25 Juli 2017

Misi Manis Untuk Chang (3)

Cerita Sebelumnya


Cincin Untuk Joan


“Chang!! Sudah datang? Sini deh, Chang! Sini! Sini!” Tangan Joan mengibas-ngibas memanggil Luthfi saat ia masuk ke ruang perawatan Joan. Kini ia tampak semakin sehat. Ia sudah tertawa dan tersenyum lagi. Tak lagi terlihat tanda-tanda kalau beberapa minggu lalu ia masih terbaring diam di tempat tidurnya.

“Ada apa?” tanya Luthfi seraya mendekati Joan yang berdiri di depan jendela kamar yang terletak di lantai keempat gedung ini.

Joan menunjuk ke luar jendela kamar, dan Luthfi mengikuti arah telunjuk Joan. Jauh di tempat parkir di bawah sana, sosok Alan yang terlihat kecil sedang berdiri di samping mobil. Di sebelahnya ada Kirana yang berdiri dengan kepala bersandar di bahu Alan. Mereka berpegangan tangan.

“Aah, Kirana itu pacar Alan ya?” simpul Luthfi dengan senyum mengembang. Ia tak sabar untuk bertemu Alan dan menggodanya.

Joan tertawa, “Ya, pacar Kakakku. Jadi jangan coba-coba merayunya, Ok!” kata Joan. Ia beranjak dari tepi jendela, lalu duduk di sofa. Mengambil buku kecil dari saku baju katunnya. Menandai sesuatu. Luthfi mendekat untuk mengintip tapi Joan sudah menyimpan kembali buku kecil bersampul biru itu di sakunya.

“Bawa kuenya?” tanya Joan tak sabar. Luthfi mengangguk.

Luthfi mengangkat kotak kecil kue yang tadi pagi dibuatnya. Lalu menyusul Joan, duduk di sebelahnya. Sesaat gadis itu mengagumi kue berkrim putih berbentuk bulat yang dihiasi aneka bentuk not musik berwarna hitam. Anggun. Tapi cantik. Tangan Luthfi mulai sibuk memotongnya untuk Joan.

“Makasih ya Chang!” ucap Joan tulus sebelum mulai memakan potongan kue yang diberikan Luthfi.

Luthfi tak tahu mengapa Joan selalu memanggilnya Chang. Tapi ia membiarkannya. Menurut Alan, seorang penderita Diabetes sering mengalami kelupaan dan mungkin itulah sebabnya Joan selalu memanggil ‘Chang’ padanya. Luthfi pun tak peduli. Sudah lebih sebulan sejak ia kembali bersama Joan, ia sangat suka melihat gadis itu tertawa dan tersenyum seperti sekarang. Ia hanya ingin melihat Joan setiap hari, walaupun untuk itu ia harus mengubah namanya. Ia ingin membuat kue rendah gula seperti sekarang, asalkan Joan mau selalu memakannya. Ia telah melakukan banyak eksperimen, hingga berkonsultasi dengan dokter Joan hanya agar gadis itu bisa menikmati kue buatannya.

Belum pernah sepanjang kariernya sebagai pastry chef, Luthfi melihat seseorang memakan kue buatannya dengan menikmatinya begitu rupa seperti seseorang yang tak makan berhari-hari padahal hanya beberapa suapan. Gadis itu selalu memejamkan mata sambil mengunyah perlahan-lahan, menikmati setiap gigitannya sambil tersenyum bahagia. Meski terlambat, Luthfi ingin memberikan kue ulang tahun yang diimpikan gadis itu.

Tapi kali ini setelah satu suapan, tangan Joan justru sibuk menyodok  sisa kue tart yang belum dipotong dengan pisau kue berkali-kali. Mengacak-acaknya, hingga bentuk kue jadi tidak karuan. Bukan untuk dimakan, tapi malah dipelototin.

“Kamu cari apa sih, Jo?” tanya Luthfi bingung.

“Cincin!” jawab Joan, tanpa berhenti mengaduk kue.

“Cincin?” ulang Luthfi, semakin bingung.

“Iya, aku sering nonton film atau drama kalau cowok-cowok suka menyelipkan cincin untuk pacarnya di kue tart dan memberikan pada mereka sebagai tanda... mmm... “ Jo berhenti bicara dan tetap menyodok kuenya.

Luthfi tertawa terkekeh. “Kamu kebanyakan nonton drama. Aku tak mungkin melakukannya biarpun diminta. Itu berbahaya.”

Kali ini tangan Joan berhenti, ia menoleh pada Luthfi, menatapnya. “Emang kenapa? Bukankah bagus membantu orang lain untuk mendapatkan cinta?”

“Joan, mencintai itu harus tercermin dalam sikap dan perbuatan seseorang. Bukan dengan kata-kata. Memberikan cincin dalam kue itu berbahaya. Bisa membuat orang yang kita cintai tertelan cincin. Lagipula, menurutku... memberikan cincin diam-diam itu seperti sebuah tindakan pengecut,” ujar Luthfi seraya mengacak-acak rambut Joan. “Sekarang, kuenya sudah berantakan begitu, siapa yang mau makan?”

Bibir Joan membentuk rengutan. “Tapi aku maunya dikasih cincin yang ada di kue.”

“Benarkah? Dariku atau dari orang lain?” tanya Luthfi dengan nada menggoda. Ia mendekatkan wajah pada Joan.

“Tentu saja dari Chang. Tapi kalau ada cowok  lain yang mau kasih ke aku. Hmm... aku pasti terima.” Joan balas menatap Luthfi, menggoda dengan sudut bibir berkedut.

Luthfi tertawa sambil menyentuh ujung hidung Joan. Kali ini ia meluruskan tangannya, merangkul pundak Joan. Membiarkan kepala gadis itu bersandar dalam pelukannya. Aroma bunga dalam shampoo menggelitik hidung Luthfi. Sebuah perasaan hangat mengalir lembut dalam hatinya. Kehangatan yang juga mengalir dalam hati Joan.

Bersambung ...

Cerita selanjutnya : Misi Manis Untuk Chang (4) - Gadis Pembawa Misi (Publish Date : 31 Juli 2017)

2 komentar:

Misi Manis Untuk Chang (4) – Iin Ajid mengatakan...

[…] Cerita Sebelumnya… […]

Misi Manis Untuk Chang (2) – Iin Ajid mengatakan...

[…] Selanjutnya : Misi Manis Untuk Chang (3) – Cincin Untuk Joan (Publish date : 25 Juli […]