Sebentar lagi kakak akan memasuki dunia remaja. Sebagai Mama, tentu saja saya harus menyiapkan putri saya agar bisa menjaga dirinya sendiri. Saya sempat menawarinya untuk ikut kelas bela diri seperti Abang. Tapi putri saya ini benar-benar seorang putri. Begitu mendengar cerita si Ayah (Ayah bercerita tentang bagaimana latihan silat Cimande kampung yang terlalu jujur), kakak langsung menolaknya.
Saya memberikannya alternatif lain, seperti Wushu atau Anggar. Tapi kakak tetap tidak mau. Dia tidak suka berkelahi, apalagi kekerasan. Makanya saya pun memberi pengarahan dalam bentuk lain. Yaitu memberi batas hak dia dalam melindungi diri.
Saya bilang bahwa seluruh tubuhnya adalah miliknya, area kekuasaannya. Kewajibannya untuk menjaga, dibantu oleh orangtua dan keluarga yang merupakan muhrimnya. Siapapun, termasuk orang-orang seperti saya atau Ayahnya kalau kakak sedang tidak mau disentuh atau dipegang maka itu adalah haknya yang harus dihormati. Jika merasa tidak nyaman atas sesuatu pada dirinya, Kakak sangat berhak untuk marah dan melarang. Apapun untuk dirinya, kakak memiliki hak untuk itu.
Selesai berkata begitu. Kakak bilang, "Jadi semua yang berhubungan dengan kakak, adalah hak kakak dong Ma?"
dan saya mengangguk. "Kalau begitu, seharusnya memiliki nama adalah hak kk juga, kan? Berarti kk berhak donk ganti nama?"
Dan si Mama ini pun cuma bisa bertanya dengan pasrah. "Kalau begitu, kk mau diganti nama siapa?"
"Kim ji hyun!"
What?!! (hello, kk kelahiran J.a.k.a.r.t.a!!)
Dan percakapan kami didengar dua adiknya yang juga langsung lompat-lompatan, meminta perhatian saya.
"Abang juga, Mom! Mau ganti nama jadi Optimus," kata Abang penuh semangat.
Hah???!!! Jenis nama apa itu?
"Ade juga, Mama! Mau ganti nama jadi Belbi!!! Holeee Ade sekalang Belbii," ini Ade juga langsung meniru gerakan kaku si barbie kesayangannya.
Ok. sekarang di rumah saya gak ada lagi Kk, Abang atau Ade. Yang ada Ji Hyun, Optimus dan Belbi....
Saya jadi tersenyum sendiri melihat kelakuan anak-anak. Kok bisa-bisanya mereka berpikir sejauh itu ya? Tapi ketika saya bilang, saya juga mau ganti nama. Anak-anak langsung melotot. "Memangnya mau ganti nama jadi apa?"
"Mmmm... siapa ya? Gimana kalau Mama Chibi?" Dan... pecahlah tawa anak-anak seketika, bahkan Ayah juga ikut-ikutan tertawa ngakak (jarang loh lihat orang ini ketawa sampe geli begitu).
"Heii... apa ada yang salah??? Bukannya Ma memang chibi-chibi gimana gitu." kata saya. Eh anak-anak makin nyaring ketawanya.
"Heii... apa ada yang salah??? Bukannya Ma memang chibi-chibi gimana gitu." kata saya. Eh anak-anak makin nyaring ketawanya.
Malah si kakak bilang "Chibi apaan? Chabi iya kali, Mama kan gendut!"
"Terus Abang harus bilang Wow... gitu? Hahaha... Mommy ada-ada ja. Kalo Mama Chibi, habis larian semua penggemar cerrybelle donk!" kata Abang...
Saya ya cuma bisa mesem-mesem aja ditertawai. Saya tahu, si Ayah juga pengen komen. Tapi udah keburu saya pelototin supaya diam dan dia hanya senyum-senyum saja.
Ketika malamnya si Abang ngambek tidak mau makan, ide menggunakan nama 'baru'nya pun muncul.
Saya berkata seperti seorang robot seperti ini "Optimus, makanlah! Ini untuk kepentinganmu! Kalau tidak makan, darimana bensinmu untuk melawan peer-peermu?" dan sekali lagi saya berhasil membuat putra saya itu tertawa geli. Dia mau juga menghabiskan makanannya.
Ah anak-anak... selalu ada cerita tentang mereka yang membuat hidup saya berwarna... They are coloring my life..
*****