Sebagai contoh ada Ibu yang memiliki dua anak. Anak pertama berusia empat tahun. Anak seusia itu biasanya mudah menerima kehadiran adik dan mulai memahami posisinya sebagai kakak. Di usia ini, ia juga belajar bersosialisasi dan mengenali sosok-sosok orang dewasa lain di sekelilingnya. Sedangkan adiknya berusia dua tahun. Anak usia dua tahun justru sebaliknya, dunianya adalah dunia di mana Ibu dan Ayah adalah dua orang yang selalu dibutuhkannya. Biasanya anak usia dua tahun sulit sekali ditinggal walaupun sekejap.
Dengan memahami kedua karakter umum itu, kita bisa memahami harus bersikap apa untuk menghadapi kedua karakter tersebut. Buat anak pertama, Ibu bisa menanamkan sikap dasar kepemimpinan dengan membuatnya menjadi sosok Kakak pemberani yang tahu menjaga adik. Setidaknya si Kakak bisa diajari untuk bermain bersama adiknya. Sedangkan untuk adiknya, kepercayaan adalah dasar utama yang harus ditanamkan dalam diri si kecil. Jika si Ibu ingin membuat hubungan keduanya terjalin erat maka Ibu harus memberikan semacam stimulan agar karakter keduanya 'bertemu'.
Kebutuhan Adik akan rasa aman bisa klop dengan karakter Kakak yang sedang belajar memimpin. Tinggal bagaimana Ibu menyelipkannya melalui contoh, dongeng atau saat berkomunikasi dengan keduanya.Pada usia sekolah, kebanyakan anak membangun sikap ingin tahu yang besar. Eksplorasi semakin luas dan kadang-kadang tak memperhitungkan faktor keamanan diri sendiri. Jika seorang Ibu mengasah pengetahuan cukup untuk bisa mendampingi si anak dengan baik, maka setelah memasuki usia sekolah takkan terlalu sulit dilakukan. Apalagi kalau semenjak dini, anak sudah dilatih untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Pengalaman saya di usia sekolah anak-anak adalah menjadi Ibu yang tahu harus bagaimana di situasi-situasi darurat. Emergency Room adalah sahabat akrab seorang Ibu di masa-masa seperti ini. Saya sempat beberapa kali mengantar putri pertama saya ke ER saat tangannya terbakar karena memegang rice cooker, saat kakinya masuk ke jeruji ban sepeda, saat ia mimisan karena sakit DBD dan ketika pelipisnya berdarah tertendang temannya yang naik ke atas meja di sekolah. Sedangkan Abang dua kali, yang pertama adalah saat wajahnya sebagian lecet karena ia bermain perosotan terbalik dengan kepalanya lebih dulu dan yang kedua jatuh dari tangga di rumah. Sedangkan Ade... baru kemarin jantung hampir copot karena dua jemarinya biru dan berdarah terjepit pintu setelah bercandaan dengan Abangnya.
Beberapa pengalaman anak-anak lain selain putra-putri saya adalah keponakan-keponakan dan anak-anak teman sendiri. Dari yang kepalanya terpaksa dijahit karena berdarah saat jatuh menimpa alat di dalam mobil yang bergerak, dan lainnya keponakannya yang sempat pingsan karena hampir tenggelam di sungai. Sementara waktu family gathering, seorang anak sahabat suami tergelincir dari tangga perosotan di kolam renang dan kepalanya berdarah cukup banyak. Huuffh!! Pengalaman yang cukup untuk membuat saya tahu bahwa ilmu kedokteran dasar itu akan sangat berguna bagi para Ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar