Saya menebar lima puluh bibit tomat. Namun, kelimapuluh bibit tomat itu tidak tumbuh bersamaan. Seminggu berlalu sejak saat saya menebarkan dan tak lebih dari sepuluh bibit yang tumbuh. Baru hari-hari selanjutnya bibit-bibit lain menyusul. Meski begitu, ternyata jumlah bibit tomat yang tumbuh tetap tak sampai lima puluh buah.
Seperti menebar bibit tomat, seperti itulah menanamkan kesadaran berpuasa. Meski sama-sama diusahakan pada waktunya, tak semua kesadaran untuk berpuasa itu dengan mudah dijalankan anak-anak. Seperti bibit tomat, timbulnya kesadaran untuk berpuasa itu tergantung dengan berbagai hal termasuk lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang. Dan seperti bibit tomat yang baru tumbuh, kapan waktu yang tepat mengajari puasa pada anakpun tidak selalu sama.
Untuk bisa berpuasa, anak-anak juga membutuhkan banyak persiapan, terutama yag paling penting adalah kesehatan. Bagai bibit tomat yang sedang tomat, anak-anak sangat memerlukan asupan gizi dan vitamin yang cukup untuk tumbuh. Dan puasa tidak boleh menjadi halangan bagi mereka untuk tetap memperoleh asupan gizi yang cukup. Justru puasa ditanamkan untuk mengembangkan kesadaran lain bagi anak-anak agar mampu memilah-milah mana makanan yang sehat atau tidak, bagaimana memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mengendalikan hawa nafsu baik saat berbuka maupun sahur, mengajari konsep makan bersama dan lain sebagainya.
Seperti menanam tanaman itulah, kita harus memiliki kesabaran dalam membimbing anak-anak pada kewajiban yang kelak harus selalu mereka kerjakan dengan kesadaran, bukan karena paksaan semata. Kita belajar semasa kecil, bahwa pelajaran puasa yang diajarkan dengan cara-cara menyenangkan akan membuat segala hal berat karena harus menahan lapar dan dahaga itu menjadi terasa ringan. Maka lakukan hal yang sama pada putra-putri tercinta.
Tak perlu membandingkan si adik dengan si kakak, ataupun anak A dengan anak B. Banyak faktor yang menentukan ketahanan seorang anak saat berpuasa. Ada yang memulai lebih cepat, namun yang lain lebih banyak memulai lebih lambat. Yang penting, melangkahlah perlahan-lahan namun bisa menghasilkan sesuatu yang sudah pasti daripada melangkah terburu-buru dengan hasil yang tak sesuai harapan. Tak ada salahnya mencari tahu dengan berbagai informasi mengenai cara untuk mengajarkan puasa pada anak. Sekarang informasi tersebut banyak beredar di media online maupun media cetak. Caranya bervariasi, namun dengan satu kesamaan mengajari dengan sepenuh hati, kesabaran dan ketulusan karena tak ada guru yang lebih baik selain melihat contoh pada orangtua sendiri.
Ini bulan kebaikan, meski semua bulan itu baik. Ini bulan penuh kesempatan, meski semua bulan memiliki kesempatan yang sama. Tapi inilah saat yang tepat, mengajari banyak hal pada putra-putri tercinta, apa artinya beribadah dan memahami betapa indahnya kedekatan pada Sang Maha Kuasa.
Selamat Berpuasa, para Orangtua Muslim Indonesia!
Tetap bersabar, tetap tulus ikhlas dan semoga Allah SWT memberkahi semua ibadah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar