19 November 2012

Kemauan Anak VS keinginan Ortu

Next year my big daughter Cindy will be finished her elementary school. Dan seperti kebanyakan orangtua lainnya, saya pun dilanda kebingungan. 

Dulu saat masuk SD negeri itu terjadi karena accident. Tadinya kami merencanakan dia sekolah di SDIT agar mendapat pendidikan yang lengkap untuk dunia akhiratnya. Namun karena terlambat mendaftar dan sedikit kesalahpahaman, akhirnya Kk malah terdaftar di SD negeri. Itupun terus terang setelah kami 'berjuang' mendaftarkannya melalui jalur 'khusus' karena usia Kk yang belum masuk kriteria. Untunglah Kk sudah direkomen dari TK karena prestasinya kalau tidak kami mungkin terpaksa menunggu setahun.

Setelah naik ke kelas dua, kami sempat menawarkan opsi pindah ke sekolah yang kami mau itu. Tapi si Kk menolak dengan alasan sudah banyak temannya dan kami tak suka memaksakan kehendak. Saat itulah, kami merencanakan untuk memasukkannya ke sekolah swasta itu nanti setelah di SMP saja. 

Tapi ternyata oh ternyata... 
Sekarang kk punya keinginan sendiri setelah hampir selesai. Meski kami sudah memberitahukan rencana itu sejak ia kelas dua SD, tapi baru baru ini ia mencoba membicarakannya lagi. Ia ingin masuk ke sekolah menengah favorit negeri yang cukup prestisius. Melihat prestasinya, saya yakin insya Allah dia bisa masuk. Hanya saja ini jauh dari perkiraan saya sebelumnya.

Memang ada poin-poin yang bagus yang juga bisa jadi benefit saya sebagai orangtua. Jelas yang pertama tidak ada biaya yang harus saya keluarkan. Tapi saya lelah berurusan dengan sekolah negeri karena terlalu sering makan 'hati'. Biaya yang lain-lain pun akhirnya terpaksa kami keluarkan walaupun tak sebanyak sekolah swasta. Tapi kalau di sekolah swasta, guru-gurunya bisa diajak bekerja sama kalau anak sedang mengalami 'masalah'. Apalagi kami paham betul betapa pentingnya mengenalkan pendidikan agama pada anak dan sekolah ini bisa mewakilkan keinginan tersebut dengan baik. Kalau di sekolah umum negeri kan, pelajaran agama tak terlalu diperhatikan.

Sebagai ibu, saya tak ingin sama sekali memaksakan kehendak pada anak. Saya juga tahu, keinginan itu pasti ditentang oleh Ayahnya yang cukup keras dalam soal pendidikan agama. Jika keduanya berhadapan, saya pasti berada di tengah-tengah dan harus memilih. Nah sekarang saya bingung pilih mendukung siapa? Kemauan anak atau keinginan orangtua yang diwakili oleh Ayah?

Selidik punya selidik di sekolah yang diingini anak saya itu, anak-anaknya tergolong 'agak bebas' meski prestasinya bagus, tapi memiliki segudang ekskul yang mendukung dan salahsatunya adalah marching band yang sangat diinginkan putri kami itu. Sementara di sekolah swasta satunya, anak2nya otomatis lebih terkendali karena mereka juga harus mengenakan pakaian lebih tertutup dan prestasinya juga cukup baik. Fasilitasnya lebih lengkap dan ekskul marching bandnya belum memiliki prestasi apapun. Terus terang, saya pun tahu rasanya bergabung di marching band itu karena pernah mengalami saat-saat menyenangkan itu dulu, mungkin karena mendengar cerita-cerita saya itulah putri kami jadi tertarik. 

Dalam otak saya saat ini bahkan terpikir untuk memasukkan kakak setahun di smp negeri baru kemudian pindah karena sayapun dulu begitu (12 kali pindah sekolah karena tugas orangtua-red) Tapi dia kan berbeda dengan saya yang mudah beradaptasi karena terbiasa sejak kecil. Anak saya lebih mirip ayahnya yang menyukai kestabilan dan lebih pendiam.

Saya benar-benar dilema banget... anak saya sudah mendesak saya untuk membicarakannya dengan suami karena bulan desember ini ada pertemuan orangtua dan wali kelasnya. Pertemuan itu akan membicarakan rencana SMP yang akan dimasuki oleh anak, dan sampai saat itu tiba saya belum bisa memutuskan apa-apa.  Tabel pilihan SMP yang akan jadi pilihan kami belum terisi sampai sekarang.

Duh Emak sekarang bingung banget!