23 Juli 2012

Ramadhan Tiba

Ramadhan baru dimulai, tapi berkahnya sudah terasa sampai di hati. Subhanallah...

Tidak ada yang spesial akhir-akhir ini selain Ayah yang semakin sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan sabtu kemarin, kami terpaksa mengalah. Ayah harus lembur hingga sore hari. Biarlah, namanya juga bertambah tanggung jawab, sebagai istri harus bisa memahaminya kan?


Dunia terasa dibalik ketika Ramadhan tiba. Saya yang on the way to the next novel tentang Sarah, novel dengan sejuta pesan dan makna yang sudah pernah saya buat dulu mind mapnya bersama Ayah, terpaksa menundanya karena kuatir membatalkan puasa akibat terlalu larut dalam cerita. Sempat juga saya paksa untuk membangun cerita walaupun sedang berpuasa, jadinya malah terkesan datar dan kurang greget. Novel yang saya rencanakan akan lebih dari 300 hal ini memang perlu emosi yang dalam kalau mau bagus. Tapi sudahlah, kita lihat saja nanti bagaimana hasilnya karena saat ini saya lebih fokus pada ibadah puasa.

Tidak mudah menyesuaikan jadwal yang ada. Apalagi ditambah gangguan sakit kepala beberapa hari ini. Mungkin inilah yang disebut tabrakan kepentingan antara fungsional dan estetika. Kacamata yang tadinya dipakai nyaman dan membuat saya lebih pede pakai kacamata, justru bermasalah karena ternyata secara fungsional seharusnya saya mengukur ulang. Akibatnya ya itu tadi sejak beberapa hari ini saya sering sekali sakit kepala jika menggunakan kacamata ini.

Jadilah, sekali lagi tergantung pada vitamin dan obat sakit kepala sampai nanti mood saya ke dokter timbul. Mudah-mudahan nanti kalau sudah terbiasa, sakit kepalanya hilang sendiri. 

Tapi jadi dapat ilmu baru tentang perkacamataan. Kacamata itu terdiri dari 3 yaitu non frame (dibor), half frame (setengah frame) dan full frame. Selama tiga tahun terakhir saya terbiasa memakai non frame yang lebih ringan dan lebih kecil, namun akibatnya saya jadi sering tidak bisa melihat dengan baik karena ada bagian yang 'terpotong'. Lalu saya sempat beralih ke half frame, memang masih agak ringan tapi tetap saja masih ada bagian yang 'terpotong'. Apalagi tahun kemarin, saya membeli kacamata bukan pada tempat biasa sehingga bisa dikatakan mutunya benar-benar mengecewakan. Untuk pemakai kacamata yang doyan tidur pakai kacamatanya, berenang sering lupa melepas kacamata dan seringkali bergulat bersama anak-anak, jelas saja kacamata itu takkan kuat menerima kenyataan dan hasilnya... patah. 

Akhirnya pilihan saya jatuh pada full frame, dengan bingkai yang besar hampir menutupi seluruh mata saya yang indah (narsis) dan seperti sebelum-sebelumnya berwarna pink cerah, hehe...
Soal harga, makin besar framenya ya makin mahal. Sayang ternyata ini mengakibatkan telinga saya jadi sakit karena tak terbiasa memakai frame yang berat. Inilah yang menyebabkan saya jadi sering sakit kepala.

Ya sudah terlanjur, walaupun Ayah menawarkan membeli lagi agar sakit kepala saya berkurang. Ah biarlah, sayang masih bagus banget. Tapi jadi belajar lagi deh, bahwa membeli kacamata juga harus hati-hati.

*****