Menuju jalan syari yang pertama ingin saya bahas adalah soal gaya berpakaian atau penampilan.
Dalam berpakaian, ada orang yang mengutamakan kecantikan. Yang lain mengutamakan kenyamanan. Tapi ada juga yang lebih mengutamakan apakah pakaian mereka sesuai syariah agama yang dianut atau tidak.
Dulu buat saya, kenyamanan adalah yang paling utama. Sedangkan faktor sesuai syariah atau tidak menyusul kemudian. Namun seiring waktu saya menyadari sesuatu yang maha penting. Ternyata faktor utama dalam memilih pakaian bagi seorang muslimah itu adalah kesesuaian dengan syariah. Karena semua yang sesuai dengan syariah, insya Allah pasti nyaman dan pasti aman bagi pemakainya.
Untunglah, lingkungan saya yang sebenarnya cukup kuat memegang aturan dalam berpakaian muslim memahami bahwa untuk mengubah penampilan itu tidak mudah. Bahwa sifat tomboy yang melekat erat sejak kecil dan kemudian makin terasah saat bekerja di lingkungan yang kebanyakan pria pada diri saya, bisa dipahami oleh seluruh anggota keluarga. Mereka tahu, perlu waktu untuk mengubah semua itu dalam sekejap.
"Pelan-pelan saja, Ma. Tak usah pedulikan kata orang." Itu kata suami tiap kali saya meminta maaf karena belum bisa memenuhi persyaratan utama berpakaian sesuai syariah. Demikian pula ibu mertua yang hanya tersenyum dan malah berterima kasih karena saya sudah mau memakai jilbab. Buat keluarga, berjilbab saja sudah kemajuan yang amat bagus.
Satu demi satu saya mengubahnya... awalnya dulu yang penting pakai jilbab dan seluruh tubuh tertutup kecuali wajah dan kaki. Perlahan-lahan seiring makin panjangnya jilbab yang saya pakai, saya juga mulai membeli rok sebagai ganti celana longgar. Berbagai model jilbab pun saya cari yang paling nyaman. Sampai akhirnya saya menemukan beberapa bahan yang saya sukai. Sederhana, tapi nyaman dipakai.
Tahun ini, termasuk tahun ekstrim dalam perubahan saya dalam gaya berpakaian. Resolusi awal tahun ini yaitu mengganti celana dengan rok sempat membuat teman-teman saya tertawa geli. Tubuh gemuk bulat dan gaya hidup saya sehari-hari adalah alasan utama mereka menertawai keputusan itu. Menurut mereka, tidak mungkin saya berhasil menjalankan misi resolusi itu sampai selesai.
Tapi Subhanallah, Allah itu Maha Baik... berkat bantuanNya, saya justru merasa kenyamanan luar biasa sejak pertama kali memakai rok lebar. Bahkan saya merasa sangat cantik. Just like a princess. Bahkan anak-anak perempuan saya iri melihat saya memakainya dan merengek minta dibelikan rok yang sama.
Melewatkan faktor pertama dengan berhasil, membuat banyak orang kemudian bertanya. Apakah aman memakai rok untuk beraktivitas? Jawabannya tentu saja. Saya pengguna motor aktif. Daily rider dengan sejibun aktivitas. Motor yang saya gunakan adalah jenis matic. Kadang-kadang saya juga sering dibonceng oleh suami atau teman perempuan. Pakai rok lebar juga tak ada masalah karena meski saya naik seperti biasa (kaki melewati dudukan) rok tidak menghalanginya karena cukup lebar. Untuk menjaga kemungkinan rok saya pakai mungkin agak sempit, saya juga selalu mengenakan celana kain longgar untuk menutupi kaki yang mungkin tersingkap saat saya mengangkat rok sedikit.
Pernah satu kali, seorang teman perempuan bertanya soal enak atau tidak pakai rok. Ketika itu kami sedang berjalan mendaki menyusuri daerah pegunungan di Bogor. Medan bukitnya agak menanjak dan sulit. Ia melihat saya sedang memegang rok. Saat itu bukan karena sempit atau susah, tapi saking panjangnya rok saya menyapu tanah. Jadi saya mengangkatnya sedikit.
Dengan jujur saya menjawab, tidak sama sekali. Justru ketika saya mengangkat sedikit rok seperti saat itu, saya merasa seperti seorang ratu yang berjalan diiringi para pelayan. Sambil bicara seperti itu, saya tersenyum-senyum menggoda mereka. Jawaban itu memancing tawa teman-teman saya yang tampak kelelahan karena mendaki. Mereka memang mirip para pelayan kelelahan mengejar putrinya. Mereka pun ingat gaya tokoh putri-putri Disney di televisi saat sedang berjalan. "Ya, memang mirip Bun... Saking miripnya Bunda kayak Cinderella yang berjalan seperti berlari di tengah malam buta." Itu karena langkah saya lebar dan tidak terhalang celana sempit yang mengganggu peredaran darah sehingga kaki saya tidak cepat lelah.
Sekarang setelah hampir setahun menjalankan resolusi memakai rok, saya merasa sedikit aneh ketika mencoba kembali memakai celana longgar. Terasa ada yang janggal dan mengikat. Rupanya saya sudah sangat terbiasa memakai rok lebar. Malah terasa tidak nyaman meski memakai celana longgar, rasanya kurang leluasa bergerak. Sementara kalau pakai rok, saya justru merasa bebas berjalan.
Saya juga memahami makna perintah untuk mengenakan pakaian sesuai syariah lebih baik. Semua yang saya inginkan justru didapatkan setelah menjalankannya. Sekarang, meski memasuki tahun baru Islam yang baru, saya membuat resolusi berikutnya. Memakai jilbab panjang. Meski sudah sedikit melakukannya di pertengahan tahun ini. Saya ingin memulainya tahun ini dengan cara yang sama seperti saat menjalankan resolusi pakai rok.
Selain itu, saya juga mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan ilmu fiqih. Seperti alasan mengapa tak boleh mengenakan hijab ala punuk unta, atau celana legging ketat walaupun panjang. Ketika saya perhatikan salah satu teman yang mengenakan hijab ala punuk unta itu, ternyata saat ia bergerak cepat atau ketika hijabnya tertiup angin maka tengkuknya bisa terlihat jelas. Lagipula, untuk saya sendiri mengenakan hijab dengan rambut disanggul setinggi itu membuat rambut terasa seperti dicengkeram kuat dan sering sakit kepala. Kalau rambutnya pendek mungkin tidak terasa karena sanggulnya palsu. Tapi buat yang berambut panjang, hal itu terasa sekali. Soal sanggul palsu pun saya pikir itu tak dibolehkan karena seperti membohongi orang lain. Sedangkan celana legging, saya perhatikan kalau itu justru membentuk tubuh perempuan dengan amat jelas bahkan beberapa perempuan pemakai celana legging dengan jilbab di kepalanya yang saya lihat langsung justru memperlihatkan bentuk celana dalamnya.
Memang dukungan orang-orang di sekeliling itu juga penting. Tanpa suami, anak, keluarga atau teman-teman, takkan mungkin saya sanggup menjalani pilihan ini. Melihat teman-teman yang memberikan contoh berpakaian yang syari membantu saya mencari pilihan yang tepat. Meski saya tahu keluarga ingin saya memakai pakaian muslimah yang benar-benar syari sejak awal, tak satupun yang memaksa saya melakukannya.
Orang-orang di sekeliling saya mengajari keuntungan memakai pakaian muslimah yang syari semata-mata untuk kepentingan saya. Salah satu teman mengatakan, bahwa jilbab panjang akan menutupi bagian dada dan pundak saya yang tergolong lebar. Pipi tembem juga akan tertutupi dengan baik jika saya menutupi dengan jilbab berwarna gelap. Yang paling penting, saya yang suka berjalan cepat dan beraktivitas banyak justru akan lebih nyaman saat bergerak dengan rok lebar. Karena aktivitas di bawah matahari yang terik, saya pun tak perlu kuatir panasnya akan membakar kulit.
Semua keuntungan itu memang untuk saya. Yang bisa saya lihat dan saya rasakan. Tapi sebenarnya ada hal lain yang tak dijelaskan oleh teman saya. Saya merasa aman di balik pelindung tubuh panjang dan tertutup. Ada penghormatan bagi setiap muslimah yang berhijab sesuai syari, tak asal-asalan menampilkan kemuslimahannya. Identitasnya jelas. Kebanggaan yang saya sandang karena saya hamba Allah SWT. Secara tidak saya sadari, penampilan syari juga membantu saya menyaring orang-orang yang dekat dengan saya. Bukankah berada dengan orang-orang yang baik akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik pula?
Kalau saat ini, ada yang merasa sulitnya menjalani pilihan berpakaian syari. Maka bersabarlah. Seorang muslimah dituntut untuk memiliki hati yang tangguh meskipun ia seorang perempuan. Tanpa tekad kuat, maka takkan ada berkah yang luar biasa seperti yang saya rasakan. Kalau mau dirunut, keuntungan memakai pakaian muslim yang syari sangat banyak. Yang saya tulis di sini hanyalah sedikit dari pengalaman yang berkesan untuk diingat.
Semoga Allah SWT membantu kita semua untuk perlahan-lahan meningkatkan kualitas diri sebagai muslimah sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar