[caption id="" align="alignleft" width="356" caption="http://www.tribunnews.com"][/caption]Kaget dan bingung jadi satu saat saya mendapat telepon dari saudara sepupu di Samarinda. "Kak, jembatan Tenggarong runtuh!"Saya sempat tak percaya karena terakhir kali melihatnya, jembatan itu sangat megah dan lebih bagus daripada jembatan Mahakam yang bagian bawahnya saja sudah keliatan tua dan berkarat.
Malah saya sempat mengira, adik saya salah menyebut nama jembatannya. Kalau di televisi memang disebut Kutai Kertanegara, tapi kami lazim menyebutnya jembatan Tenggarong.Tapi berita di televisi dan koran online membuat lututku terasa lemas. Apalagi saat melihat foto-foto dari teman-teman yang kebetulan tinggal di Tenggarong. Bagaimana mungkin??? Yah bagaimana mungkin jembatan semegah itu, yang saat pembukaannya sampai mengundang artis-artis ibukota, yang menjadi kebanggaan baru masyarakat Samarinda, Tenggarong dan bahkan Kalimantan Timur bisa runtuh?Saya ingat, dulu waktu jembatan itu dibangun (kalau tidak salah sampai lebih dari 5 tahunan) banyak sekali kontroversinya. Bukan karena orang-orang tidak ingin daerahnya dibangun jembatan, tapi karena anggarannya dan heboh korupsi yang meliputinya. Sayangnya entah mengapa, berita-berita itu menguap tak jelas ke mana.Saya sekali lagi memegang teguh prinsip saya, takkan ngomongin orang dan takkan menyebut nama siapapun di sini.Namun ini nyawa, ini kehidupan yang tiba-tiba dicabut, ini juga menyangkut hajat hidup orang banyak karena jembatan itu penyambung tercepat bagi para penduduk sekitar tempat itu. Bagaimana mungkin kita masih berdiam diri melihatnya?Saya sudah melihat sendiri banyaknya pemborosan yang terjadi termasuk pembangunan Pulau Wisata, Pulau Kumala yang berada di dekat jembatan itu. Kering, gersang, rumputnya lebih subur daripada bunga hias, banyak yang tak terawat bahkan salah satu wahana sering sekali macet. Dan kita, para putra daerah hanya bisa diam karena sepertinya itulah yang selalu terjadi. Raja-raja kecil itu berhasil membuat raja besar diam meskipun rakyat menjerit.Sekali lagi, saya ketuk hati kalian semua, hai Para Pejabat Negeri!!Bukan karena ada sahabat atau keluarga dekat saya yang jadi korban, tapi karena inilah pertanda bahwa Korupsi itu sudah sangat merajalela. Jangan bilang ini soal tanah amblas! Jangan bilang ini soal perbaikan dsbnya! Dan jangan pernah, jangan sampai muncul lagi cerita-cerita aneh seperti buaya raksasa seperti waktu Jembatan Mahakam dulu. Itu cerita yang selalu dipakai sejak jaman orde baru sekedar menutupi kesalahan. Lakukan penyelidikan dari awal, terbuka dan transparan.Saya mengucapkan turut berduka cita atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka, semoga Allah SWT memberi mereka kekuatan dan keluarga yang ditinggalkan tabah menghadapi ujian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar