23 Januari 2013

Saat Harus Bersikap Profesional

Saya pernah merasakan dunia kerja lebih dari 10 tahun, bekerja dengan bermacam karakter dan sifat orang. Dari yang serius, sok tahu, disiplin, pandai, dan entah masih banyak lagi. Pekerjaan pun various dari berbagai tingkatan dan jabatan. Ibaratnya dari yang 99% karyawannya laki semua, sampai yang 99% perempuan semua, sudah lengkap saya jalani sebelum jadi Emak full time kayak sekarang.

Tapi dari semua pekerjaan itu, saya belajar banyak kalau bekerja dengan orang yang tidak profesional itu pastilah tidak menyenangkan. Amat sangat tak menyenangkan.



Saya belajar kerja dulu pertama kerja itu sama orang bule, orang asing yang terkenal dengan disiplin dan karakter serius saat kerja. Tak mudah awalnya, tapi akhirnya saya terbiasa. Makanya ketika berpindah-pindah kerja hingga memutuskan resign total, saya tak pernah mendapatkan masalah yang berarti. Justru kalau mau keluar, setengah mati harus mencari-cari alasan karena atasan yang udah kebiasaan bahkan tak jarang ditawarkan untuk naik gaji. Saking susahnya, saya sampai harus pindah keluar kota selama beberapa bulan dulu. Atau saya harus siap tiap hari terima telepon. 

Sampai sekarang... di rumah pun anak-anak dan suami menjuluki saya Mrs. Perfect. Itu sebelum si Dede lahir dan mengubah kepribadian saya -sedikit, dia membuat saya tahu kalau tak semuanya harus selalu sempurna termasuk segala hal yang harus saya selesaikan. Tapi... saya selalu mengajarkan anak-anak, ketika mereka menjalani sesuatu, harus dipikirkan baik-baik dan jalani dengan sepenuh hati. Kalau mau ikut latihan musik, harus benar-benar datang dari hati dan dijalani sungguh-sungguh. Kalau tidak, saya takkan memberi kesempatan kedua sampai mereka lebih besar nanti.

Hasilnya : Abang yang terkenal payah dalam pelajaran, toh justru meningkat nilai-nilainya ketika saya membolehkannya latihan taekwondo dan dia naik tingkat tak sampai tiga bulan latihan. Sementara kakak, empat tahun bebas masuk ancol krn kartu prestasinya dan tahun ini mendapat beasiswa full.

Yang jadi masalah, saya masih sajaaaa harus berhadapan dengan orang-orang tak profesional. Saya pikir dunia online, walaupun tak saling lihat kita tetap harus profesional saat berhubungan dengan orang lain. Misalnya saat mengadakan give away, lomba atau kompetisi. Begitu pula ketika melakukan perlombaan tulis/blog, mengeluarkan buku bersama dan lain sebagainya.

Tapi tetap saja, saya selalu terjebak dalam situasi yang sebenarnya tak saya sukai ini. Ikut menulis bersama, hasilnya gak jelas, bukunya gak ada, bahkan susah untuk direview karena programnya terlalu canggih. Tak ada pertanggungjawaban, juga tak ada pemberitahuan kalau tak minta. Bahkan ada salah satu penulis yang sudah amat terkenal, saat mengadakan penulisan bersama sampai sekarang, saya tak pernah mendapatkan buku yang dijanjikan. So??

Sekarang ikut lomba, mengira orang-orangnya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini, eh peraturannya tiap hari adaaaa saja yang baru, tak ada ruang untuk saling bicara karena adminnya sibuk. Daftarnya tidak jelas diposting dimana, format laporannya tak transparan, pengumuman soal lomba juga berantakan dalam blog mereka dan tahu-tahu saya kehilangan kesempatan. 

Akhirnya, biarlah kalau orang bilang saya sombong karena jarang mau ikut serta dalam lomba menulis atau give away. Saya takut kesel dan nanti malah jadi berpikir jelek terhadap orang lain. Saya saja yang sering diminta bikin give away, mikir 1000 kali mau mengadakannya meski punya pengalaman kerja di dunia entertain. Takut bikin orang kesel. Setiap lomba atau kompetisi itu maksud dan tujuannya pasti sama. Fair dalam penilaian.

Kalaupun ada ajakan menulis, saya mending sekalian tujuannya menyumbang saja. Biar penyelenggaranya bertanggung jawab sama Allah kalau membohongi para penulisnya. Selesai kan?

Setahun ini saya akui, saya banyak menikmati jerih payah melalui blog-blog saya. Ya uang, ya hadiah, ya banyak teman. Tapi belakangan ini kesibukan saya benar-benar harus dimanage sedemikian rupa. Apalagi juni tahun ini. Saya kuliah, kakak di SMP, abang di SD dan ade di TK. Tanpa pembantu, tanpa supir dan tak mungkin mengharap Ayah yang sekarang memiliki dua posisi penting yang harus dijaga. Saya sudah membayangkan hari-hari yang mungkin tak sempat untuk memikirkan blog lagi. Sekarang saja ngap-ngapan...

Makanya pengen buat kenang-kenangan lah ceritanya... tapi, malah bikin mumet. Sudahlah, sekali ini saya terpaksa mencurahkan kemarahan di sinii. Ya sekali ini Saya MARAH!


Pesan saya : berhati-hatilah saat ikut kompetisi atau lomba apapun. Kecuali perusahaan yang sedang mengiklankan sebuah produk, di luar itu siap-siaplah menghadapi resiko kecurangan atau dipermainkan. Lagipula, jangan terlalu berharap hadiah. Tiap ikut give away, anggap saja kita hanya berpartisipasi meramaikan sebuah acara. Sebuah pesta takkan lengkap tanpa tamu yang asik kan?


Untuk penulisan buku bersama, nama besar tak menjamin seseorang memiliki rasa tanggung jawab pada rekan-rekan penulisnya. Juga tak menjamin nama-nama besar itu tak mencontek atau memplagiat karya orang lain. Jadi... be careful sebelum memutuskan mengirimkan naskah karya ke pihak yang bersangkutan. 
Kenapa gak terbitin sendiri saja? (toeng... ini seharusnya saya katakan pada diri sendiri!)