29 Agustus 2012

Yuk Bu, Dukung Anak Dekat Dengan Ayah!

Anak terlahir dalam jiwa dan hati yang masih suci. Kitalah yang menjadi faktor pembentuk mereka menjadi sosok manusia seutuhnya. Kasih sayang dan cinta adalah sumber dari segala usaha kita menjadikan mereka sebagai seseorang yang lebih baik bahkan dari orangtua mereka sendiri.


Sebagai Bunda, kita tak sendiri melakukannya. Ada banyak faktor yang ikut mendukung langkah pembentukan itu. Dan salah satunya yang paling penting tentu saja adalah Ayah. Orang kedua yang memiliki tanggung jawab dalam membesarkan dan mendidik anak.





[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="google-http://blog.lib.umn.edu"]google-http://blog.lib.umn.edu[/caption]

Banyak diantara Ayah yang justru mengalami kesulitan saat harus mendekati putra-putrinya. Yang paling banyak dikeluhkan tentu saja ketersediaan waktu. Sebagai kepala keluarga, Ayah memiliki tanggung jawab utama untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan sudah menjadi tugasnya pula untuk bekerja. Akibatnya di kota-kota besar, banyak Ayah yang menjadi kurang dekat dengan putra-putrinya sendiri karena hanya bisa menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Sulit memang menyiasati waktu yang tidak mungkin bisa ditambah menjadi lebih dari 24 jam. Belum lagi kalau ini ditambah lagi dengan letak kantor yang jauh dan macet yang sering menjadi hambatan seorang Ayah untuk pulang ke rumah dengan cepat.

Ketika waktu pun sudah tersedia, masih ada masalah lain yang mengganggu. Hal ini banyak dikeluhkan oleh pasangan yang baru memiliki satu anak. Biasanya kecenderungan ini dilakukan oleh ibu yang beranak perempuan. Ibu dan anak yang seharusnya saling kompak malah saling berebut perhatian Ayah. Akibatnya terjadi persaingan yang terkadang justru memperlebar jarak antara Ayah dan ibu, ibu dan anak.


Mari kita mengingat kenangan saat masih kecil dulu. Sosok seperti apakah Ayah yang dulu membesarkan kita?


Beberapa teman mengenang sosok Ayah sebagai orang yang tak banyak bicara, namun lebih banyak menghargai apapun yang ditunjukkan anak dalam sisi positif. Ada yang lain mengenang kebiasaan-kebiasaan yang sederhana seperti kebiasaan mendongeng dengan mimik wajah yang lucu, Ayah yang suka bercerita tentang kebandelannya sendiri ketika masih kecil hingga pertunjukkan kekonyolan Ayah mereka yang tertinggal sebagai kenangan yang justru tak terlupakan bahkan sampai sang Ayah telah tiada. Kisah yang terkadang lucu itu malah diceritakan dengan berurai airmata, menandakan betapa dekatnya sang Ayah dengan anak hingga kenangan-kenangan sesederhana itu bisa begitu melekat.


Dalam garis besar, bisa ditarik kesimpulan bahwa seorang Ayah tak perlu banyak mulut atau seringnya bersama anak karena kehadiran mereka pasti memiliki sisi yang unik dalam setiap hati anak. Yang terpenting adalah bagaimana agar kehadiran yang tak terlalu dominan itu menjadi lebih berarti hingga tak mengurangi kedekatan antara anak dan Ayah.


Sangat sederhana tapi membekas abadi dalam hati. Itulah hal penting yang harus dilakukan setiap Ayah agar hubungan dengan anak tetap dekat. Mencari sebuah kegiatan sederhana, namun bisa dilakukan dengan rutin dan membuatnya kelak menjadi kenangan yang indah.


Sebagai Ibu dan istri, tugas ibulah membantu agar hubungan orang-orang yang paling dicintainya itu terjalin sama baiknya seperti hubungan ibu dengan anak. Anak yang dekat dengan Ayahnya, biasanya tergolong anak yang kuat, berani dan bertanggung jawab. Ada waktu di mana kita harus membiarkan antara Ayah dan anak untuk saling berbicara sendiri tanpa harus ada Ibu di sana. Mungkin awalnya canggung, tapi jika dibiasakan setegang apapun sebuah hubungan pasti akan mencair selama ada kasih sayang yang hangat.


Berikut ini adalah beberapa hal penting yang bisa menambah kedekatan Ayah dan anak, antara lain adalah :




  • Sentuhan kasih sayang


Untuk Ayah yang sedikit kurang romantis, pada awalnya mungkin ini agar sukar dipraktekkan. Tapi ada satu cara jitu. Sebagai ibu dari anak-anak, biasakanlah mencium dan memeluk anak sesering mungkin. Dan romantis itu adalah penyakit menular yang amat mudah diajarkan pada anak, ajarilah sesekali mereka melakukannya pada sang Ayah juga. Ayah yang kaku seperti apapun, pasti akan luluh juga kalau dihujani kasih sayang seperti itu.




  • Sambutan penuh perhatian


Walaupun Ayah jarang berada di rumah, dan waktunya amat terbatas. Biasakanlah setiap kali sang Ayah pulang dari kantor, anak-anak menyambutnya dengan senyum dan keceriaan. Ajarilah anak-anak untuk menyambut kepulangan Ayah dengan sapaan spesial dan ritual yang manis . Jika Ayah benar-benar membutuhkan istirahat, buatlah anak-anak membantu Ayah mereka mengatasi lelahnya dengan mengajak mengobrol ringan atau bahkan sekedar memijat bahu dan kakinya yang pegal. Tanamkanlah penghargaan yang luar biasa untuk Ayah pada anak-anak, agar anak memahami bahwa Ayah mereka juga sangat berandil dalam membesarkan dan mendidik mereka meskipun tidak selalu berada di rumah.




  • Kebiasaan khusus bersama


Penting sekali membangun sebuah kebiasaan antara Ayah dan anak, yang tentu saja tidak melibatkan ibu mereka. Biarkanlah sesekali anak berkencan dengan Ayahnya saja, misalkan dengan membiarkan Ayah mengajak anak-anak main ke lapangan bola, naik sepeda keliling perumahan, menonton bola berdua, ke toko buku atau bahkan bermain games. Dengan membiarkan ayah dan anak memiliki waktu mereka sendiri, sebagai ibu kita pun bisa memiliki waktu untuk diri sendiri.




  • Komunikasi efektif


Biasakanlah melakukan percakapan ringan yang membangun di antara keluarga. Hindarilah melakukan pengaduan atas tingkah laku buruk anak di depan Ayah mereka, karena suatu hari anakpun akan melakukan hal yang sama pada kita. Respon positif ibu terhadap kedekatan Ayah dan anak juga harus ada, agar tidak terjadi semacam persaingan kasih sayang. Jika Ayah tidak ada di antara Ibu dan anak, biasakanlah melibatkan Ayah dalam komunikasi agar anak tetap merasakan kehadirannya. Sesekali biarkan pula anak menceritakan tentang Ayah mereka pada kita dan bereaksilah secara positif. Semakin sering anak menceritakan Ayah mereka, berarti semakin dekatlah dia dengan sang Ayah.




  • Kerja sama Ayah


Seberapa keraspun cara seorang ibu agar mendekatkan anak pada ayah mereka, takkan berhasil tanpa kerja keras dari sang Ayah sendiri. Bicaralah dengan sang Ayah, dan sampaikanlah keinginan anda. Sampaikanlah dampak positif yang timbul jika hubungan ayah dan anak bisa dekat seperti lebih mudah dinasehati, agar anak lebih bertanggung jawab, lebih berani dan lain-lain. Hindarilah mengatakan secara langsung kalau hubungan keduanya saat ini jauh atau sekedar menghakimi dan menyalahkan sang Ayah. Pilihlah waktu yang tepat saat berdua saja dan bicarakan rencana-rencana ibu dengan Ayah agar bisa menjalankan kedekatan tersebut tanpa terkesan dibuat-buat. Mintalah Ayah agar mengusahakan kedekatannya secara konsisten dan kontinyu.


Sebesar apapun seorang anak mencintai Ayahnya akan selalu ada tempat khusus untuk Ibu mereka. Jangan merasa iri kalau melihat anak menjadi lebih dekat dengan Ayah mereka, kalau itu terjadi maka Ibu bisa melakukan hal yang sebaliknya. Meminta bantuan sang Ayah agar Ibu bisa lebih dekat anak mereka. Saling mendukung satu sama lain dan menjaga agar perhatian antara keluarga saling merata adalah hal terpenting yang harus dilakukan setiap Ayah dan Ibu, karena keseimbangan dalam hubungan rumah tangga yang bahagia akan menjadi bekal positif untuk anak hingga ia dewasa nanti.


Semoga berhasil!



*****

Tidak ada komentar: