01 Juni 2017

Semua Orang Sakit Jiwa!

 Semua orang sakit jiwa!


Pernyataan itu tiba-tiba dikeluarkan oleh salah satu dosen saat saya masih kuliah dulu. Kelas yang tadinya berisik karena diskusi mengenai pembahasan materi seketika lengang dan perhatian langsung tertuju sepenuhnya pada dosen itu. Bukannya memulai, dosen kami malah sibuk melakukan berbagai hal remeh seperti meletakkan ponselnya dalam tas, menghapus papan tulis dan baru akhirnya tersenyum menghadap ke arah kami.

Dalam penjelasannya, ia memberitahu kalau yang barusan ia lakukan tujuannya adalah untuk mendapat perhatian. Saat itu ia menjelaskan soal rangsangan untuk mendapat perhatian dan objek yang menjadi perhatian. Dengan objek berupa sebuah kalimat yang justru keluar dari pembahasan sebelumnya telah berhasil merangsang kami untuk memberi perhatian padanya, tanpa perlu diminta. Ia berhasil melakukannya hanya dengan satu kalimat pendek.

Manusia terlahir untuk memiliki naluri memusatkan diri pada segala hal yang menarik perhatiannya. Tapi tidak berarti perhatian itu menjadi bermanfaat atau membuahkan hasil bagi subjek yang menjadi sumber perhatiannya.

Reaksi yang ditunjukkan oleh seseorang untuk menunjukkan perhatian inilah yang seringkali tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup dan pemikiran yang matang bisa berakibat fatal justru kepada mereka yang berusaha mencari perhatian.

Kaum narsistik, atau mereka yang selalu ingin menjadi perhatian karena rasa cinta yang berlebihan terhadap dirinya sendiri akan semakin bertambah parah jika reaksi yang diberikan oleh para pemerhati justru berlebihan. Komentar positif atau negatif yang diberikan bisa jadi akan membuat kaum ini justru semakin berani dalam melakukan sesuatu untuk menarik perhatian.

Narsistik.JPG

Kita bisa melihat banyak orang yang berusaha menarik perhatian dengan kicauan di media sosial yang bernada negatif pada orang lain. Apapun tujuannya, mari kita berpikir positif saat menanggapinya. Tapi yang terjadi di masyarakat dunia maya justru sebaliknya. Begitu melihat sebuah statement yang tidak sesuai dengan pribadi mereka, netizen atau masyarakat dunia maya langsung menyerang tanpa pikir panjang. Memang balasan komentar itu beragam, dari mulai nasihat sampai sumpah serapah. Sayangnya, ketika respon mereka tidak terbalas, kemarahan pun meluap dan meluber kemana-mana hingga orang yang tidak berkepentinganpun terkena imbasnya.

Fenomena ini telah terjadi di mana-mana. Entah apa harus kita syukuri atau justru malah menjadi keprihatinan. Perhatian bisa sangat berguna untuk kaum miskin di sekitar kita, seperti usaha-usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan dana bantuan atau usaha untuk membantu pengobatan seseorang. Tapi perhatian menjadi masalah, ketika hal-hal tak perlu justru dikomentari panjang lebar dan tak berkesudahan. Pembahasannya hanya untuk saling menjatuhkan dan bukan kritik untuk membangun kepribadian yang lebih baik.

Sudah saatnya kita berhenti untuk memperhatikan hal-hal yang tak bermanfaat. Seseorang dengan jiwa yang labil, berusaha untuk mencari perhatian dengan cara-cara tidak sehat tidaklah pantas mendapat perhatian, apalagi yang berlebihan. Bahkan tidak pantas bagi siapapun untuk menghujat seseorang apapun masalahnya. Orang-orang yang labil justru harus dibantu untuk keluar dari masalah mereka, keluarganya harus diberi kekuatan agar tetap tegar dan tabah menghadapi kelabilan itu.

Kalau memang ingin memberikan perhatian, coba tengok dunia nyata dan lihatlah orang-orang yang lebih pantas diberi perhatian. Kalau tidak, mungkin sebaiknya kita belajar menahan diri sendiri untuk belajar merespon sesuatu agar bisa mendatangkan manfaat untuk diri sendiri dan berhati-hati memberi perhatian berupa kritik agar tidak menyinggung orang lain atau menyakiti orang yang justru tak tahu apa-apa.

Tidak ada komentar: