10 Juli 2012

Behind The Scene - Blog is a marketplace


Benar kata orang, selalu ada hikmah di balik semua kejadian yang pernah menimpa kita. Jangan pernah menyalahkan Tuhan, apalagi sampai bersikap putus asa.
Saya belajar banyak dari beberapa peristiwa hidup yang silih berganti terjadi selama setahun belakangan ini. Hidup seperti turun naik bagai sebuah jet coaster, kadang di atas terkadang jatuh hampir terhempas ke bawah.

Menjadi penulis itu tak ada sama sekali dalam kamus, sedikitpun tak ada. Memang ada beberapa pengalaman masa lalu yang pernah saya dapatkan dari dunia tulis menulis, selebihnya menulis bagi saya adalah belajar, lalu bekerja dan setelah itu membagi semua kenangan dalam diary-diary 'manual' alias tulisan tangan.


Lalu apalagi berpikir akhirnya memiliki dunia baru yang disebut Blog. Saya mengenal internet memang sudah sejak dulu sekitar tahun 1997, saat keruntuhan orde baru. Bahkan ketika zaman geocities masih ada, saya juga sempat membangun online marketing store yang lumayan berhasil sebelum runtuh karena saya sakit. Manajemen waktu yang tidak baik, akhirnya malah menghancurkan kesehatan dan sayapun menyerah.

Ketika memulai lagi, terus terang dan jujur dari dalam hati, saya hanya iseng. Sekali lagi iseng. Saya malu memasang foto dan takut kalau cerita-ceritanya jelek, nanti ditertawai teman-teman saya yang hidup di dunia nyata. Apalagi membawa nama keluarga dan nama baik suami. Sampai-sampai dinasehati adik perempuan saya yang mengatakan "Gak usah mikirin orang, kak. Tetap berekspresi seperti Kakak yang biasa aja. Gak usah takut! Aku suka kok kalau melihat tulisan kakak, seperti penulis."

Dan saya menulis apa yang saya sukai, apa yang menurut saya bagus untuk dibagi dan tidak berkesan menggurui orang. Saya saja tidak suka kok dinasehati terang-terangan apalagi orang lain. Ya akhirnya saya menemukan hobi baru, menulis fiksi.

Headline lalu menjadi top share itu jauuuuh dari pikiran saya. Tidak terpikir sedikitpun apa yang saya tulis ternyata juga bisa menyentuh orang lain, tulisan yang tadinya saya tujukan untuk mengingatkan seorang sepupu bagaimana rasanya kehilangan, atau tulisan kalau kehilangan anak karena rata-rata teman-teman saya bekerja, tulisan-tulisan untuk mengingatkan anak-anak saya sendiri, tak sedikitpun saya pikirkan apa akan jadi HL atau top share. Buat saya, yang penting pesan di dalamnya sampai.

Lalu, viewer makin banyak. Seseorang menawarkan diri menjadi admin blog saya. Saya sih suka-suka saja, karena banyak yang tidak saya mengerti di dunia blog. Orang ini (dia meminta saya tidak menyebut namanya) mengajarkan banyak pada saya dan dia bebas menggunakan blog saya untuk bahan tesisnya. Dari dialah, saya akhirnya tahu dunia iklan atau sistem marketing dunia internet. Pengaturan SEO saya juga dibantu beberapa pihak lain, yang jujur sama sekali tidak mau dibayar dan hanya ingin membantu karena tersentuh dengan tulisan-tulisan itu.

Saya juga mulai mengikuti beberapa event penulisan untuk mengembangkan bakat ups... kemampuan saya. Gagal ya berarti saya hanya sedikit terlambat memulai. Berhasil berarti saya maju selangkah. Karena mengikuti J50K, Novel saya yang berdasarkan salah satu cerpen pun berhasil diselesaikan. Dan alhamdulillah saat itu langsung ada sebuah penerbit yang mau menerbitkannya. Saat yang sama, ada dua produser menghubungi saya untuk meminta ide-ide cerita.

Tabrakan dua kepentingan yang sangat berlawanan arus ini ternyata membuat saya bingung. Hasilnya, saya akhirnya mundur dari penerbit yang berniat mengambil naskah karena alasan pribadi dan karena memang hati dan jiwa saya tak bisa 'dipush' kencang-kencang untuk deadline waktu pembuatan sinopsis FTV, saya juga memilih mundur secara hormat. Padahal saat itu, para sahabat bunda sudah banyak yang meminta novel segera diterbitkan.

Saya, bukannya perfeksionis. Tapi saya menempatkan diri sebagai seorang pembaca ketika menilai karya sendiri dan merasa karya saya tak cukup sempurna untuk diterbitkan tanpa bantuan editor (secara self publishing). Saya takut membayangkan kekecewaan para pembaca kalau tahu ternyata novelnya tak sesuai harapan. Paling tidak saya membutuhkan pendapat kedua seorang editor yang profesional. Lagi pula saya tak kuat mengedit novel itu, karena setiap kali membaca selalu banjir airmata akibat terlalu diresapi. Emosi itu sampai membuat saya sakit karena terlalu sering menangis.

Sampai kehidupan nyata memaksa saya kembali fokus. Ada berbagai masalah yang membuat saya tak bisa mengurus penerbitan lagi. Bahkan akhirnya terpaksa menjalani operasi. Saya merasa yakin ini bagian dari rencana Allah menguji kesabaran. Sesaat sebelum dioperasi itulah, seorang teman bersedia menjadi editor untuk novel tersebut kalau memang sampai saat terakhir (bulan Juni) tetap tak ada jawaban dari dua penerbit besar yang saya kirimkan sinopsisnya.

Dan kesabaran itu berbuah tanpa saya ketahui. Penerbit dari Mizania menghubungi saya melalui email, blogwalking ke blog saya yang sarat berbagai karya tulis, tanpa sengaja itu membawa kami pada sebuah perkenalan yang diteruskan pada pertemuan. Saya merasa seperti plong, akhirnya doa-doa saya terjawab. Mereka mau menerima naskah saya, yang bahkan tak sempat saya apa-apakan karena kesibukan sebagai seorang Ibu. Terus terang saya memilih 'segala sesuatu' dengan feeling. Kalau setiap tawaran yang datang, saya selalu merasa ragu dan malah ketakutan, maka saya takkan berani menerima. Pekerjaan saya sekarang 100% menggunakan hati dan mood. Dan itulah yang terjadi, saya merasa diterima dan mudah-mudahan pihak Mizania pun sama.

Dan yang terakhir adalah, saya kaget ketika dikabarkan kalau hasil iklan saya ternyata cukup besar. Saya sampai tidak percaya saat menerima laporannya sampai bertanya-tanya. "Ini uang beneran?" dan admin blog saya tertawa melihat kepolosan saya. Yah saya mana tahu kalau review itu bisa bernilai segitu besar, mana saya tahu kalau iklan yang mereka pasang itu ternyata ada yang dollar segala dan masih banyak lagi check-check yang di luar dugaan saya terima, ternyata semua dari blog. Ah saya mana mengerti. Saya menganggap iklan itu cuma buat pajangan biar blog tambah cantik ;)

Akhirnya... semua kembali ke awal. Melangkah itu memang harus pelan-pelan, agar tidak tersandung dan jatuh. Kaki melangkah satu satu bergantian agar tidak terjerembab.

Kebiasaan saat bekerja dulu ternyata membantu sekali. Ada step-step yang saya lakukan sebelum menerbitkan. Seperti membiarkan admin mengedit ejaan atau tulisannya, atau menyimpan sejenak siapa tahu ada tambahan ide. Yah, memang kadang-kadang kumat ego saya kalau sedang kesal dan seenaknya main publish saja. Tapi sejak ada diary blog, hal itu sudah berkurang. Sebentar lagi semua tulisan yang bersifat privat juga akan dikeluarkan, agar tidak mengganggu penilaian terhadap karya-karya saya. Aslinya karya saya memang melo-melo guslaw, tapi orangnya insya Allah gak ada beda sama personilnya Cherybelle alias rame. ;)

Jadi, memang segalanya tergantung dengan diri masing-masing lagi. Apa tujuan kalian saat membangun blog? Saya pribadi hanya sekedar membagi tulisan sebagai aktualisasi diri, bagus kalau pesannya sampai. Alhamdulillah ketika mendatangkan rezeki hingga bisa membantu suami bahkan mungkin orang-orang di sekitar saya dan mudah-mudahan Allah SWT memberi bonus agar suatu hari saya bisa diingat melalui tulisan-tulisan saya.  Itu saja. Sederhana.

***