kita pada mereka? Tak ada, tak ada kebanggaan atau rasa haru ketika mendengar seorang tentara mati di ujung negeri karena mempertahankan batas negara, bahkan kepedulian pun tak didapatkan dari para petinggi negeri ini.
Jangan heran, ketika akhirnya pecahlah perang saudara antar angkatan bersenjata karena hal-hal kecil. Merasa tak diperhatikan, tidak diakomodir dengan baik akhirnya menghasilkan peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan seperti tawuran antara tentara dan polisi.
Perlu dicatat, media juga kadang-kadang sering lupa diri dalam menyajikan berita yang seimbang. Menulis itu perlu menggunakan hati untuk tetap bertahan. Banyak sekali berita-berita yang provokatif sekedar untuk memancing minat para penonton atau pembaca ketika sebuah peristiwa terjadi. Termasuk ketika kejadian pembakaran kemarin, padahal dari saksi mata di tempat, tidak semua tentara ikut dalam peristiwa tersebut dan malah ikut turun tangan membantu mengevakuasi.
Walaupun bagaimana, setiap negara butuh tentara, si penjaga perbatasan dan pelindung kedaulatan negara. Tanpa mereka, kita takkan mungkin duduk tenang menjalani kehidupan yang merdeka.
Untuk para anggota angkatan bersenjata dan kepolisian di Indonesia, ada tanggung jawab penting yang rakyat ini titipkan di bahu anda sekalian. Pikul dengan kebanggaan dan jangan coreng kebanggaan itu dengan sesuatu yang negatif.
Saya juga berharap, mari kita mulai menghormati para anggota yang telah gugur dalam menjalankan tugas mereka dengan hal-hal kecil seperti yang dilakukan oleh sang Kapten pesawat, karena itu sangat berarti untuk keluarga yang ditinggalkan. Secuil perhatian, sedikit saja kata-kata yang menabahkan pasti menjadi kenangan berharga untuk keluarga ini, betapa beruntungnya mereka memiliki almarhum yang telah memberi kebanggangaan untuk mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar