Two days without My Star and My Moon...
Gak ada si Bulan yang manis dan si Bintang yang jahil ternyata bikin sepi hati sendiri.
Ada Peer belum dikerjain karena Emak benar-benar kecapean, adventure tiga hari mengikuti semua meeting yang Ayah siapin. Tapi tiap pulang, Emak sempatin nulis cerita baru yang idenya benar-benar mengalir lancar. Mumpung masih bisa tanpa peta-petaan karena Emak lagi gak pengen nulis pakai cara itu, terlalu lambat dan menulis langsung malah mempercepat ide. Buktinya hampir 30 halaman dalam sehari lebih, meski ditertawai Ayah karena nangis-nangis sendiri.
Seharian hanya mengetik, makan dan masak, lalu tidur setelah minum obat. Pas bangun, body malah sakit semua. Toeng! Inilah hidup, pekerjaan apapun, gak ada yang mudah.
Tapi di tengah rasa lelah mendera itu, semalam ada telepon dari luar negeri. Korea Selatan! (Buru-buru lihat peta!) Seorang sahabat Bunda, menanyakan lagi soal novel. OMG, andaikan saya bisa mencetak sendiri. Andaikan!
Ada banyak kejutan bulan ini yang saya dapatkan!
Semangat banget mendengar ada orang-orang yang menghargai karya saya begitu tinggi. Padahal dulu, sama salah satu sepupu pernah dikatakan lebay hanya karena saya menulis tentang suami tercinta. Untung ada Ade yang selalu bilang ekspresikan dirimu, kak!! dan suami yang bilang. Karya itu buat saya, jadi jangan pedulikan orang lain selama saya sendiri menyukainya. Sekarang, orang lain loh yang bicara langsung, gak lewat email, gak lewat surat, but direct to me.
Dan husband, ikut mendengarkan dengan senyum bangga. Dia pendukung nomor satu saya yang selalu mengerti kebutuhan istri tanpa sedikitpun mengurangi kasih sayangnya sama saya.
Eeh saya belum cerita ya... tanggal 05 juli kemarin kami memperingati hari pernikahan yang ke-14. Dah lama juga mengingat saya sendiri sedikit tak percaya saat menghitung jumlah hari bersamanya. Tapi sayang saya lagi liburan di rumah Kai dan Ayah tak bisa ikut karena pekerjaan. Tapi bukan saya namanya kalau melewatkan hari penting itu begitu saja. Dan tanggal 04, saya mengirim sebuah hadiah ke kantornya. Sarung untuk shalat berwarna putih kesukaan Ayah. Dan bukan Ayah namanya kalau tak bisa membalas kejutan itu. Ia datang sore tgl 06 Juli ke rumah Kai malam hari pukul 09.30 dan pulang pagi-pagi sekali kembali ke Jakarta krn rumah kedatangan tamu sorenya, dia hanya datang untuk mengucapkan "i love you, my friend!" duuuuhaaai, saya kalah telak soal kejutan!
Tahun depan kudu merencanakan yang lebih bagus lagi nih... hehe...