Hilang Teman Karena Utang
Utang, menjadi salah satu hasil dari sebuah proses komunikasi antar manusia. Dalam kadar yang baik, Utang bisa menjadi perekat hubungan menjadi semakin erat dan lebih solid. Namun, jika disalahartikan, Utang akan kehilangan makna dan menimbulkan masalah besar.
Utang, apapun bentuknya, mau utang budi atau utang uang, selalu terasa berat saat dipikul seseorang. Perasaan rendah diri dan malu biasanya mengikuti utang tersebut. Hal-hal yang bisa mengubah karakter seseorang menjadi orang yang berbeda.
Demikian juga bagi mereka yang memberikan utang pada orang lain. Awalnya, mereka mungkin hanya bersyukur bisa membantu orang lain. Namun, seiring waktu, ketika kebutuhan diri mereka sendiri mulai terganggu maka akan timbul harapan baru untuk mendapatkan timbal balik atas bantuan mereka sebelumnya. Hubungan tersebut akan semakin baik kalau mendapat respon yang baik. Teman yang dulu berutang mau membalasnya dengan kebaikan yang sama. Hanya saja, tak jarang yang terjadi justru sebaliknya.
Sebuah hubungan yang benar-benar kuat memang harus diuji dalam berbagai peristiwa. Tidak hanya dengan manisnya sebuah perkenalan lalu dilanjutkan dengan persahabatan biasa. Dengan ujian berupa situasi yang buruk sesekali, hubungan tersebut justru akan jauh lebih kuat dari yang dibayangkan. Setiap akhir baik dari sebuah situasi yang buruk akan menjadi jembatan penguat hubungan itu dari waktu ke waktu.
Namun pada kenyataannya, hal itu tidak semudah mengucapkan. Beberapa orang terkadang sulit melakukan hal-hal yang mudah seperti mengucapkan tiga kata, tolong, maaf dan terima kasih. Bagi mereka, melakukan ketiga hal tersebut akan merendahkan harga dirinya. Kedengaran lucu bagi orang normal, tapi itu adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri.
Utang menjadi semakin berat bagi orang-orang seperti itu. Mereka bisa dengan mudah meminta bantuan, tapi sulit mengucapkan maaf ketika tak bisa membayar bahkan tak tahu kalau kata terima kasih memiliki beragam bentuk yang bisa diberikan kembali pada si pemberi utang. Sesuatu yang mungkin tak bisa dinilai dengan sejumlah uang.
Padahal, sulit loh untuk memberikan utang pada orang lain itu. Apalagi kalau situasi ekonomi keduanya sama. Ketika ia mengeluarkan uang atau bantuan untuk orang lain, pasti ada dasar ikhlas di hatinya. Mungkin kadarnya berbeda, tapi tetap saja ada rasa itu. Sedikit atau banyak, tanpa ikhlas di hati pemberi utang, ia takkan mungkin mau meminjamkannya begitu saja. Tapi yang jelas, hal ini berbeda kalau si pemberi utang sengaja memberikan bunga tambahan sebagai keuntungannya.
Sudah seharusnya, adalah wajib bagi si Pengutang untuk menjaga perasaan dengan silaturahmi kepada si pemberi Utang. Bukan sekedar untuk menjaga hubungan di antara mereka, tapi juga kewajiban untuk menjaga kepercayaan. Satu hal lagi. Memiliki teman yang mau membantu saat dalam kesulitan itu adalah sebuah keberuntungan yang harus dijaga benar agar tidak kehilangan.
Tak sulit mengucapkan maaf kalau si pengutang belum bisa membayar. Kata maaf takkan membuat seseorang kehilangan harga diri, atau merendahkan martabatnya. Justru kata maaf yang diucapkan dengan tulus, bisa memberikan kekuatan pada seseorang untuk semakin menjaga diri dari kesalahan. Maaf menjadi wakil dari perasaan untuk mengobati rasa bersalah. Ungkapan maaf juga takkan mengurangi rasa hormat, justru semakin menambah respek pada pengucapnya.
Hanya saja, pada kenyataannya, justru banyak pengutang yang lari dari tanggung jawab mereka. Alih-alih melakukan kewajiban mereka untuk menjaga hubungan, kebanyakan justru sengaja menghindar bahkan tak jarang menghilang begitu saja. Meninggalkan si pengutang yang hanya bisa menyesali diri.
Kehilangan teman karena utang mungkin adalah suatu hal yang tragis. Walaupun yang paling rugi justru si pengutang. Melepaskan seorang teman yang mau membantu di saat sulit itu seperti kehilangan tali penolong ketika kita bersiap hendak melakukan bungee jumping. Bahaya kan? Bagaimana kalau ia benar-benar membutuhkan bantuan saat melompat dan tali pengait utamanya lepas? Tinggal kematianlah yang akan menyambut di bawah sana…
Buat mereka yang memberi utang, kehilangan teman sekaligus uang bukanlah perkara yang mudah untuk dilupakan. Mungkin ada yang akan menganggap, kehilangan teman yang suka berutang seperti itu justru menguntungkan baginya. Tapi hal ini akan membuatnya trauma dan kapok untuk membantu orang lain lagi. Kalau sahabat sendiri saja bisa melakukan hal menyakitkan itu padanya, bagaimana dengan yang lain?
Jadi utanglah membuat seseorang bisa kehilangan temannya, sekaligus menjadi dosa berkepanjangan. Ini karena perbuatan tidak membayar kewajiban itu dengan baik akan membuat orang lain yang mungkin bisa dibantu, akhirnya tak mendapat bantuan seperti dirinya karena orang yang diharapkan sudah kapok meminjamkan uang.
Karena itulah, sebisa mungkin hindarilah utang piutang yang tidak didasari dengan hukum yang jelas. Apalagi kalau tahu bahwa diri ini takkan mampu menghindari godaan untuk berusaha melepaskan diri dari pembayaran. Atau belajarlah untuk membantu seseorang bukan dengan bentuk piutang. Ikhlaskan saja. Jadikan saja itu sebagai sedekah kita sebagai manusia. Jangan sampai hilang teman karena utang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar