24 Juni 2015

Di Balik Kuliner Ramadan

Ramadan, memang bulan saat kita menahan lapar dan dahaga. Tapi di bulan tersebut, ada banyak makanan dan minuman yang khusus disajikan. Di Jakarta, berbagai sudut kota bermunculan pasar-pasar Ramadan yang menyajikan berbagai aneka makanan. Tak seperti di daerah, Jakarta yang menjadi pusat Indonesia ini memberikan banyak pilihan kuliner dari berbagai daerah. Tentu saja karena kota ini adalah kota yang paling banyak kaum pendatangnya.


Saat Ramadan, saat di mana manusia berbondong-bondong ingin kembali ke fitrah. Tak heran, Ramadan juga identik dengan mengenang kekhasan saat masa seseorang masih polos. Itu sebabnya, mereka yang dari daerah pasti akan berburu makanan khas Ramadan daerahnya masing-masing. Makanan khas itulah yang tak hanya mampu menjadi penghilang lapar, tapi sekaligus juga pelepas kangen dan pemberi semangat untuk terus menjaga kebiasaan berpuasa yang sejak kecil telah dijalankan.


Tapi tak hanya kaum muslimin, Pasar Ramadan juga dinanti mereka yang beragama non-muslim. Buat mereka, pasar Ramadan bukan hanya ‘milik’ muslim tapi sudah menjadi agenda tetap rakyat di Indonesia. Siapapun mereka, wisata kuliner di bulan Ramadan seakan menjadi kegiatan rutin yang tak bisa dilepaskan. Bahkan banyak sekali mereka yang non-muslim ikut berjualan makanan khas Ramadan. Tak ada yang melarang, karena salah satu kenikmatan Ramadan adalah bulan penuh keberkahan.


Beraneka makanan dan minuman yang disajikan saat berwisata kuliner, membuat kita tak segan mencoba meski baru pertama kali. Maka jangan heran ketika Kurma, Nasi Lemang, Bingka Kentang dan Es Pisang Ijo bersatu di meja makan. Kini malah banyak aneka makanan yang dibuat dari buah Kurma, makanan khas Arab. Tak ada batas suku apalagi ras di atas meja makan. Semua sama, sama-sama untuk mengenyangkan dan mengembalikan tenaga. Itulah Ramadan, keajaiban dari Allah SWT. Bulan yang menyatukan.


Bukan hanya hilangnya batas kesukuan dan ras, kuliner di bulan Ramadan juga menyatukan para anggota keluarga. Makan bersama seperti menjadi kewajiban saat berbuka. Apapun menunya, semuanya duduk bersama dengan menunya masing-masing.


Sebenarnya di balik itu semua, kita semua sedang diajak untuk hidup lebih teratur. Waktu sahur dan berbuka yang telah ditentukan memaksa kita untuk pandai-pandai memanfaatkan waktu dan makanan yang masuk ke dalam perut. Sebisa mungkin makanan dan minuman itu cukup untuk mengisi tenaga sampai waktu berbuka nanti. Apapun jenisnya, apapun yang disukai, selama kuliner tersebut merupakan menu halal yang sehat maka tak ada larangan untuk menyantapnya di saat sebelum imsak dan sesudah berbuka.


Walaupun demikian, puasa juga merupakan cara untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu, dan juga untuk kesehatan diri. Maka saat berbuka, janganlah berlebih-lebihan. Memang tak ada salahnya, mencoba kuliner dari berbagai macam daerah atau pun dari sudut dunia tapi jangan berlebihan. Sesuatu yang berlebihan akan mendatangkan penyakit. Berpuasa harusnya menjadi kesempatan untuk kita mengendalikan diri untuk menjadi lebih sehat. Dan memilih kuliner yang tepat adalah satu dari syarat utama untuk bisa mengendalikan diri agar bisa meraih berkah kesehatan.


Karenanya, jangan langsung menganggap satu menu lebih baik daripada menu yang lain. Mungkin saja satu menu yang menurut kita enak, belum tentu enak untuk yang lain. Seseorang mungkin merasa cukup dengan segelas teh manis dan kurma untuk berbuka sebelum langsung makan besar, sementara yang lain harus menyantap semangkok kolak dulu dan nanti setelah sholat taraweh baru makan besar. Perbedaan apapun, selama itu masih diperbolehkan dan bertujuan untuk menghilangkan lapar dan dahaga, maka hormatilah perbedaan itu. Bukankah setiap pribadi itu memiliki keunikan termasuk selera makannya? 


Di balik Kuliner Ramadan, yang dirindukan hadirnya. Kenikmatan aneka ragam makanan dan minuman dari berbagai daerah, dengan kekhasannya masing-masing. Walaupun berbeda cara, berbeda menu tapi bertujuan sama yaitu untuk mengembalikan tenaga setelah seharian berpuasa. Kuliner di bulan Ramadan yang beraneka ragam, adalah proses pengenalan rasa dan kenikmatan dari berbagai sudut daerah untuk menyatukan lidah rakyat Indonesia. Itulah kuliner Ramadan, yang menyatukan dan penuh berkah.


 


ngaBLOGburit 2015

Tidak ada komentar: