19 November 2011

Mutiara Hatiku


Dia baik, sabar dan bijaksana. Itu sebabnya aku selalu ingin berada di sisinya. Memilih dia dari banyak pria yang jauh dari kesalehan, seperti mendapatkan mutiara di antara pasir.

Dia selalu berbicara lembut, tapi tegas dan kadang-kadang langsung pada inti masalah. Dia sabar dan lebih memilih diam daripada berdebat dengan orang yang marah, tetapi akan berbisik menasihati ketika kemarahan hilang.

Kesabarannya telah sering diuji dan dalam hidupku aku belum pernah bertemu orang sesabar dia. Kadang-kadang ketika saya tak ada kerjaan, saya menggodanya untuk menunjukkan kemarahan sesekali, dan dia hanya berkata "Allah akan selalu bersama mereka yang sabar"

Dia, yang lebih suka memimpin dengan menunjukkan sesuatu daripada mengatakan dengan nasehat. Ketika ia berbicara, kalimat selalu pendek tapi sangat berarti karena ia sering mengutip hadis Nabi.

Dia, yang selalu memiliki pikiran yang baik kepada Allah, bahkan termasuk peristiwa buruk yang terjadi. Seorang teman yang menunggu begitu lama untuk mendapatkan anak laki-laki akhirnya malah mendapatkan empat anak perempuan, kemudian ia berkata kepada saya "Betapa beruntungnya dia, jika ia bisa mendidik empat anak perempuannya dengan sabar dan mereka menjadi sholeha wanita, Insya Allah, pintu-pintu surga terbuka lebar untuknya"

Ketika saya bertanya tentang kehidupan sekolah Pesantren lengkap tentang cerita didikan ala terorisnya, katanya, setengah tertawa "Jangan takut pada sesuatu yang tak terlihat, kita hanya mendengar dari orang-orang, percaya kepada Allah bahwa jika niatnya baik maka yang dihasilkan pun pasti baik dan kemudahan kepada semua ibadah yang kita lakukan untuk Allah"

Dia, yang mengajarkan kesederhanaan hidup dan pernah memberi saya sebuah kalimat bermakna bahwa Allah memberikan apa yang kita butuhkan adalah bukan apa yang kita inginkan dan bahkan mencakup semua ujian yang kita terima. Kesederhanaan dibawanya dalam kehidupan sehari-hari, dia tidak pernah memaksa saya untuk melayaninya 24 jam. Dia mengatur pakaiannya sendiri dan kadang-kadang bangun pagi dari saya, dia membuat sendiri teh atau susu, memasak makanan sendiri jika perlu, untuk membantu mengurus anak-anak tanpa keluhan. Dia, yang jarang memuji tetapi menghargai apapun yang saya lakukan untuknya.

Dia makan semua makanan yang saya masak meskipun saya pikir kadang-kadang (bahkan mungkin sering) merasa aneh. Memasak sayur dan lauk yang bukan keahlianku, dan dia tidak suka makan yang manis-manis. Ia suka untuk makan berbagai makanan berbumbu "berat" sementara saya lebih suka membuat berbagai kue, cokelat, puding dan cupcakes. Tapi setiap kali saya meminta dia untuk membeli peralatan dan masak kue baru, kemudian diuji untuk dirinya, ia selalu tampak senang dan tertarik.

Dia, tidak pernah melarang, tapi juga tidak pernah mengatakan kepada saya untuk melakukan apa pun. Dia selalu mendukung pilihan saya meskipun itu selalu berubah. Ketika saya senang untuk belajar membuat kue, ia membeli berbagai alat. ketika saya belajar untuk membuat cokelat, dia menunggu saya untuk berdiri di depan toko untuk hampir 3 jam tanpa keluhan. Ketika saya suka menulis, dia membelikan laptop. Katanya, "Pahala terbesar laki-laki adalah menyenangkan hati ibu dan mengasihi istrinya." Subhanollah....

Ketika saya ingin belajar membuat boneka, dia ikut mengantar dan tinggal dengan saya di dala pasar sempit dan panas. Satu-satunya hal yang saya tahu dia benar-benar mendukung saya. Aku pernah mengikuti kursus masakan Indonesia, meskipun saya hanya hadir tiga kali dan ia harus membayar penuh untuk itu. Baginya, bakat bagi saya adalah manfaat baginya di akhirat karena mendidik saya adalah kewajiban lainnya kepada Allah.

Dia, yang selalu memberikan prioritas kepada setiap tamu yang datang ke rumah. Melayani mereka dengan tulus meskipun kesederhanaan tidak pernah meninggalkannya. Karena bagi dia, tamu adalah raja bahkan walaupun mereka keluarga saya atau teman-teman saya, muslim atau tidak.

Dia, yang selalu berusaha melalui kesulitannya sendiri karena takut membuat orang lain terbebani. Bahkan ketika seseorang menyakitinya, ia memilih untuk menenangkan hati dulu sebelum berbagi cerita kepada saya. Baginya, masa lalu yang buruk tidak perlu disebut lagi.

Dia, yang selalu lebih memilih untuk membeli barang pada orang-orang yang berusia tua meskipun barang yang dibelinya kadang-kadang tidak kami perlukan. Dia mengajari saya bagaimana memberikan sedekah dalam banyak cara dan dia mengajari saya bahwa membantu orang lain adalah bagian dari diri seorang Mukmin, seperti mengajari orang lain untuk membawa amanah, mengingatkan melalui tulisan dan ibadah itu tak perlu diumbar kebaikannya, cukup merasakan manfaatnya. Allah akan membalas semua "sedekah" kita dengan caraNya sendiri, salah satunya adalah menjaga agar keluarga kami tetap sehat.

Dia, yang telah mengajari saya tentang poligami dalam Islam. Aku tidak menentang ataupun mendukung, tapi aku tidak akan menentang tanpa dasar. Padahal mengajariku membuat ia kehilangan kesempatan untuk menikah lagi, karena sekarang ketika kita saling menggoda satu sama lain tentang poligami maka saya bisa menjawab dengan kemenangan telak dan alasan yang tepat, hahaha ...

Dia adalah suami yang baik bagi saya. Dia bukan manusia sempurna dan masih memiliki beberapa hal buruk. Tapi aku tidak bisa berbagi bagian yang buruk karena itu adalah aurat saya dan percayalah, itu pertanyaan yang sedang saya cari jawabannya .... yep! Oh, saya ingat dia punya satu kekurangan. Ia tak pernah bilang "I Love You" karena setiap kali saya tantang, dia bilang "Memangnya kurang ya Ayah nunjukin rasa cinta Ayah sama Mama?" Ah, Ayah... You always know how to make me feel more love to you...