Tadinya saya kira, ketidaktahuan-lah yang mengakibatkan seorang ibu melakukan kesalahan saat mendidik putra-putrinya. Karena itu, untuk menghindari kesalahan tersebut agar tidak terjadi pada saya, saya jadi banyak belajar dan berbagi berbagai pengalaman yang saya alami sebagai timbal balik atas pengetahuan yang saya peroleh.
Tapi kemudian, saya sadar ternyata bukan hanya sekedar ketidaktahuan saja yang jadi masalah bagi para ibu untuk menerapkan pola pendidikan yang baik. Banyak sekali masalah lain yang ikut menjadi penyebab mengapa akhirnya si Ibu memilih pola pengasuhan yang salah.
Salah satu sahabat saya seorang sarjana sekaligus seorang guru sekolah. Berkali-kali ia mengeluhkan tentang putranya yang sedikit 'berbeda' dari anak-anak lain seperti daya konsentrasi yang amat rendah bahkan dicap (unfortunately) sedikit bandel. Guru-guru di TK kewalahan, dan baru terlihat lebih baik setelah ditangani seorang guru yang memang sarjana psikolog. Tapi itu tak banyak membantu karena di rumah tidak melakukan hal yang sama.
Saya belum menjadi sarjana psikologi apalagi guru TK, tapi tiap kali teman mengadukan masalah putra-putrinya, saya menempatkan diri sebagai ibu mereka. Ketika Ibu dari anak yang bermasalah ini mengadu, ia sedang mengandung anak ketiga di semester kedua. Saya bisa melihat betapa kelelahannya ibu tersebut ketika akhirnya menyampaikan keluhannya.
Dan hal pertama yang saya lakukan, tentu saja mengamati tingkah lakunya dan mengajak keduanya mengobrol (anaknya ternyata suka mengobrol dan gayanya seperti orang dewasa).
Saya berkesimpulan, Bukan karena si ibu tak tahu apa yang menjadi penyebab putranya bertingkah di luar kewajaran. Tapi karena dia sangat sibuk.
Si Ibu adalah seorang guru yang bekerja di siang hari (SD masuk siang) dengan anak-anak semua di bawah usia lima tahun, Si A (anak yang bermasalah) baru menginjak usia lima tahun, dan memiliki adik yang belum mencapai dua tahun. Si Ibu juga sedang mengandung anak ke tiga yang akan lahir dalam tiga bulan. Sementara itu, di rumah juga ia menangani pekerjaan rumah tangga meskipun ada pembantu. Akhirnya ia memilih televisi dan makanan sebagai media pengasuh yang sesuai untuk putra pertamanya. Satu-satunya jalan menghindarinya dari satu kesibukan.
Setiap hari, Ibu guru TK tempat putranya bersekolah (juga tempat Ade sekolah) selalu memberikan tugas di rumah. Tugas ini seharusnya melibatkan orangtua dan anak, bukan sebagai media untuk membuat anak pintar belaka tapi lebih untuk memberikan koneksi yang lebih baik bagi orangtua dan anak itu sendiri. Saya lihat sendiri, tugas-tugas tersebut jarang sekali dikerjakan dengan baik oleh anak yang bermasalah itu.
Jadi memang mendidik anak itu tak mudah. Dibutuhkan kesabaran ekstra untuk membuat anak mengikuti pola yang kita buat. Saya sendiri harus pandai-pandai memancing Ade untuk bersemangat ke sekolah tanpa dipaksakan ketika ia tengah asyik bermain. Ade, seperti kebanyakan anak-anak lain punya semangat ke sekolah yang naik dan turun tak tentu.
Sabar bu... Sabar... Itu kata-kata klise tapi benar. Dulu saya kurang sabar menangani Abang dan Kakak, hingga sampai sekarang sering merasa bersalah kalau mereka melakukan kesalahan yang merupakan efek ketidaksabaran itu. Tapi untuk Ade, saya sampai berupaya keras untuk membuat seluruh anggota keluarga untuk sabar seperti saya.
Akhirnya saya bisa menarik kesimpulan dari masalah putranya teman saya itu...
- Jangan pernah jadikan televisi sebagai pengganti pengasuh anak
- Rencanakan dengan baik jarak kelahiran anak, termasuk mempertimbangkan pekerjaan di luar maupun di dalam rumah.
- Jika kelahiran terjadi di luar rencana alias KB gagal, lakukan perhitungan menyeluruh agar tidak mengorbankan waktu bersama anak-anak yang lain.
- Investasikan waktu anda sebagai orangtua, sebelum mengalami kerugian di masa mendatang.
- Libatkan selalu pasangan untuk saling membantu. Jika tidak ada, libatkan anggota keluarga terdekat.
Saya berharap, teman saya akhirnya menyadari apa yang seharusnya ia lakukan pada putranya. Dan berharap semoga saya tidak melakukan kesalahan yang sama.
Jadi tidak melakukan bukan berarti karena tidak tahu.....
*****