14 Juni 2017

Bukan Salahmu, Sayang!


Ketika seseorang menyakiti seorang anak, baik secara verbal maupun fisik. Tahukah mereka bahwa setiap anak yang tak pernah diajari mengenai pemahaman kasih sayang, akan menganggap kalau diri merekalah yang bersalah?

Setiap orangtua mengomel atau marah, lalu mengeluarkan kata-kata kasar hingga sumpah serapah yang menyudutkan anak... saat itu dalam memori anak sedang terbentuk sebuah penyalahan terhadap dirinya sendiri. Walaupun kesalahan itu sangat besar kemungkinan tanpa disengaja, karena anak-anak adalah manusia yang sedang hidup dalam proses pembentukan karakter dan sifat.

Apalagi sampai dipukul... disakiti secara fisik... Bahkan kalau itu hanya cubitan kecil yang katanya ditujukan untuk membuat si anak mengerti kalau orangtuanya marah.

(Duh... saya sebenarnya gak mau nulis ini... airmata jadi jatuh kalau ingat kasus-kasus child abused. Tapi jika tidak diingatkan, bagaimana nasib anak-anak lain?)

Anak pasti tahu, kalau orangtuanya marah. Bahkan ketika kemarahan itu hanya terlihat dari tatapan saja. Mengapa? Karena anak hanya melihat pada kita sejak ia lahir, baru setelah menjadi anak hingga dewasa, ia akan melihat orang selain orangtuanya. Buat mereka, segala hal tentang orangtuanya, termasuk bahasa tubuh mereka, adalah sesuatu yang melekat erat dengan baik dalam otak kecil anak-anaknya. Karena itu... marah atau sedih adalah beberapa emosi yang akan mudah terbaca oleh mereka.

Kita sering menganggap bahwa orangtua adalah manusia yang paling pandai membaca putra-putri mereka. Tapi kita jarang memikirkan apakah anak kita pandai membaca diri orangtuanya atau tidak. Bahkan sebagian besar memilih tidak peduli tentang hal itu.

Jujur... sedih rasanya melihat anak yang mengalami kekerasan fisik di masa kecilnya, berkembang menjadi pribadi yang menganggap dirinya memang orang yang selalu berbuat salah.

Kekerasan pada anak di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini yang kemudian membentuk banyak sekali pribadi dewasa yang biasanya kurang percaya diri, mudah marah, cengeng dan gampang menyerah. Selain itu, mereka adalah pribadi yang mungkin akan menyelesaikan sebuah masalah kelak dengan cara yang sama, alias efek domino.
Kalau Anda (jujurlah...) pernah menyakiti anak secara fisik, maka tanyalah pada mereka. Menurut mereka, pada saat Anda marah dan memukulnya saat itu, apa yang ada dalam pikiran mereka?

Mengagetkan bukan? Mereka menganggap dirinya salah.. Padahal yang salah adalah Anda, karena tidak menjelaskan bagian kesalahannya dan menghukum dengan kekerasan selalu merupakan kesalahan. Tapi bukan salah mereka, itu salah Anda... salah orangtuanya.

Kalau kalian, anak-anak yang dulu disakiti secara fisik. Maka jangan pernah bilang itu kesalahanmu. Kalian anak-anak, dan anak-anak akan membuat jutaan kesalahan sampai mereka menjadi pribadi dewasa. Tapi dari kesalahan itu anak-anak akan belajar untuk bertindak benar. Memukul lebih dulu sama dengan menyerang dan itu salah.

Setiap anak terlahir untuk dicintai, diajari dengan kasih sayang dan menjadi pribadi yang menyenangkan. Setiap orangtuapun berharap anak-anaknya menjadi pribadi yang percaya diri, bahagia dan mampu menghadapi sekeras apapun halangannya di dunia serta selalu sukses dimanapun ia berasa.

Tapi... bisakah anak-anak menjadi pribadi yang seperti itu kalau ia dibesarkan untuk menjadi seseorang yang sebaliknya?

Jangan pernah menggunakan kekerasan. Bahkan ketika harus memperbaiki kesalahannya dengan kata-kata. Kekerasan fisik memang kejam, tapi kadang-kadang kekerasan verbal jauh lebih kejam dan melukai lebih dalam.

Kalau pun tanpa sengaja, sebagai orangtua, Anda melakukannya karena dulunya juga mengalami. Maka ubahlah segera. Akhiri dengan penjelasan bahwa tindakan Anda juga salah, dan minta maaf pada mereka. Minta mereka untuk membantu Anda agar jangan sampai melakukan hal itu lagi, dengan sama-sama saling memperbaiki sikap. Selalu tekankan bahwa memukul sebagai hukuman adalah salah, dan jangan kuatir kalau karena itu suatu hari Anda dikritik. Justru dengan kritik itu, pola pengasuhan yang benar bisa Anda capai.



Dan anak-anakku dimanapun berada... Terlahir dari rahim seorang ibu manapun di dunia, membuat kalian punya hak lahir yang sama. Berhak dicintai dan berhak dihujani kasih sayang.


Ketika seseorang memukul kalian dengan alasan kalian berbuat salah... jangan dengarkan! Sungguh itu bukan salah kalian... Bahkan polisi saja harus memproses secara hukum ketika seorang pembunuh atau pencuri atau bahkan koruptor sebelum memutuskan hukuman mereka.

Saat kalian salah... maka maaf adalah kata-kata yang tepat dan memperbaiki kesalahan dengan bersikap lebih baik adalah hukuman yang lebih tepat.

Kata-kata orangtua adalah doa yang paling mujarab bagi seorang anak. Maka berkatalah yang baik soal apapun jika menyangkut anak-anak kita...

Jika sebuah kata dianggap doa, apalagi tindakan sebagai orangtua.

Jadilah orangtua bijak dengan selalu belajar memahami putra-putrinya dengan hati dan rasa yang terlatih sejak anak masih sebagai janin.

*****

Foto oleh: wallpaperbetter.com

1 komentar:

Riska Ngilan Haryono mengatakan...

Memang nggak mudah jadi orang tua mbak, harus extra sabar dan kuat iman. Salah-salah ambil tindakan bisa memberikan bekas yang nggak baik buat anak, semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang terus belajar jadi baik.