05 Oktober 2016

Setelah Lima Tahun Ngeblog



Oktober 2011 adalah bulan saat saya ‘diputuskan’ dipaksa untuk menjadi blogger. Sesuatu yang kemudian mengubah banyak rencana, banyak hal bahkan mengubah diri saya sepenuhnya. Dari seseorang yang memutuskan meninggalkan dunia kerja demi mengabdikan diri pada keluarga, saya berubah menjadi seseorang yang ingin tetap menjadi diri saya namun tidak akan meninggalkan kewajiban sebagai seorang istri dan ibu.

Menjadi blogger, bukan sekedar meraih materi atau punya sesuatu sebagai pembuktian. Saya merasakan lebih dari itu. Walaupun sempat merasa seperti naik roller coaster, tapi kemudian saya menemukan irama yang tepat. Irama yang membuat saya nyaman dengan dunia blogger tanpa perlu grasa-grusu mengejar materi.

Ngeblog tentu tak lepas dari menulis. Menulis adalah hobi sejak kecil yang bahkan tak pernah berhenti dilakukan ketika dunia kerja memakan sebagian besar waktu saya. Menulis bagi saya adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk mengeluarkan isi kepala yang kadang-kadang terasa penuh. Namun, siapa yang mengira kalau ternyata kebiasaan itu justru menenangkan, menyenangkan dan melegakan hati. Saya bahkan tak mengira kalau kebiasaan menulis membuat otak terbiasa berpikir dengan konsep dan membentuk rencana. Menulis memindahkan sebuah ide menjadi sesuatu yang bisa saya baca ulang kapanpun dan tak perlu kuatir bakal lupa. Bahkan ketika sekitar tahun 2006, dokter menyatakan kalau ada kenangan yang hilang akibat kecelakaan, tak ada rasa kuatir karena buku harian menceritakannya dengan lengkap. Dan tak seperti di drama atau film, sampai sekarang kenangan itu tak pernah kembali dan saya tak pernah pusing. It’s just a little memory that I don’t even mind to forget. We should go with the flow and make a new future, right?

Kalau Allah SWT memberi bonus, itu ketika menulis membuka banyak jalan menguntungkan di depan saya karenanya. Bonus itu membuat saya berpikir, selalu ada hikmah di balik keinginan Allah SWT saat membuat saya terpaksa menjadi blogger. Tanpa perlu adaptasi terlalu lama seperti dulu ketika mengawali karir, ngeblog memberi ruang ekspresi yang sangat luas untuk dieksplore. Karenanya, ketika satu persatu kesempatan mulai digelar, saya mencari yang benar-benar mengekspresikan diri sendiri, bukan orang lain, atau tuntutan mereka yang membaca karya saya. Sesuatu yang mewakili saya…

Blog membuat saya bertemu banyak orang, orang-orang yang membantu saya memahami diri sendiri dan arah yang ingin saya tuju sebenarnya. Dunia ini membuat saya bertemu dengan sesama blogger, sesama traveller, pencinta fotografi, pemerhati anak hingga para wisatawan kuliner. Ada yang membuat saya lelah luar biasa, ada yang justru membuat saya tidak nyaman, namun ada yang membuat saya betah bersama mereka. Satu demi satu membuat saya memahami diri sendiri. Sampai akhirnya saya membuat keputusan sendiri. Keputusan yang mengejutkan semua orang termasuk suami dan anak-anak.

Dan saya memilih dunia pendidikan sebagai jalan terbaik. Dunia menulis selalu menarik dan selalu menyenangkan, dunia sastra adalah dunia yang begitu luas dan bahasa Inggris selalu menjadi daya tarik paling menyedot perhatian. Maka saya ingin belajar ketiganya, ingin tahu tentang ketiganya dari sudut ilmiah walaupun secara otodidak dengan mudah saya bisa membuka ruang kerja sendiri tanpa perlu pendidikan.

Selama tiga tahun terakhir, konsentrasi saya berpindah. Makin banyak belajar, makin saya pahami betapa banyak kekurangan saya. Semakin banyak ilmu menulis yang saya serap, semakin saya menyadari betapa banyak hal yang tidak saya ketahui. Jadi kini lebih memahami mengapa ada falsafah ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Bagi saya, merunduknya padi bukan karena rendah hati, tapi karena rendah diri, malu… berani-beraninya mengaku seorang penulis padahal pengetahuan menulis hanya seujung kuku.

Menjadi blogger, tentu saja ada pasang surut. Ketika Blogdetik berpindah haluan, banyak fitur yang justru membingungkan dan saya sempat berhenti karenanya. Tapi menulis tetap jalan. Sayangnya, tulisan-tulisan itu jadi tidak update kalau dimuat terlambat. Sekarang, semua berjalan lancar dan saya memilih untuk tetap seperti saat ini dulu. Perlahan, tapi nyaman. Tulisan yang muncul pun ditulis dengan rencana, diedit dan disesuaikan dengan gaya bahasa yang sedang ingin saya praktekkan. Sambil menyelesaikan pendidikan, saya masih terus menulis. Meski ketika tetap kuliah dan menulis, saya bertemu dengan dunia kerja baru yang lain.

Ngeblog, kini bagi saya, bukanlah tentang sekedar mengejar materi atau mencari jati diri lagi. Saya masih mengeksplore hingga kini, mencari dunia-dunia baru yang begitu luas dari dunia maya. Satu di antaranya mengantarkan saya menjelajahi jengkal dunia nyata di luar Indonesia, sungguh luar biasa saat blog membuat segala yang tak mungkin menjadi nyata.

Karenanya, ngeblog… Ini cinta, ini hobi, ini ekspresi dan inilah saya…

 

Tidak ada komentar: