30 Mei 2013

Pilih-pilih Sekolah

Hari ini sesuai janji suami, saya bersiap-siap untuk memberesi beberapa urusan eksternal dengan diantar beliau. Sambil dandan cantik-cantik (uhuy!), saya bermain bedak dengan si kecil. Tiba-tiba ada kakak yang memberi tahu kalau ada ibu-ibu nyari Emak.


Kirain ada apa, ternyata ibu-ibu ini sampe rombongan datang ke rumah karena pengen nanya-nanya soal sekolah menengah pertama dan lanjutan. Mereka bingung memilih sekolah.

Jujur ya bu, saya tuh juga bingung kenapa ya suka ditanya-tanya kalau urusan beginian? Kemarin di sekolah saya ditanya pak guru ada ide apa untuk acara perpisahan anak-anak tempat Kakak sekolah, sekarang ditanya tentang SMP-SMU-SMK. Padahal putri saya yang paling tua, baruuuu ini lulus SD, jadi saya sendiri belum punya pengalaman anak yang sudah lulus sekolah. Ooh satu-satunya pengalaman lulus ya lulus TK doaang ;)

Tapi begitulah, mungkin karena mereka tahu saya concern sama dunia anak-anak terutama pendidikan, makanya memilih datang ke rumah untuk sekedar berkonsultasi.

Beberapa bulan lalu saya, suami dan kakak sempat berdebat soal sekolah. Ayah pengennya Kakak masuk swasta berbasis Islam, saya pengennya Kakak masuk ke sekolah negeri favorit sedangkan Kakak hanya mau sekolah di sekolah yang ada marching bandnya. Perlu debat kusir dan pengumpulan informasi selama proses menemukan sekolah yang kami mau. Saya dan suami yang tadinya sempat melupakan hak Kakak akhirnya mengalah.

Duh, Bu... siapa sih yang gak kepengen anaknya masuk jajaran sekolah favorit? Apalagi Kakak cukup berprestasi. Kadang-kadang suka ngelus dada, saat melihat berbagai kesempatan yang Kakak lewati hanya karena sifat pemalunya. Ikut lomba nasional, menolak. Tampil di televisi, malu katanya. Ikut Olimpiade, aaah males soalnya hadiahnya gak ke Korea !!???!!
Tapi ya namanya anak-anak, kalo dipaksa nanti malah jadi masalah. 


Akhirnya setelah mengumpulkan informasi melalui internet, bertanya pada guru-gurunya di sekolah, dan juga para ibu lain yang putra-putrinya sudah di SMP tersebut lalu mengajak berkeliling bertiga, kami akhirnya sepakat pada 3 pilihan sekolah menengah pertama negeri dengan tambahan kalau Kakak lulus, ia akan melanjutkan pendidikan akhlaknya di luar SMP Negeri tersebut. Saya dan suami setuju, Kakak pun tidak sabar untuk segera mendaftar.

Pengalaman mencari sekolah lanjutan ini bisa membuat saya menarik kesimpulan

Hal pertama yang harusnya dilakukan adalah meminta pendapat putra-putri kita karena merekalah yang kelak menjalaninya. Motivasi anak pun berbeda dan tak bisa disamakan.
Seperti Kakak yang mencari sekolah dengan ekskul MB dan pengajian, anak yang lain mungkin lebih mempertimbangkan ada teman atau krn tim bola sekolah tersebut terkenal prestasinya. Atau seperti salah satu putri ibu sahabat saya ini, ingin mencari sekolah dimana ia bisa ke sekolah cukup dengan jalan kaki. Sederhana memang. Pemikiran anak itu tak serumit kita, tapi efek sampingnya bisa berakibat fatal. 


Kalau anak menyerahkan pilihan pada kita, carilah sebanyak-banyak informasi ttg berbagai sekolah dan tetap berikanlah informasi itu kepada anak untuk memilih.


Pertimbangkan juga kemampuan dan kenyamanan anak dari mulai pergi dan pulang sekolah (jauh atau tidak) serta kemampuannya mengimbangi kurikulum sekolah bersangkutan. Sekolah yang baik untuk anak tidak harus sekolah yang menjadi favorit atau mengikuti kurikulum 'sangat tinggi' karena sekali lagi kemampuan dan keunikan anak-anak itu berbeda. 


Satu hal yang tetap harus kita ingat adalah Yang menjalani pendidikan adalah Anak, bukan kita. Anak adalah manusia, memiliki hak untuk memilih dan seharusnya diajarkan sedini mungkin untuk memilih serta bertanggung jawab dengan pilihan tersebut. 


Kalau anak menyerahkan pilihan pada kita, carilah sebanyak-banyak informasi ttg berbagai sekolah dan tetap berikanlah informasi itu kepada anak untuk memilih.



Semoga cerita saya bermanfaat ya Ayah & Bunda.

*****