Tahun ini dengan persiapan superpayah, suami tersayang memberi kejutan. Bertahun-tahun hidup di Jakarta dan tinggal hanya berjarak 10 menit perjalanan dari Ancol, saya dan dia hampir tak pernah berpesta tahun baru selain di atap rumah sendiri. Dan tahun ini, ketika saya mengira dia mengajak ke mal, motor tua itu justru tetap lurus menuju Ancol.
Awalnya, kami akan main ke pantai beberapa jam saja karena sama sekali gak bawa persiapan apapun. Setelah sholat Isya akan pulang. Tapi ternyata…. lautan manusia, lautan kendaraan roda dua, roda empat, membuat kami berpikir ulang untuk menunggu sekalian sampai setelah gebyaran kembang api.
Namun karena ini pertama kali, saya akhirnya harus mengalami beberapa hal tidak menyenangkan yang akan jadi catatan saya dan suami agar tahun depan insya Allah, kalau masih bisa menonton lagi ini adalah hal-hal yang menjadi perhatian yaitu :
All is about Antri!
Yep! Semua tentang Antri ada di Ancol. Antri tiket, antri parkir, antri duduk, antri sholat, antri beli makanan, antri beli mainan sampai-sampai dan ini paling-paling menyebalkan, antri di Toilet!!! Puanjaaaaang banget. Dan saat saya (akhirnya) harus antri, yang terjadi adalah…. kru kameramen sebuah televisi swasta yang benar-benar gak ada kerjaan, ngambil gambar tepat ketika saya antri di depan toilet. Siapa sih yang ga pengen tenar dan masuk tipi? tapi sungguh sangat tidak lucu kalau kita masuk tipi karena antri di Toilet, dan lebih parahnya lagi… saya terpaksa antri di toilet khusus “PRIA” karena penuhnya toilet perempuan dan petugas membuat dua barisan. Terpaksa deh, daripada ngantri terlalu lama.
Jadilah si kameramen hanya menangkap punggung dan bokong orang-orang yang antri. Lagian kurang kerjaan banget, ngambil gambar kok ya, orang lagi antri toilet?!?!?
Informasi penting yang terakhir soal antri : ini waktu antrinya. Antri makanan 1 jam 25 menit, antri sholat (akibat seorang imam yang membaca surat sepanjang surat yasin) hampir 40 menit dan antri toilet 2 jam 12 menit. Kenapa lama banget ngantri di toilet aja? karena toilet pria cuma ada satu sedangkan yang perempuan ada tiga.
Dan untuk antri makanan, ini namanya restoran cepat saji tapi pelayannya?? duh, kecewa banget karena lambaaaaat sekali.
Intinya, sebelum antri coba cek ke bagian depan dulu. Misalnya di restoran itu, cepat gak pelayannya, atau makanannya sudah siap gak? atau saat antri sholat, Imamnya tahu diri gak? bacaannya seberapa panjang? atau saat antri toilet, cepetan baris yang mana karena jumlah kamar toilet juga menentukan loh.
Macet Vs Online
Dan Macet… oke, oke… ini lagu lama semua juga tahu itu. Tapiiii… saking lamanya, kita bisa naik motor/mobil sambil online. Ya begitulah, kalau tak ingin terlalu bete karena lamanya macet di depan pintu gerbang (sekitar 2-3 jam) maka bawalah gadget anda yang memungkinkan. Matikan motor/mobil kalau terlalu macet dan lebih baik online. Karena seperti juga antri, terkadang karena terlalu lama maka emosipun jadi ikutan panas.
Catatan aja buat para penyelenggara atau penyedia tempat, ada baiknya mengatur saat masuk dan keluarnya kendaraan sehingga saat masuk dan keluar tidak tumplek blek jadi satu kayak ketan nempel dan akhirnya macet total. Misalnya motor dulu, baru mobil sekitar satu jam kemudian. Dan ini diberitahu melalui selebaran yang harus dengan jelas mencantumkan sekitar pukul berapa gerbang ditutup, atau bagaimana pengaturannya. Jangan cuma selebaran kertas yang memberitahu jadwal pesta tapi gak terorganisir!
Banjir!!
Ini tentang banjir di mana-mana! Banjir manusia, banjir motor, banjir mobil sampe orang jualan.
Saking banyaknya orang, yang duduk sampai ke pasir pantai dan nyaris menyentuh air laut. Di bawah pohon, di trotoar bahkan di tempat parkir duduklah manusia-manusia yang kelelahan berjalan kaki dan sekedar tiduran sebelum pesta.
Namun, akhirnya banjir yang paling bikin kesal adalah banjir Mobil dan Motor. Kenapa?? karena mereka parkir sembarangan. Mbok ya kalau parkir di depan pintu keluar, ya cepat juga keluar. Kasihan orang-orang yang mau keluar terutama yang bawa mobil karena setelah panjang-panjang antri eh malah ketemu “hidung” sama mobil dan akhirnya membawa efek macet total di belakangnya. Dan karena orang-orang kesal, motor/mobil asal ngejogrok itu digores sana-sini. Siapa suruh?
Dan terakhir, banjir orang jualan. Banyak banget pedagang dadakan yang tiba-tiba muncul setelah berkamuflase jadi pengunjung. Mereka ini sungguh bikin kesal. Buang sampahnya itu loh, sembarangan dan saya sempat jadi korban. Tas saya terkena noda kopi, ih kesalnyaaa! Kesan semrawut semakin bertambah karena adanya pedagang dadakan yang jorok dan asal gelar tempat.
Razia penjual? ya ada, tapi aneh… karena harga denda 200rb bisa dinego sampai jadi 100rb. Yaah, ini sih bukan menertibkan tapi hanya mencari “ladang” baru buat nyari duit.
Apa apa Mahal!!
Jangan pernah berharap banyaknya penjual akan menjadikan barang lebih murah. Justru sebaliknya, para penjual itu seperti merampok! Masak tissue yang harga normalnya hanya 1000 dan biasanya juga di Ancol saya beli sekitar 3000an eh tiba-tiba jadi 8000. Dang!! Udah gitu, sombong banget tuh penjual, ya udah kalo gak mau beli sana beli di tempat lain.
Berikut beberapa catatan mahal di sekitar saya : Mainan naik sekitar 30-50%, Tenda (semalam 350rb!!!), pop mie 8rb, kopi/teh 7rb, susu 5rb, tikar plastik sekali pakai 7500-15000, rokok (sempat bingung karena suami gak ngerokok) jadi nanya deh sama om muda yang lagi ngerokok di sebelah katanya naik hampir 100% dari harga biasa.
Hiburan Garing dan Tidak Merata
Tempat yang kami pilih memang berada di tengah-tengah antara Pantai Karnaval & Festival. Satu-satunya hiburan panggung adalah di backstage. Tapi hiburannya seperti hiburan untuk orang-orang desa aja samasekali gak menarik. Dan penonton yang benar-benar tertarik bisa dihitung jari karena yang lain memilih duduk di depan panggung karena tak dapat tempat lagi. Sementara mau mencari lokasi yang lebih strategis dengan hiburan paling bagus, tempatnya terpusat di satu tempat dan terlalu banyak orang. Andaikan dua dari seabrek penyanyi ternama di panggung besar itu dipecah pada panggung lain, tentu kesan penuh dan semrawut bisa terbagi dan agak berkurang. Kalau begini akhirnya.. kami memilih tidur saja daripada menonton hiburan ala orang kawinan itu, norak abis.
Asusila di depan umum
Kadang saya berpikir, ini kita tinggal di mana sih? apa masih di Indonesia? Ataukah sebegitu parahnya kebobrokan remaja kita sampai-sampai gak malu ciuman, pelukan, raba-rabaan di depan umum? Dan anehnya, “tetangga” kiri kanan malah pura-pura gak lihat!!!
Saya bukan tukang dakwah, tapi inget dulu pernah dengar guru ngaji bilang orang yang imannya paling lemah adalah orang yang melihat keburukan atau perbuatan dosa namun tidak menegurnya. Tahu itu salah tapi dibiarkan!
Sebenarnya suami juga sempat menghindari setelah melihatnya. Dia tahu pasti beberapa remaja yang menggelar tikar di sekitar kami akan melakukan hal negatif dan daripada jadi ribut, dia mengajak saya pindah tempat. Tapi waktu saya sedang mencari-cari tissue, tak sengaja mata saya melihat dua pasang anak muda sedang berciuman, dengan posisi tangan mereka wis…. masuk dalam pakaian masing-masing. Oaalaa! Dua anak muda itu langsung saya tegur saja dengan menepuk bahu si cowok yang matanya meraaah banget (bener ya kalo di otak lagi setan yang nguasai, di mata pun sudah pasti kelihatan). Eh, baru deh ibu-ibu dan bapak-bapak di sekitar saya ikut juga nimbrung, nah loo… mereka kan sudah duduk di situ dari tadi kok gak negur???
Terlepas dari berbagai catatan buruk yang mewarnai Pesta Tahun Baru 2012, kami akhirnya disuguhi pemandangan yang paling menarik hati. Dan itulah harga yang pantas untuk semua catatan buruk ini. Oke, nothing perfect but the fireworks very beautiful, very nice. dan anak-anak saya menjadi senang luar biasa. Mereka tidur beberapa jam dan bangun ketika mendengar suara kembang api besar. Pengalaman pertama saya menonton lengkap bersama anak-anak dan suami, yang sungguh membuat bahagia.
****