21 Desember 2014

5. Belajar Dengan Main, Mengerti Dengan Komunikasi

Seorang Ibu hanya tak cukup membangun hubungan dengan memberi anaknya kasih sayang dan perhatian untuk memenuhi kebutuhan primernya. Ada banyak hal yang harus diajarkan sekaligus untuk menjadi mediasi komunikasi antara mereka. Komunikasi yang lancar akan memudahkan seorang Ibu menjalankan fungsinya sebagai orangtua, pendidik sekaligus sahabat sejati anak.


Hanya kadang, kita lupa satu hal. Anak selalu suka dengan kata main. Buat mereka hal itu sangat menarik melebihi apapun. Meski Ibu dan Ayah marah, tak masalah selama kata main tak dipisahkan dari mereka. Karena itu, pakailah selalu cara belajar dengan bermain. Cara itu selalu berhasil sampai kapanpun. Anak di usia apapun, tetaplah seorang anak. Main selalu jadi tema menarik untuk mereka.


Mengapa tidak mengajarkan bernyanyi kalau syair lagu mengajarkan mereka banyak kosa kata baru? Atau bermain bahasa dengan mencari siapa yang paling cepat menemukan kosa kata tertentu. Tak ada salahnya juga menggunakan permainan untuk membereskan rumah.


Bermain bisa juga menjadi media bagi seorang Ibu untuk menjalin komunikasi yang lebih intens. Sampai detik ini, ketika anak pertama saya sudah menginjak remaja, saya masih suka bermain dengannya. Kalau dulu saya menggunakan mainan, sekarang saya memakai media yang paling disukai seluruh remaja di dunia, handphone. Saya sering menggodanya dengan mengirimkan gambar-gambar atau hasil foto yang lucu padanya. Suatu kali di kampus saya melihat kucing yang duduk dengan kaki terbuka dan mengirimkannya pada putri saya yang saat itu sedang les. Ia tertawa terbahak-bahak di dalam kelas lesnya hingga guru dan temannya keheranan. Tapi sampai seminggu, ia tak bisa lupa foto aneh itu. Sampai sekarang setiap kali ada sesuatu yang unik, saya suka mengirimkannya pada Kakak. Dan tiap kali kami bertemu di rumah dalam minggu itu, foto yang saya kirim itulah pembuka obrolan menarik buat kami.


Sedangkan buat anak yang lebih kecil, bermainlah bersama mereka. Bermain juga membantu menghilangkan stress atau beban berlebihan dalam otak kita. Setidaknya dengan menjadi rileks, sebagai Ibu, kita bisa memikirkan tujuan atau target tertentu untuk membantu proses pendidikan anak-anak lebih baik. Bermain tak harus menjadi sapi atau kuda mereka yang mungkin akan melelahkan. Tapi bisa dengan mengikutsertakan mereka dalam hobi yang dimiliki orangtuanya.


Sebagai contoh, saya suka sekali membuat aneka craft dari kain flanel, dan setiap kali saya duduk tekun membuatnya, saya meminta Ade membantu saya. Kadang hanya sekedar membantu memilah warna flanel yang akan saya pakai, atau membiarkannya menggunting sisa-sisa kain flanel yang tak terpakai.


Lalu bagaimana kalau anak laki-laki? Satu hal yang menarik adalah permainan anak laki-laki yang bersifat fisik, ternyata berguna untuk membuat Ibunya berolahraga. Jadi mengapa tidak sekali-kali ikut bermain bola atau menaiki sepeda bersamanya?



Sebelumnya Selanjutnya

Tidak ada komentar: