14 September 2012

Berada di Ujung Keputusan (Kista Endo & Kesehatan Rahim)


Perlu 6 hari untuk merenungi apa yang ingin saya lakukan, perlu 6 hari untuk memutuskan apa yang harus saya bagikan agar bisa menjadi manfaat selain mengeluh dan mengeluh.

Setelah hampir tiga bulan, saya kembali ke dokter spesialis kandungan untuk pengecekan. Beberapa minggu sebelumnya, luka operasi laparoskopi saya hampir mengalami infeksi karena perut saya tak sengaja menabrak ujung nakas yang tepat mengenai luka operasi hingga kembali membengkak. Karena itu sekalian mengecek kenapa kok masih saja rasa sakit pra haid tetap datang, saya pun kembali.

Banyak yang saya peroleh dari konsultasi terakhir ini.

Dulu ketika masih muda, secara fisik tubuh saya tergolong lamban. Artinya adalah saya baru memperoleh haid pertama ketika hampir lulus SMP. Itu pun berhenti kembali selama lebih dari 6 bulan. Datang haid kedua ketika saya sudah duduk di bangku SMA. Jauh kan?

Haid selalu tidak teratur. Biasanya selalu maju 5-7 hari. Selalu disertai rasa sakit, hanya saja saya sama sekali tidak pernah mengkonsumsi jamu atau obat atau apapun untuk menguranginya selain tetap beraktivitas seperti biasa. Saya dulu malah mengira itu adalah sakit maag biasa. Aktivitas sebelum menikah cukup tinggi sejak masih sekolah.

Saya menikah muda, umur 19 tahun. Jadi secara fisik, alat reproduksi baru bekerja selama kurang lebih 4 tahun. Niat awalnya, menghindari fitnah dan dosa karena keluarga tidak mengizinkan pacaran. Tapi ternyata justru ini juga mempengaruhi kesehatan alat reproduksi saya.

Karena haid seringkali baru datang setelah 2-3 bulan, saya tidak tahu kalau sedang hamil dan mengalami keguguran ketika berusia 2 minggu (usia pernikahan 1,5 thn- usia saya 21 thn). Tidak dikuret, karena dokter klinik saat itu menganggap janin sudah keluar dan saya mengalami haid. Klinik itu adalah klinik perusahaan.

Memasuki tahun ketiga, saya menjalani program terapi untuk mendapatkan anak dengan mengatur haid yaitu menggunakan pil hormonal dan setelah itu mengkonsumsi Profertil. Selain itu saya mengkonsumsi herbal berupa kunyit asam dan jahe setiap hari. Namun hanya berlangsung selama 6 bulan, karena suami sakit keras dan membutuhkan perawatan saya. Setengah tahun kemudian, saya hamil. Baru diketahui setelah usia kehamilan 4 bulan.

Saat dinyatakan hamil, kehamilan sempat disangka berada di luar kandungan.Setelah berganti rumah sakit, diagnosa berubah dan saya dinyatakan hamil secara normal. Kehamilan biasa, tanpa gangguan apapun malah tergolong kuat karena hampir tak ada morning sickness. Tetap bekerja dengan aktivitas kesibukan 777 (pergi jam 7 pulang jam 7 malam selama 7 hari). Pekerjaan 30% di lab (berdiri),50% (duduk) 20% (aktivitas luar)

Kehamilan berlangsung lebih lama dua minggu dari perkiraan lahir, tidak ada kontraksi dan riwayat asma kambuh 2x selama masa hamil membuat dokter memutuskan untuk melakukan operasi caesar. Hasilnya : bayi terbelit sebanyak 3 lilitan, dan ada tumor di jalan lahir. Operasi berlangsung lebih dari 4 jam. Bius total setelah bayi keluar. Dokter juga baru menemukan kalau saya alergi terhadap salah satu jenis antibiotik. Alergi ini membuat saya mengalami koma di ICU dan seluruh wajah menjadi bengkak.

Selanjutnya, tumor dinyatakan jinak. Bayi normal dan saya hanya diminta untuk melakukan pap smears dan USG rutin setiap 6 bulan. Saya hanya menjalani 1 kali pengecekan rutin, setelah itu ya penyakit lama kambuh. Males.

Kelahiran ke2, direncanakan dengan program. Tiga bulan sebelumnya, saya memeriksakan kesiapan alat reproduksi dan menjalani terapi kesuburan (disuntik). Kehamilan berhasil dan langsung diketahui tepat setelah dua hari terlambat haid.

Proses kehamilan, juga tidak mengalami morning sickness berlebihan. Bekerja dengan aktivitas tinggi dan lebih banyak di luar. Tak ada gangguan sakit bahkan flu, kecuali jatuh dari tangga pada bulan ke-7. Selain memar, janin dinyatakan baik-baik saja.

Bulan ke-8 lewat 2 minggu, saya melakukan perjalanan. Tiga hari setelah perjalanan itu, saya mengalami rasa sakit yang luar biasa. Menurut dokter yang memeriksa (orang Korea, jadi waktu itu agak susah menterjemahkannya) bahwa saya mengalami pembukaan. Tapi ketika menunggu, terjadi pendarahan. Dokter bergerak cepat untuk mengoperasi. Operasi berlangsung dua jam karena, rahim saya sekalian 'dibersihkan'.
Saya tidak mengerti maksud dokter ini apa, hanya menganggap kata clean berarti dibersihkan dari ari-ari dan ketuban selayaknya kelahiran biasa.

Kehamilan ketiga, juga direncanakan. Hanya saja kali ini tidak menggunakan metode apapun. Hanya mengubah pola hidup (banyak istirahat), juga menjaga asupan makanan. Juga ingin membuktikan khasiat  jamu-jamuan yang saya minum. Saya kembali minum jamu-jamuan secara aktif dan mengganti susu dengan susu kedelai. Berhasil. Dan kehamilan diketahui setelah satu minggu dari waktu seharusnya.

Kehamilan ini bermasalah dari awal. saya mengalami morning sickness hampir 5 bulan, dua kali dirawat karena tak bisa makan apapun dan asma 3 kali kambuh. Dari bulan ke-6, ditangani dokter yang sudah merencanakan caesar. Kondisi saya sudah tidak diperbolehkan lagi untuk hamil sehingga akan diputuskan untuk steril setelah melahirkan anak ketiga. Saat di tengah-tengah operasi, dokter sempat keluar untuk menawarkan opsi pengangkatan rahim, tapi suami melarang karena ia kuatir mempengaruhi saya secara mental. Operasi berlangsung tak sampai satu jam.

Tiga tahun kemudian, saya sering mengalami rasa sakit lagi ketika haid persis seperti sebelum punya anak dulu. Karena kuatir terjadi hal-hal yang tidak beres. Saya kembali memeriksakan diri. Ternyata benar. Ada perlengketan di dinding rahim, merata di kedua kantong dan infeksi indung telur. Saya memilih menjalani laparoskopi secara mendadak di bulan Juni 2012 kemarin.

Tiga bulan setelah operasi. Saya akhirnya memahami banyak cerita di balik semua operasi yang saya alami. Ternyata setiap kali melahirkan semua dokter selalu menemukan 'masalah' yaitu perlengketan, tumor dan infeksi. Itu sebabnya setiap kali operasi selalu lama karena rahim harus sekalian dibersihkan. Tapi pada operasi caesar yang terakhir, dokter tidak membersihkan secara menyeluruh karena kuatir terhadap alergi dan asma.

Ketika saya kembali kemarin, dokter bilang sampai kapanpun kista endo akan selalu bisa datang kapan saja, kecuali haid saya berhenti atau rahim diangkat. Dan kemarin dokter bilang, sepertinya gejala kista itu sudah muncul dan saya kembali lagi harus menjalani terapi. Luka operasi saja belum sembuh total, saya juga belum boleh gendong Pia dan sekarang.... harus kembali berjuang.

6 hari ini saya merenungi. Kata-kata seorang teman yang dulu pernah melihat telapak tangan saya.
"Ini adalah tanda-tanda ketidakstabilan hormon loh, kak." dan saya sama sekali tidak meresponnya. Telapak tangan saya tidak merona merah pink merata, tapi seperti kumpulan bintik-bintik besar berwarna cenderung putih pucat. Itu ketika putri pertama saya baru berusia 2 tahun. Seandainya saya aware saat itu....

Padahal saya mengkonsumsi herbal dan jamu sudah seperti minum air putih saja. Kunyit putih yang kata orang pahitnya Nauzubillah  itu, saya minum seperti minum susu saja. Saya juga sudah tak lagi makan berkarbon (serba bakaran) dan sangat meminimalisir minum-minuman berwarna apapun. Teh sudah lama saya ganti dengan daun sirsak (sama sih rasanya).

Saya berbagi cerita ini karena menyadari bahwa hampir setiap wanita memiliki peluang yang sama seperti saya selama mereka masih haid dan reproduksi masih aktif. Gaya hidup, pola makan dan pemahaman terhadap penyakit yang kurang, bisa berakibat fatal. Saya mungkin beruntung masih bisa punya anak, tapi gimana yang tidak?

Gejala yang sekarang saya rasakan kembali adalah haid yang berlebihan tapi singkat, waktunya selalu maju, saat masa subur ada flek coklat, dan rasa sakit yang menusuk di bawah perut. Saya memang tak mungkin hamil lagi, tapi untuk memutuskan kapan rahim bisa diangkat, terus terang saya tak mau. Operasinya yang saya takuti juga setelah operasi. Tidak mudah kehilangan sesuatu yang memberi saya tiga kali kebahagiaan dengan melahirkan tiga anak yang berharga itu. Saya berada di ujung keputusan, pasrah.


Jadi saya sekarang benar-benar berada dalam posisi... Ya sudahlah, berusaha tetap berusaha, tapi kalau memang harus diangkat, ya mau apa? meskipun itu jika sudah benar-benar tak ada pilihan. Mungkin ini takdir dari Sang Maha Kuasa. Dia sudah berkenan memberi saya tiga anugerah terbesar dalam hidup, dan itu sudah lebih dari cukup. Meskipun dulu saya dan suami pernah bercita-cita memiliki keluarga yang besar, minimal sepuluh anak agar rumah kami selalu ramai dan saya tak kesepian. Saya sangat suka berada di tengah anak-anak. Sayangnya, meski tak pernah memakai alat kontrasepsi apapun, tetap saja kehamilan harus selalu direncanakan.

Alat reproduksi wanita berwarna pink, itu yang saya lihat dalam video operasi lap saya kemarin. Pink melambangkan perempuan yang selalu ingin dikasihi dan dimanjakan. Karena itu, kita harus rajin-rajin 'memanjakan' si rahim ini. Periksakanlah diri selalu. Sebentar saja kok, tapi cukup menenangkan hati. Menikah atau belum menikah. Waspadai sekecil apapun keluhan. Maju mundurnya haid, perkembangan fisik  dan gejala-gejala ketidakstabilan hormon.

Jangan menganggap reproduksi yang bermasalah karena dulu perempuannya bandel atau pernah menggugurkan kandungan. Itu adalah asumsi yang sangat salah. saya bahkan tanya sama dokter. Yang terjadi pada saya memang riwayat keguguran yang tidak dikuret, menikah di usia yang masih sangat muda (dihitung dari usia kesiapan alat reproduksi) dan kehamilan yang selalu disertai dengan masalah.


Kalaupun dinyatakan bermasalah. Ada banyak sekali penanganannya. tapi berkaca dari pengalaman saya, sebaiknya gunakan satu dokter yang paling dipercaya dan gunakan dokter lain sebagai opini ke-2. Kita bisa lebih mudah bertanya pada dokter yang sudah mengenal kita dengan baik dan keterangannya pun lebih terbuka. Dokter tetap juga memudahkan ketika untuk meminta keterangan saat kondisi darurat di tempat lain.

Salam.