Tahun ini berita gembira mewarnai keluarga kami… Kakak menjadi juara kelas, Abang mengalami peningkatan hasil belajar yang luar biasa, sementara hasil kuliah saya juga benar-benar mencengangkan. Sungguh di luar dugaan mendapat rezeki kemenangan ini. Dan itu benar-benar membuat kami sekeluarga sepakat untuk lebih amanah dalam menjalani proses pendidikan.
Karena itu, Kakak yang tadinya tak ikut les pelajaran meminta saya menambah jam belajar dengan mengikuti les tambahan karena ia merasa sedikit kesulitan di kelas 7. Apalagi karena saya juga kesulitan untuk membagi waktu antara waktu kuliah yang padat dengan jam belajar anak-anak, sehingga seringkali tak bisa menemani Kakak belajar dan lebih berkonsentrasi pada anak-anak yang lebih kecil, Abang dan Ade.
Jadi kami berdua pun mencari tempat les. Kebetulan di dekat rumah ada sebuah tempat les yang cukup terkenal dan biayanya pun terjangkau. Singkat kata, Kakak pun mendaftar.
Namun, ketika liburan kemarin, Kakak sempat bersungut-sungut.
“Mah, Masak temen Kakak pengen ngeles bareng Kakak di N**** F****?” ujarnya memberitahu saya.
“Ya udah kasih tahu aja kali kak berapa biayanya?”
“Ah nggak ah, nanti Kakak kalah.”
“Kalah?” tanya saya bingung.
“Maksudnya entar kalau kami belajar bareng, nah nanti gimana kalau misalnya dia lebih bisa, lebih pinter terus nilainya lebih bagus. Kan otomatis rangking kakak kalah sama dia. Engga ah, ngga mau dikasih tahu.”
“Ya gak boleh gitu, Kak. Kakak salah kalau berpikir begitu. Harusnya kakak senang kalo teman kakak mau belajar bareng. Kan kakak jadi ada temannya, jadi lebih semangat deh. Terus entar di kelas bisa saling mengingatkan siapa tahu ada yang kakak lupa.”
“Mm… gitu ya Ma.”
“Iya sayang. Lagian menang kalah itu biasa. Justru kalah itu kalau menjadi pemenang yang sombong atau orang kalah yang arogan. Artinya percuma kalau menang untuk sesuatu, kalau jadinya kita malah sombong. Atau kalah tapi malahan gak terima terus ngajak ribut atau bikin kerusuhan. Nah itulah kalah yang sebenarnya. Kalau cuma kalah rangking, duh itu mah biasaaaa…. “
“Mamah gak papa kalau kakak gak rangking?”
“Emang sejak kapan Mamah marah kalau kakak gak dapet rangking?”
“Mmm.. gak pernah sih, tapi nyindiiirnya itu loh.”
“Itu bukan sindiran. Itu motivasi ala Mama, Neng. Ngingetin sama Kakak kalo dikalahin itu gak enak, jadi Kakak rajin belajarnya.”
“Motivasi??? Kalo motivasi kayak gitu, Kakak gak butuh kelesss!! Bener-bener jatuhin mental. Juri Masterchef mah kalah sama motivasi Mamah.”
“Hahahaha…. segitunya ah lebay!!” Kami pun tertawa-tawa. Baru kemudian saya mulai menyelipkan sebuah nasehat.
“Lagian ya Kak, Dibandingkan dengan kalah atau menang. Yang lebih penting itu Kakak punya kesempatan berbagi ilmu. Kakak tahu kan Mamah gak pernah bisa belajar. Siangnya ngurus kalian, malam mama harus selesaikan artikel. Kapan punya waktunya? Tapi kakak tahu kan, tiap hari di hape Mama adaaaa aja teman-teman Mama yang berkonsul masalah pelajaran. Nanya inilah, nanya itulah. Beberapa bisa mama jawab langsung, lainnya karena Mama gak tahu ya otomatis Mama cari di modul atau googling. Akhirnya Mama juga ngerti. Mama bisa berbagi sekaligus belajar.”
“Terus nih Ma, kalo misalnya Kakak udah bantuin teman, ngajarin dia eeh… terus rangking Kakak dikalahin, gimana?”
“Itu artinya Kakak menemukan satu lagi kehebatan Kakak,” tandas saya.
“Maksudnya? Kakak justru hebat karena rangking dikalahin?”
“Ya… karena itu artinya Kakak adalah guru yang hebat. Bisa membuat murid Kakak lebih pinter. Apalagi kalau kakak bisa menerima kekalahan itu dengan mengucapkan selamat, waaah… ill be so proud to you if you do it, Hun. Artinya Kakak memiliki jiwa besar. Dan orang besar adalah mereka yang memiliki jiwa yang besar. Ngerti!”
“Nggak, Mah. Nggak sama sekali. Mamaku!! Hahahaha,,,” jawab Kakak bercanda. Kebiasaannya kalau ingin menghilangkan suasana tegang atau kaku.
“Tapi ingeeet Kak!! Jangan pernah membantu saat ujian ya!!”
“Alaaah, itu maah tenaaang. Kayak Mama gak tahu kakak aja.”
Dan satu pelajaran lagi buat putriku tersampaikan dengan baik.
Jangan takut kalah, Nak. Kalah menang itu biasa. Tapi yang luar biasa adalah cara kita menghadapinya, apakah kalah dengan berjiwa besar atau malah bersikap kerdil dan picik, Atau menang dengan amanah dan santun atau malah dengan menjadi pemimpin yang sombong dan arogan.
Kalah atau menang bukanlah akhir dari sebuah kompetisi. Justru kompetisi itu baru dimulai ketika hasil diumumkan, apakah kalah berarti membuktikan ketidakmampuan atau kemenangan membuktikan bahwa kemampuan itu memang ada.
Besok Pemilu Presiden 2014. Putri saya mempelajari arti menang dan kalah yang sesungguhnya. Semoga para calon presiden, tim sukses dan para pendukungnya juga sudah benar-benar memaknai arti menang dan kalah, agar besok apapun hasilnya, kedua pihak bisa menerima kalah dengan berjiwa besar atau menang dengan berprinsip bahwa inilah amanah yang harus diemban dengan keikhlasan.
Semoga…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar