Beberapa tahun terakhir ini saya baru menyadari satu hal, saya sangat suka sepatu. Kalau beli sepatu, saya bisa membeli beberapa pasang sekaligus. Untuk hobi yang satu ini, saya rela menabung dan bekerja lebih keras untuk bisa membeli sendiri. Dalam keseharian pun saya lebih banyak memakai sepatu daripada sandal. Kaki itu adalah bagian dari aurat wajib yang harus ditutupi dengan baik dan sempurna.
Tapi kalau keseringan belanja sepatu, waaaah niat menabung bisa gagal total. Karena itu, saya lebih suka tidak pernah melewati atau pergi ke toko sepatu. Lebih baik tidak usah, daripada harus susah payah menekan ego untuk belanja. Kecuali ada anggarannya, atau memang saya merasa perlu mencari pengganti sepatu yang sudah rusak atau berganti pemilik, barulah sepatu baru siap dicari.
Bagi saya, sepatu bukan sekedar untuk menutupi dan melindungi kaki. Sepatu adalah salah satu cara seseorang mengekspresikan dirinya. Dengan warna sepatu pilihannya, kita akan tahu warna yang mereka sukai dan jenis sepatu akan menentukan kepribadian mereka. Setidaknya apa yang mereka sukai dan kegiatan seperti apa yang mereka lewati sehari-hari.
Saya bukanlah penyuka sepatu berhak tinggi seperti perempuan lain pada umumnya. Dulu karena saya cenderung lebih tinggi dari teman-teman seumuran, maka saya selalu memilih sepatu berjenis flat atau tidak berhak. Apalagi sejak SMP saya selalu suka olahraga basket, jadi sepatu berjenis casual itulah yang selalu saya pilih.
Setelah bekerja menjadi sekretaris dan terpaksa mengenakan sepatu high heels, saya justru semakin tergila-gila pada sepatu casual. Tak jarang jam istirahat kantor saya pakai untuk memakai sepatu sneaker dan bermain basket! Berolahraga, memakai sepatu kesayangan dan bermain bersama teman-teman cukup untuk melepaskan stress dari pekerjaan yang padat.
Namun, karena saya juga kadang-kadang harus bekerja di lapangan yang kebanyakan bukan daerah yang mudah untuk berjalan bahkan untuk berdiri saja sulit, saya selalu menggunakan sepatu kets atau sepatu bot khusus untuk safety agar tidak terpeleset di lokasi kerja yang medannya cukup licin tapi terjal. Saat masih bekerja full-time, sepatu-sepatu saya memang disesuaikan dengan kebutuhan untuk bekerja.
Baru setelah tak lagi bekerja full-time, sepatu pilihan mulai dipilih berdasarkan kebutuhan dan kepribadian saya. Sebagai penyuka warna merah, pink dan ungu, saya berusaha mencari sepatu yang memiliki salah satu atau kedua warna tersebut. Tidak semuanya karena kesannya jadi norak kalau dipakai oleh emak-emak seperti saya. Cukuplah satu hiasan kecil atau garis lekuknya saja yg berwarna, sisanya biasanya warna gelap. Tapi tetap saja, semua sepatu saya selalu berjenis casual. Semua kembali menunjukkan bahwa kepribadian saya yang banyak bergerak, tidak ingin terlihat dominan, ingin tetap nyaman dan santai.
Kesukaan ini menular pada putri pertama yang juga sedikit tomboy. Tadinya saya heran karena sepatu-sepatu saya seringkali ‘turun’ dari tempatnya dan tergeletak di teras. Padahal untuk urusan sepatu, saya paling hati-hati. Saya kaget melihat pelakunya yang ternyata Kakak. Saya bahkan tidak tahu kalau ukuran sepatu kami ternyata sudah sama. Maklum saja, sejak SMP kelas 2 putri saya telah memilih dan membeli sepatunya sendiri. Saya atau Ayahnya hanya mengantar dan mengawasi dari luar. Ini bagian dari rencana skill life anak-anak.
Kata Kakak, ia suka pakai sepatu-sepatu saya karena nyaman dipakai dan warnanya juga tidak mencolok. Padahal harga sepatu saya jauh lebih murah darinya. Tapi memang, saya selalu berusaha untuk merawat dengan baik. Hampir tiap minggu, saya selalu mencuci sendiri semua sepatu yang terpakai dan memasukkannya ke tempat khusus agar tidak cepat rusak. Meski murah, sepatu bisa tahan lama jika dirawat dengan baik.
Setelah tahu Kakak juga suka sepatu casual seperti saya, maka saya mengajarinya cara memilih sepatu casual yang lebih sesuai untuk gadis seusianya agar ia juga merasa nyaman dengan sepatu miliknya sendiri seperti saat mengenakan sepatu saya. Tapi karena dia punya kegiatan fisik yang jauh lebih banyak dari saya, maka saya menambahkan beberapa syarat agar sepatunya juga tahan lama.
Saya ingin ia bisa terus mengekspresikan diri melalui sepatu miliknya sendiri, tapi tidak melupakan kewajibannya untuk menutupi salah satu aurat wanita tersebut dengan cara yang benar. Jika ia terbiasa mengekspresikan diri dengan cara yang benar tapi konsisten, saya berharap meski Kakak menjadi dewasa, ia akan memiliki langkah pasti dalam segala hal yang ditujunya.
Itulah sebabnya penting untuk memilih sepatu dengan tepat, tak perlu terlalu mahal yang penting nyaman di kaki dan sesuai dengan kebutuhan. Sebisa mungkin sepatu juga sesuai dengan kepribadian kita. Sepatu yang nyaman, akan menunjang setiap kegiatan dengan baik, dan kegiatan yang berjalan dengan baik akan menuntun seseorang menuju prestasi gemilang. Siapa tahu dengan segala prestasi itu, langkah baru akan tercipta.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar